Apa sih yang diharapkan dari KA Kahuripan, kasta terendah kereta api ekonomi?
Saya seseorang yang gemar bepergian dengan budget minim alias backpacker. Itu mengapa, saya sering merelakan kenyaman demi budget yang ramah kantong. Termasuk ketika perjalanan dari Jogja terakhir kali.
Pada saat itu saya memiliki pergi ke Bandung menggunakan KA Kahuripan. Kereta ekonomi relasi Stasiun Kiaracondong-Blitar itu terkenal murah meriah. Untuk perjalanan Stasiun Lempuyangan-Kiaracondong saya hanya membayar sekitar Rp80.000. Tentu saja harga tersebut saya peroleh karena membeli jauh-jauh hari.
Selain harga yang bersahabat, saya cocok dengan waktunya. Kereta berangkat pada malam hari, tepatnya pukul 23.59 WIB, dari Jogja. Kereta sampai di Bandung pukul 07.15 WIB. Saya cocok dengan perjalanan malam karena memungkinkan tidur di perjalanan dan langsung berpetualang esok paginya.
Sebelum naik kereta satu ini, saya tidak berharap banyak. Terlebih saya tahu, KA Kahuripan menduduki kasta terendah kelas gerbong kereta. Kereta ekonomi ini belum menggunakan gerbong baru seperti KA Ekonomi Progo New Generation. Itu mengapa, saya memasang ekspektasi serendah mungkin agar tidak kecewa. Kenyataannya tidak demikian.
Konfigurasi dan bentuk kursi yang bikin menderita selama 7 jam
KA Kahuripan tersusun dengan konfigurasi tempat duduk 3-2. Rangkaian kereta menggunakan kursi panjang tegak berhadapan. Jadi, sebagian penumpang akan duduk searah dan dan sebagian lainnya membelakangi arah jalan kereta.
Selain konfigurasi kursi yang rapat, sandaran kursi menjadi tantangan tersendiri. Selama perjalanan malam yang berlangsung sekitar tujuh jam, penumpang harus beristirahat dalam posisi duduk tegak. Itu mengapa sangat disarankan untuk membawa bantal leher supaya sedikit lebih nyaman.
Sebagai seseorang yang punya postur tubuh tinggi, konfigurasi dan bentuk kursi ini jelas merepotkan. Saya sulit meluruskan kaki. Terlebih, orang yang duduk di seberang saya juga tinggi.
Di tengah ketidaknyamanan ruang untuk kaki, saya harus berusaha menahan badan tegak selama 7 jam. Sebab, tidak ada pembatas antara satu tempat duduk dengan yang lain. Sehingga, saat tertidur kepala bisa tanpa sengaja bersandar ke bahu orang di sebelahnya.
AC Split ala KA Kahuripan: dingin di sini, gerah di sana
Menurut saya, jenis rangkaian kereta yang digunakan pada KA Kahuripan bisa dibilang kasta terendah di jajaran ekonomi. Di samping tempat duduk yang sama sekali nggak nyaman, fasilitas lain juga kurang. Salah satu yang saya soroti adalah AC.
Kereta ini menggunakan AC split. Jenis AC yang umumnya ditemukan di rumah atau kantor. Sayangnya, udara dingin dari AC split tidak tersebar merata ke seluruh gerbong. Jika tempat duduk berada jauh dari unit AC, suhu bisa terasa panas dan pengap. Sebaliknya, jika duduk di dekat AC, udaranya bisa terasa sangat dingin.
Keunggulan hanya di harga tiket, itu pun perlu diperjuangkan
Keunggulan KA Kahuripan memang hanya pada harga dan jam keberangkatan. Itu pun perlu diperjuangkan dengan war tiket. Untuk mendapat harga Rp84.000 kalian harus berebut dengan calon penumpang sejauh jauh-jauh hari. Setidaknya 3-4 minggu sebelum keberangkatan. Ketika periode pemesanan KA Kahuripan pertama kali dibuka kalian mesti sudah bersiap karena harga ini akan cepat ludes.
Di atas pengalaman saya naik kasta terendah kereta ekonomi. Ekspektasi terhadap KA Kahuripan sudah dipasang serendah mungkin. Tidak berharap banyak, apalagi fasilitas yang muluk-muluk. Mungkin, akan lebih baik kalau naik kereta ini tanpa harapan apapun, terima saja apa adanya.
Penulis: Leila Yumiko
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Kereta Airlangga: Kereta Murah yang Bikin Sakit Punggungmu Makin Parah, Kursinya Tegak Banget!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
