Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kamu Mau Menikah Secara Rasional atau Irasional?

Alvi Awwaliya oleh Alvi Awwaliya
11 Juni 2020
A A
menikah secara rasional, orang sunda menikah dengan orang jawa

Teori Soal Kenapa Orang Sunda Tidak Menikah dengan Orang Jawa

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi saya, menikah tentu wajib dengan alasan cinta. Tapi nasehat Pakde soal menikah secara rasional dan irasional, membuat saya dilema. Bahkan ragu memutuskan untuk menikah.

Hampir lima bulan yang lalu, saya putus dengan pacar saya. Galau? Ya jangan ditanya. Sudah dapat pengganti? Sek, saya belum move on. Melihat kegundahan saya, Pakde mengajak saya untuk pergi ke warung kopi. Saya sudah hapal, jika sudah begini ia akan menasehati saya. Biasanya, ia akan menasehati untuk cari pacar lagi, atau menyibukan diri untuk melupakan mantan.

Umur Pakde berbeda 7 tahun dengan saya, sebab itu saya akrab dengan dia. Kali ini obrolan Pakde membuat saya tersentak. Ketika dia bilang, Menikah tidak melulu soal cinta.

Kamu harus tahu, ada dua macam bentuk pernikahan, katanya. Menikah secara rasional dan menikah irasional. Mendengar hal itu, langsung membuat saya ingin nyerocos menyela nasehat Pakde. Tetapi niat itu saya urungkan, mengingat saya sudah sering kualat sebab tidak mengikuti omongan orang tua. Toh, saya yakin di balik kalimat Pakde pasti atas dasar pengalaman hidup yang otentik. Meski seringnya jauh dari kisah cinta indah ala sinetron ftv.

Baiklah kembali pada nasehat Pakde~

Menikah secara rasional tidak lain adalah menikah atas dasar alasan yang logis dan masuk akal.

Pertama, menikah itu soal kemampuan untuk bertahan hidup. Salah satu teman pakde, sebut saja si B. Ia adalah laki-laki dengan penghasilan yang tidak seberapa, ia memutuskan menikah dengan istrinya yang seorang pegawai kantor dengan gaji tinggi. Umurnya dengan sang istri terpaut cukup jauh. Secara fisik, si B tentu akan sangat mampu jika mencari gadis seumurannya untuk diajak menikah, tetapi kebutuhan untuk mencukupi kehidupan dua orang adiknya yang masih sekolah dan harus ditanggung si B, membuatnya memilih menikah dengan istrinya yang sekarang. Hal semacam ini lumrah, mereka melakukannya untuk menaikkan status ekonomi. Realistis, atau istilah kasar dari pakde adalah nunut urip.

Tetapi, nikah model ini ternyata tidak hanya dialami oleh si miskin. Atasan pakde, panggil saja Cici. Ia menikahi suaminya karena bisinis mereka sama. Jika perusahaan mereka bergabung, otomatis kedua belah pihak mendapatkan keuntungan besar dalam jangka waktu yang panjang. Ketika sudah kaya raya, bertahan hidup bukan lagi soal nunut urip, melainkan pada takaran untung-rugi yang diperoleh atas dasar bisnis, atau pun bentuk menjunjung tinggi gengsi jika menikah dengan pasangan yang tidak sepadan.

Baca Juga:

Menghitung Penghasilan Minimal Setelah Menikah Versi 2025, Punya Gaji 7 Juta Baru Bisa Hidup Nyaman!

Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Gadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga

“Tapi, bukankah lama-lama mereka juga akan saling mencintai?,” Tanya saya, setelah cukup lama terdiam dengar cerita orang-orang disekitar pakde.

“Ngawur,” Ucapnya. Cinta tidak tumbuh dengan segampang itu. Mereka menikah tanpa cinta awalnya, ya kalau jatuh cinta beneran itu bonus banget. Kalau tidak, ketika mereka bersama, obrolan yang diciptakan tidak lain soal bagaimana cara untuk terus melanjutkan hidup. Cinta dan menikah itu tidak semudah romantisme ftv, tegasnya.

Bentuk menikah rasional yang kedua adalah menikah karena tuntutan umur. Pakde misalnya, ia akhirnya memutuskan menikah sebab seluruh saudara yang seumurannya sudah menikah. Secara ekonomi, pakde termasuk pegawai dengan gaji di atas umr, ia juga terbebas dari biaya menyekolahkan adiknya. Tapi, setiap hari Pakde selalu mendapat omelan soal umurnya yang harus sudah menikah. Mulai dari kedua orang tuanya, sepupu, hingga seluruh keluarga besar turut mendesak Pakde. Kalimat desakan yang paling sering dilontarkan untuk Pakde adalah “Nanti kalau orang tuamu keburu meninggal dan belum lihat cucu-cucunya, bagaimana,”. Padahal saya tahu betul, hati pakde belum sembuh dari bayangan si mantan. Ya, saya paham sudut pandang Pakde.

Cerita Pakde membuat saya teringat kakak kelas saya sewaktu kuliah yang akhir-akhir ini mulai sambat perkara nikah. Ia tidak lagi sentimentil seperti dulu, sejak ditinggal rabi si pacar. Ia sudah tidak peduli dengan cinta-cintaan. Ia mulai takut kesendirian. Hal itu terlihat ketika pesan whatsapp yang dikirim ke saya, berkali-kali menyebutkan jika hidup sendirian itu tidak enak. Ia butuh teman hidup. Ia tidak berharap akan meminang seorang perempuan dengan cara dan tempat yang romantis. Asalkan mau segera menikah dan bisa menemaninya, ia akan melamarnya.

Kesendirian juga termasuk dalam tuntutan untuk memilih menikah tanpa cinta, ujar Pakde. Jangan dianggap remeh, kesendirian ini lebih mencekam. Bagi beberapa orang, kesepian bisa berujung pada depresi dan berbagai macam penyakit mental lainnya. Apalagi jika kenyataannya menjadi dewasa tidak lagi memiliki banyak teman.

Tentu, tidak semua orang memutuskan untuk menikah dengan alasan yang logis, tetapi ada juga yang menikah dengan alasan yang tidak masuk akal, irasional atau karena cinta.

Ya, mereka menikah atas dasar cinta. Tidak peduli dengan jumlah mahar yang sedikit. Dekorasi yang seadanya. Atau bahkan berhutang untuk membuat sebuah pesta pernikahan. Asalkan bersama orang yang dicintainya ia akan sangat bahagia. Menikah dengan cinta juga kadang tidak peduli dengan keadaan pasangannya. Apa pun sifatnya asal dengan orang tersebut, ia yakin akan gembira.

Tetapi menikah atas dasar cinta tidak lantas membuat seseorang terhindar dari masalah. Setelah menikah, cinta mereka akan diuji dengan tiap hari berjuang melawan kemiskinan. Seberapa kuat cinta mereka menghadapi naiknya harga kebutuhan hidup?

Selain itu, sifat buruk pasangan yang sulit diubah juga jadi ujian cinta mereka. Hati mana yang sanggup untuk terus memaklumi sifat-sifat buruk atau bahkan ketika sudah cenderung menuju toxic relationship?

Jadi pada akhirnya yang harus kamu pahami, tiap orang punya pilihan masing-masing untuk memutuskan menikah. Mungkin ada yang cari jodoh atau menikah tidak perlu pakai cinta, tapi ada pula sebaliknya. Kalimat akhir cerita pakde untuk saya. Bagi saya, ini tentu akan menjadi perenungan yang panjang. Pasalnya saya masih keras kepala ingin menikah dengan orang yang saya cintai. Tetapi mau tidak mau tuntutan hidup akan menghantui saya nanti. Sial, saya jadi dilema dan ragu. Ah, yang tidak kalah penting untuk hal ini sekarang adalah ‘calonnya’ dulu. Sementara menunggu calon dan move on, saya akan terus merapal mantra ini

“Semoga cinta saya atau kalian, bukan benda antik yang mudah pecah karena kalkulasi untung-rugi, tuntutan umur dan juga alasan nafsu ingin praktik kumpul kebo berlabel halal” Aamiin.

BACA JUGA Alasan Teman Saya yang Orang Muhammadiyah Tidak Direstui Menikah dengan Orang NU atau tulisan Alvi Awwaliya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Juni 2020 oleh

Tags: keputusan untuk menikahmenikahPernikahan
Alvi Awwaliya

Alvi Awwaliya

ArtikelTerkait

Pertanyaan Kapan Nikah Itu Nggak Akan Menyebalkan, asalkan Nggak Ditanyakan Setiap Hari

Pertanyaan Kapan Nikah Itu Nggak Akan Menyebalkan, asalkan Nggak Ditanyakan Setiap Hari

16 Januari 2024
anak sulung

Anak Sulung yang Berkuasa di Rumah

20 Juli 2019
menikah

Menikah Tidak Sebercanda Itu, Adique!

10 Mei 2019
Tunangan Itu Penting Nggak, Sih? 

Tunangan Itu Penting Nggak, sih? 

27 September 2022
acara nikah

Tips Bikin Acara Nikah dengan Budget < 100 Juta di Jakarta

19 September 2019
diejek belum menikah itu

Menikah Itu Karena Memang Sudah Siap Diajak, Bukan Hanya Karena Sudah Bosan Diejek

5 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.