Keluarga Jokowi Tidak Berkhianat. Mereka Hanya Mencoba Menjadi Gen Z yang Mengutamakan Kesehatan Mental

Gen Z Wannabe dan Fakta Terbaru dari Jokowi yang “Berkhianat” (Unsplash)

Gen Z Wannabe dan Fakta Terbaru dari Jokowi yang “Berkhianat” (Unsplash)

Politik itu seperti mesin slot, putarannya tak pasti. Namun yang jelas, bandar sudah menghitung semuanya. Sebagaimana dinamika hubungan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) di mana banyak orang menganggap mereka mengkhianati PDI Perjuangan. Padahal, Jokowi dan keluarga cuma pengin menjadi seperti Gen Z saja.

Jadi, Minggu (22/10) kemarin, putra Jokowi sekaligus Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, resmi menjadi bakal calon wakil presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendampingi Prabowo Subianto.

Pengumuman Gibran sebagai lawan Ganjar-Mahfud MD di koalisi PDIP, hanya berselang sebulan dari putra bungsu Presiden, Kaesang Pangarep masuk PSI. Begitu masuk, Kaesang langsung menjadi ketua umum.

Kini, kubu keluarga Jokowi tak lagi berdiri di kaki PDIP. Mereka seolah membelot dari partai yang mengusung Jokowi sebagai Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden RI selama 2 periode. Namun, Jokowi dan famili sebenarnya tak berkhianat. Mereka hanya berusaha menjadi Gen Z. Kok, bisa?

Jokowi mengutamakan kesehatan mental dengan mengikuti kebiasaan sebagian Gen Z

Ada banyak asumsi terkait alasan keluarga Jokowi (dan keluarga) tak mempertahankan perjuangannya di Partai Perjuangan. Ada yang menganggap Jokowi sakit hati atas perlakuan partainya. Misalnya Januari 2023 lalu, Megawati Soekarnoputri, menyebut kalau Pak Presiden tak ada apa-apanya, andai tak ada PDIP. Pernyataan ini seolah-olah menertawakan keberadaannya.

“Mentang-mentang. Pak Jokowi kalau nggak ada PDIP kasian, dah,” kata Mega di hadapan ribuan kader dalam acara HUT ke-50 PDIP. Jokowi cuma nyengir saja.

Lalu asumsi lainnya, banyak yang menyebut bapak dari Solo itu sakit hati lantaran agenda Piala Dunia U-20 2023, yang dia banggakan, gagal. Banyak yang memandang Gubernur Jateng, Ganjar dan Gubernur Bali I Wayan Koster, menjegal Jokowi.

Sedangkan, rasan-rasan Tempo bertajuk “Bocor Alus Politik”, menyebutkan jika Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, sakit hati lantaran keluarganya kerap dicurigai partai berlambang banteng tersebut. Seperti Mei 2023 lalu, PDIP memanggil Gibran setelah dia bertemu Prabowo di Solo.

Melihat rentetan kejadian di atas, apa iya, Jokowi dan keluarga mengkhianati PDIP? Menurut saya, sih, tidak. Beliau hanya mengikuti tren anak Gen Z saja. Heuheu. 

Ya, beliau hanya terlalu peduli kesehatan mentalnya. Bedanya, Jokowi tidak bikin video TikTok lalu nge-spill keburukan perusahaan tempat dia resign sambil menunjukan ID card. Toh beliau belum resign, ding, heuheu.

Ibaratnya kalau sebuah perusahaan, Jokowi lagi menuntut gaji di atas UMR karena merasa telah meningkatkan kinerjanya. Tapi, beliau malah dianggap nggak menghargai jasa perusahaan yang ngasih tempat sewaktu masih fresh graduate. Heuheu. Kan, mirip Gen Z banget. Heuheuheu.

Tarik-menarik antara Pak Presiden dengan PDIP

Dinamika politik saat ini seolah “adu banteng” antara kubu Keluarga Banjarsari (Jokowi) dengan PDIP. Walau saat ini salah satu kubu tak lagi berwujud banteng, sih. Ini hanya istilah untuk menyebut duel sengit saja. Maklum, Gen Z, butuh jargon, dong.

PDIP, seperti ucapan Megawati, menganggap berjasa pada keberhasilan Pak Presiden mencatatkan “win streak” dari semua ajang kontestasi pemilihan. Memang benar, toh PDIP yang mengusungnya sejak menang di Solo 2005 silam.

Tapi, kubu lainnya beranggapan jika kemenangan PDIP di 2 pemilu terakhir merupakan “Jokowi Effect”. Bahwa karena beliau berjasa mendongkrak suara partai, hingga membuat kadernya bisa duduk manis di parlemen sambil mainin mikrofon, alih-alih panas-panasan “menggiring kerbau”.

Pada Januari 2014, Indo Barometer membuat survei. Jadi, di dalam survei tersebut menyebut andai PDIP tidak mengusung Jokowi, maka partai berwarna merah ini akan kalah. Katanya, kalau tidak mengusung Joko Widodo, hanya akan meraup 19,6%. Sementara itu, ketika mendorong Jokowi, naik menjadi 35,8%.

Faktanya, dengan Jokowi, PDIP menang di Pemilu 2014 lewat torehan di bawah 19,6%, atau angka finalnya 18,95%. Tapi fakta lainnya, memang benar PDIP menang bersama Jokowi. Jadi mana yang benar? YNTKTS! Yang jelas, 2 kubu kini seolah ingin saling membuktikan diri.

Sebuah rahasia yang jauh lebih menarik

Namun, jauh dari intrik Jokowi vs PDIP, ada sumber rahasia. Dia adalah anak petinggi partai di daerah, yang menyebut kalau Gibran sebenarnya sudah jauh hari mengindikasikan diri akan keluar partai. Entah betul atau tidak, wong cuma rasan-rasan sambil jajan sate usus. Gen Z juga suka rasan-rasan, kok.

Ya, kalau itu benar, berarti bukan cuma Jokowi seorang yang peduli akan kesehatan mentalnya lalu memilih resign. Eh tapi Gibran juga belum resign, ding. Eh, tapi kata Ketua DPC PDIP Solo, alias Mantan Wali Kota Solo FX Rudy, bahwa Gibran “dianggap” otomatis keluar.

Ah, nggak tahu, saya cuma berangan-angan Gibran berlagak seperti Gen Z, bikin video TikTok, lalu viral dibicarakan. Ah, nggak mungkin, ding. Lagian juga sudah viral. Tapi kalau di Twitter mungkin, sih, kayaknya. YNT ding.

Penulis: Dicky Setyawan

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Solo Safari Zoo, Alat Pencitraan Brilian dari Gibran Rakabuming

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version