Pada pandangan masyarakat umum, biasanya mereka selalu berpikir bahwa semua anak perempuan itu memang terlahir untuk hidup secara rapi, suka beres-beres, dan sangat suka kebersihan. Semua itu bisa terlihat secara kasat mata sekalipun, karena kebanyakan perempuan selalu tampil semaksimal mungkin dengan penampilan dan dandanannya yang memukau.
Mereka begitu telaten merawat wajah, sampai-sampai debu yang mau mampir saja merasa minder duluan. Budaya kuno zaman dulu juga sangat menitikberatkan kebersihan pada setiap anak perempuan. Seolah anak perempuan itu memiliki takdir untuk hidup bersih dan cinta kebersihan.
Bahkan ini ya, dulu kalau saya menyapu sampai-sampai dibilangin sama orangtua, “Nek nyapu ki seng resik, mengko ndak entuk bojo brengosen!” (arti: Kalau menyapu itu yang bersih, nanti dapat suaminya brewokan). Padahal kalau dipikir-pikir, antara menyapu dan suami brewokan tidak ada hubungannya sama sekali.
Kalau orang tua zaman dulu sudah melihat film Justice League, yang menceritakan Batman vs Superman. Maka mereka akan mikir ulang untuk menakut-nakuti anak gadisnya dengan suami brewok. Karena pada kenyataannya, pemeran Batman, Ben Affleck itu justru terlihat tampan dan memesona dengan menumbuhkan brewoknya. Hawt daddy!
Tapi oh tapi, kenapa saat dihadapkan dengan toilet cewek semua citra “bersih” tersebut mendadak lenyap seketika? Bagi kaum perempuan yang membaca tulisan ini, tentu akan paham dengan segala keresahan serta kesebalan yang saya rasakan ini. Teruntuk kaum lelaki yang belum pernah masuk toilet cewek, mari kita ghibahkan dan buka aib tentang kebersihan toilet cewek bersama-sama.
Kesan tentang toilet cewek yang bersih dan harum, itu benar adanya, tapi keadaan seperti itu tak lebih hanya terjadi sepuluh menit setelah toilet dibersihkan oleh mbak-mbak cleaning service yang baik hati dan penuh kesabaran. Setelah itu, maka jangan heran, akan ada banyak tisu dan rambut yang bertebaran di mana-mana. Baik itu di lantai atau di wastafel tempat cuci tangan.
Padahal tempat sampahnya itu sudah tersedia—besar pula. Tapi ya namanya jodoh mau gimana lagi ya, walau sudah dekat—sudah nampak di mata—tapi kalau belum jodohnya, apa boleh buat. Sungguh di negara +62 ini saya rasa tak ada percintaan yang lebih tragis dibanding percintaan sampah dan tong sampah.
Kalau nggak kepepet dan memang sedang dalam perjalanan jauh, saya sebenarnya malas mau masuk toilet cewek. Bayangkan, mau cuci tangan atau cuci muka di wastafel saja, saya harus menyingkirkan tisu-tisu bekas orang yang sudah lembek karena kena air itu di dalam tong sampah.
Saya masih tak habis pikir dengan orang-orang yang suka menggunakan tisu lalu meninggalkannya seenaknya sendiri setelah dipakai. Dia nggak pernah ngerasain sih, gimana rasanya disayang pas masih dibutuhkan, lalu dicampakan pas sudah tak berguna. Itu sakit, Ferguso!
Masalah yang saya anggap sebagai lagu lama—toilet yang mampet karena pembalut. Sudah jelas-jelas tertulis, dilarang membuang pembalut di kloset, tapi masih saja ada “manusia” yang membuangnya di sana. Tujuannya buat apa coba buang pembalut di kloset? Buat kerjaan tukang sedot WC gitu ya? Biar mereka dapat kerjaan dan nggak nganggur gitu ya?
Herannya lagi, sudah tahu toilet jorok kayak gitu ya, tapi kok ya masih saja banyak perempuan yang suka selfie di toilet. Coba siapa yang suka selfie di toilet, ngacung?—(eh, tapi saya juga pernah ding kalau yang ini).
Wahai para pengguna toilet cewek yang budiman, mohon jangan lagi meninggalkan tisu toilet di sembarang tempat. Selepas menyisir rambut, mohon punguti rambut yang rontok dan buang ke tong sampah. Kasian kan kalau rambutnya diinjak-injak di lantai oleh orang-orang?
Jangan budayakan meninggalkan sampah untuk orang lain, dan membebani psikis orang selanjutnya yang akan menggunakan toilet. Memang toilet itu milik umum, jadi secara otomatis harus kita jaga kebersihannya bersama-sama.
Jangan hanya gara-gara karena ada cleaning service kita bisa berlaku seenaknya sendiri. Jika tak bisa membersihkan sampah milik orang lain, maka setidaknya cukup tempatkan sampah milik sendiri di tempat yang seharusnya. Kalau misal tak ada tempat sampah, ada baiknya masukan dulu di tas lalu buang kalau sudah nemu tong sampah.
Oh iya, kenapa saya bisa bilang toilet cowok itu jauh lebih bersih dibanding toilet cewek? Itu karena pernah suatu hari tanpa sengaja saya salah masuk toilet, kebetulan toilet itu sepi dan gak ada orang. Saya sempat heran, kok toiletnya tampilannya jadi begini? Saya jadi bertanya sebenernya ini dipake buat apa—sembari ngeliatin toilet berdiri untuk cowok.
Di tengah kebingungan saya, masuklah seorang laki-laki. Macem saya sedang menginjak ular gitu, sayanya kaget si lelaki tak berdosa ini juga kaget. Kami berdua sama-sama kaget dan hampir berteriak bersamaan seperti adegan di FTV. Lelaki itu bahkan keluar lagi, lalu melihat papan toilet. Lalu saya sadar bahwa saya yang telah salah masuk toilet.
Setelah cengar-cengir,—karena malu—saya keluar dengan kekaguman yang luar biasa. Saya batin dalam hati, “Duh, andai saja toilet cewek bersihnya seperti toilet yang saya masuki tadi!”