Kenapa Pengantin Wanita Dianggap Cantik Saat Makeup-nya Bikin Pangling Para Tamu Undangan?

Kenapa Pengantin Wanita Dianggap Cantik Saat Makeup-nya Bikin Pangling Para Tamu Undangan Terminal mojok

Saya lagi pengin ngomongin soal pernikahan. Bukan karena mentang-mentang saya sudah menikah, lantas ujug-ujug dengan seenaknya dan secara sembarangan menodong semua teman atau orang yang dikenal dengan pertanyaan, “Kapan nikah?”

Bukan juga soal memperdebatkan di usia berapa seseorang baiknya menikah. Tentu saja, poin pada persoalan tersebut akan kembali pada pilihan masing-masing. Intinya, tidak bisa dipaksakan.

Bagi saya, ada hal lain yang lebih menarik untuk didiskusikan mengenai pernikahan. Khususnya soal pertanyaan yang sampai dengan saat ini sukses terngiang-ngiang dan selalu mengitari kepala saya.

Sebuah pertanyaan tentang kenapa pengantin wanita dianggap cantik ketika makeup pada wajahnya terlihat berbeda atau bikin pangling saat duduk di pelaminan? Bahkan, sebagian orang selalu mengutarakan puja-pujinya secara terang-terangan saat melihat pengantin terlihat berbeda—seperti bukan dirinya.

“Ih, si Nyunyun cantik ya waktu nikahan. Tampilannya beda banget. Bikin pangling dan sampai nggak ngenalin.” Begitu kira-kira ucapan yang sering kali saya dengar saat datang ke pesta nikahan seorang kerabat.

Maksud saya, jadi, wanita yang pada saat menikah nggak bikin pangling para tamu undangan, nggak cantik gitu? Nggak menarik? Atau gimana?

Dari sudut pandang saya sebagai seorang lelaki yang sudah menikah, justru akan terasa bahagia saat melihat wanita yang menemani saya duduk di pelaminan adalah sosok yang sebelumnya saya kenal tanpa embel-embel “bikin pangling”, karena makeup yang sengaja dibuat berbeda atau dipaksakan berbeda.

Nah, untuk mengetahui asal-usul tersebut, kenapa seorang pengantin wanita justru dibilang cantik saat membuat pangling para tamu undangan, dan apa yang melatarbelakangi hal tersebut, saya bertanya kepada dua orang yang punya kapabilitas di bidangnya masing-masing dan masih berkaitan dengan hal ini.

Pertama, saya melakukan sedikit perbincangan dengan Isna (nama samaran), seorang sahabat yang berprofesi sebagai MUA (Makeup Artist/penata rias). Kedua, ada Kiki (nama samaran), seorang WO (Wedding Organizer) yang biasa mengerahkan beberapa tim di lapangan, khususnya saat ada pesta pernikahan, di antaranya: MUA, catering, dekorasi, dan fotografi.

Menurut Isna, beberapa tahun silam, merias pengantin wanita hingga bikin pangling itu adalah hal biasa di ruang lingkup MUA. Bahkan, beberapa pengantin juga keluarga, malah ingin dirias hingga bikin pangling siapa pun yang hadir dalam pesta. Namun, kebiasaan tersebut sudah berubah. Kini, soal makeup, nggak jarang dikembalikan kepada yang punya hajat. Disesuaikan atau tergantung request saja gitu.

Salah satu istilahnya flawless wedding makeup. Dirias tipis-tipis, tidak mesti menor, tapi tetap terlihat cantik. Bahkan, tidak jarang tetap bikin orang lain pangling. Padahal, nggak diniatkan sama sekali.

Menurut Isna, pangling hanyalah bagian dari penilaian orang lain. Di luar daripada itu, setiap MUA pasti berusaha dan mengerahkan kemampuan terbaiknya saat merias, demi memberi kepuasaan kepada klien atau pelanggan. Sebagai tambahan, merias itu tidak harus beda. Terpenting sesuai dan pas dengan permintaan klien atau pelanggan.

Lain Isna, lain dengan Kiki yang punya sudut pandang berbeda. Menurut Kiki yang berprofesi sebagai WO dan mengawasi tim MUA saat menangani suatu acara, riasan khusus pengantin memang harus dibuat menarik dan terlihat berbeda. Sebab, mereka—para pengantin—yang menjadi “Raja dan Ratu” dalam suatu gelaran pesta. Jadi, sudah selayaknya tampil berbeda. Sebisa mungkin dirias sebaik mungkin dan terlihat pangling. Namun, bukan berarti mengabaikan segala permintaan dari klien.

Di sisi lain, dalam suatu pesta pernikahan, pangling bisa juga bermakna ganda. Antara memuji atau hanya sekadar kebiasaan sekaligus ikut-ikutan, tanpa ada maksud yang jelas.

Poin utamanya adalah pangling hanya bagian dari penilaian seseorang terhadap orang lain, khususnya bagi para pengantin wanita. Bisa diartikan juga sebagai “terlihat beda” atau “berbeda dari biasanya”. Lantaran menjadi terlihat semakin cantik dan sulit dikenali.

Kerja keras MUA dan komunikasi dengan klien terkait makeup yang sesuai permintaan pun sulit dipisahkan. Lah iya, dong! Hal tersebut wajib dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada setiap acara. Agar bisa memuaskan satu sama lain. MUA puas karena bisa menyenangkan pelanggan. Begitu pula sebaliknya, pelanggan pun akan merasa puas karena sudah dirias sesuai dengan keinginannya. Bahkan, sampai terlihat pangling.

BACA JUGA Menjawab Pertanyaan Sejuta Umat: Kenapa Dekorasi Pengantin Mahal? dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version