Kebumen merupakan kabupaten yang terletak di pesisir Pantai Selatan dengan sejuta pesona yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Kebumen memiliki keunggulan alam yang menjadi daya tarik utama. Mulai dari pantai-pantai eksotis seperti Pantai Menganti, Pantai Surumanis, Sagara Ocean View, dan lain-lain.
Tapi keindahan yang ada tak memberi kesejahteraan yang nyata. Riset mengatakan bahwa Kabupaten Kebumen masih menduduki peringkat pertama sebagai kota termiskin di Jawa Tengah dengan persentase kemiskinan 15,71% di tahun 2024. Saya sebagai anak muda yang lahir dan tumbuh di sana merasa sedih ketika mengetahui kota ini adalah kota termiskin di Jawa Tengah. Sebab lingkungan sekitar saya tidak menggambarkan kemiskinan yang seperti orang bayangkan.
Namun, ada satu hal yang unik. Meski dinobatkan jadi kabupaten termiskin di Jawa Tengah, ada wacana menjadikan Kebumen sebagai provinsi Jawa Selatan. Ya, mulai beredar narasi pembentukan provinsi Jawa Selatan. Sayangnya, itu hanya wacana. Dilansir dari Kompas, Kabag Humas dan Protokol Biro Umum Sekretariat Provinsi Jawa Tengah, Dicky Adinurwanto, membantah narasi tersebut.
Tapi, marilah kita berandai-andai, bagaimana jika itu benar-benar terjadi?
Meski memiliki potensi besar, masih terdapat beberapa kendala yang perlu diselesaikan agar Kebumen benar-benar siap menyandang status ibu kota. Dan itu pun jika benar-benar akan ada provinsi baru (Jawa Selatan).
Inilah daftar kekurangan yang mungkin bikin kabupeten ini tak patut menyandang ibu kota provinsi.
Angka pengangguran yang tinggi, dan UMR Kebumen yang kelewat rendah
Sebagian penduduk kota Kebumen, ketika lulus sekolah, tidak sedikit yang langsung memutuskan untuk pergi merantau ke kota-kota besar. Dan bagi yang tidak merantau mereka cenderung tidak memiliki pekerjaan atau kesulitan dalam mencari lapangan pekerjaan di kota sendiri. Kebumen belum banyak menyediakan lapangan pekerjaan yang mumpuni bagi warganya.
Selain perkara ketersediaan lapangan kerja, upah minimum di Kebumen tak bisa dibilang menarik orang, atau cukup untuk hidup.
UMR wilayah Kabupaten Kebumen tahun 2025 sebesar Rp 2.259.873. Meski mengalami kenaikan sekitar 6,5% dibandingkan tahun sebelumnya, tapi inflasi bikin kenaikan tersebut tak berarti apa-apa. Jadi, rasanya agak aneh ibu kota provinsi justru punya upah minimum yang jauh lebih rendah ketimbang tetangganya.
Kurangnya infrastruktur yang memadai di Kebumen
Kebumen memang mempercantik diri. Merenovasi Alun-alun Pancasila, lalu membangun Kapal Mendoan, lalu membangun mall, serta sentra kuliner yang dibuat semirip mungkin dengan Malioboro adalah contohnya. Tapi, itu di daerah pusat kota. Di pelosok, beda cerita.
Padahal kalau memang mau jadi ibu kota, mau tak mau, infrastruktur harus dibangun merata. Aneh rasanya jika ibu kota tapi susah diakses. Padahal yang namanya ibu kota, itu wajib punya akses yang bagus.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Kebumen memiliki keunggulan yang membuktikan bahwa daerah ini memiliki potensi besar untuk berkembang. Potensi ini sebenarnya sudah ada, dan tinggal diperkuat.
Apa saja nilai plus yang bikin Kebumen layak menyandang status ibu kota provinsi?
Peringkat literasi tertinggi di Jawa Tengah
Berdasarkan survei Perpustakaan Nasional tahun 2024, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Kebumen mencapai skor 78,81, yang merupakan tertinggi di Jawa Tengah. Selain itu, Kajian Tingkat Gemar Membaca (TGM) Kebumen juga mendapat nilai tinggi, menunjukkan bahwa masyarakatnya memiliki minat baca yang kuat.
Saat membaca berita ini, saya bangga menjadi salah satu warga yang lahir di Bumi Tirta Praja Mukti. Ketika Indonesia menjadi negara dengan krisis literasi baca, Kebumen masih dalam kategori kota yang masih kuat literasi bacanya.
Penghargaan UNESCO Global Geopark, serta Kapal Mendoan yang “manglingi”
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) resmi mengakui Geopark Kebumen sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Pengakuan ini diberikan melalui Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-221 yang diselenggarakan di Paris, Perancis pada 2-17 April 2025. Ini menjadi bukti bahwa Kebumen adalah kabupaten yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Wajah baru Alun-alun Pancasila yang memiliki slogan baru “Kebumen Manglingi” memberikan nuansa kota yang lebih maju. Kapal Mendoan sebagai ikon baru semakin memperkuat identitas daerah. Ikon ini langsung memanjakan mata letak di sebelah timur Alun-alun Pancasila. Tidak jauh dari kapal tersebut, terdapat lokasi yang menyerupai Malioboro yang menjadi pusat kuliner Kebumen yakni “Morosuto”.
Potensi tersebut tinggal diolah, lalu jadi nilai plus untuk Kebumen jika suatu saat nanti beneran jadi ibu kota provinsi. Sejauh ini, narasi tersebut memang bukanlah kenyataan. Tapi tak ada salahnya untuk memperbaiki diri. Toh, dengan diakui oleh UNESCO, Kebumen sudah naik kelas. Dan saya kira, tak ada yang tak mungkin, dan tak lantas berhenti memperbaiki diri.
Penulis: Shakila Primalia Setya Putri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kebumen Boleh Jadi Kabupaten Paling Miskin Se-Jawa Tengah, tapi Potensi Alamnya Paling Kaya
