Kamu Masuk Jurusan HI karena Mau Jadi Dubes? Sebaiknya Jangan Gegabah, Saya Kasih Tahu Dulu Fakta-faktanya

Kamu Masuk Jurusan HI karena Mau Jadi Dubes? Sebaiknya Jangan Gegabah, Saya Kasih Tahu Dulu Fakta-faktanya

Kamu Masuk Jurusan HI karena Mau Jadi Dubes? Sebaiknya Jangan Gegabah, Saya Kasih Tahu Dulu Fakta-faktanya (Pixabay.com)

Kalau kamu masuk jurusan HI agar bisa jadi dubes, boy, i got news for you

Program studi hubungan internasional (HI) merupakan program pendidikan di perguruan tinggi yang menawarkan pemahaman tentang dinamika hubungan antarnegara, organisasi internasional, dan isu-isu global. Biasanya, HI menjadi bagian dari prodi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), fokusnya adalah pada analisis politik, ekonomi, hukum, dan sosial dalam skala global.

Nggak bisa dimungkiri, HI merupakan salah satu prodi yang paling diminati di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Banyaknya peminat terhadap prodi ini membuat HI menjadi incaran banyak orang. Bahkan, banyak calon mahasiswa yang menaruh prodi ini di pilihan pertama alias prodi prioritas mereka.

Banyaknya stereotip yang dilontarkan orang lain juga turut mengiringi prodi HI, seperti sering pergi ke luar negeri, jago bahasa Inggris, sampai dicap kalau lulus pasti jadi diplomat ataupun duta besar alias dubes. Stereotip-stereotip ngeselin ini mungkin sudah pernah didengar oleh sebagian besar mahasiswa jurusan HI.

Dubes adalah jabatan politis

Duta besar merupakan jabatan yang diidam-idamkan oleh mahasiswa HI, khususnya mahasiswa baru. Akan tetapi, untuk menduduki jabatan duta besar tidak segampang membalikkan telapak tangan karena hal ini sudah menjadi rahasia umum kalau jabatan dubes tak lebih hanya sebagai jabatan politis, bukan jabatan karier.

Dalam sejarahnya, dubes kental sebagai jabatan politis, bahkan dicap sebagai jabatan “buangan” politik. Hal ini terjadi pada era Orde Baru di bawah nakhoda Soeharto. Pada masa Orba dulu, orang sering lihat jadi duta besar tuh kayak jadi pelarian buat mereka yang dulu dianggap jadi “buangan” politik oleh pemerintahan.

Alasannya gara-gara Orba itu suka pakai kekuasaan secara otoriter buat mengatur dan menghukum orang-orang yang beda pendapat atau dianggap ancaman buat kestabilan mereka. Akibatnya, ada beberapa orang yang dulu punya pengaruh politik atau pernah ikut gerakan yang menentang pemerintah, terus jadi duta besar dan ditempatkan di negara lain. Misalnya, Jenderal Hoegeng Iman Santoso.

Kadang dianggap “pengasingan”

Ada juga yang menganggap itu kayak “pengasingan” gitu. Semacam diusir dari panggung politik dalam negeri karena dubes kurang berpengaruh dalam urusan politik dalam negeri.

Tapi sebenarnya, dalam beberapa kasus, jadi duta besar pada masa Orba itu tetap penting, lho. Mereka mesti menjaga hubungan diplomatik dengan negara lain dan bantu promosikan kepentingan Indonesia di kancah internasional. Dalam politik global, tugas dubes masih punya peran yang besar, termasuk dalam diplomasi, perdagangan, dan kerja sama internasional.

Biasanya, orang-orang yang menjadi dubes punya kedekatan dengan presiden atau menteri luar negeri. Akan tetapi, banyak juga dubes-dubes yang memang memiliki kompetensi dalam memegang jabatan dubes. Dubes memang menjadi hak prerogatif presiden—dengan memperhatikan pertimbangan DPR, sehingga presiden bebas memilih siapa saja yang dikehendaki untuk menjadi dubes, tidak terbatas pada lulusan HI.

Prospek kerja jurusan HI lebih luas ketimbang cuma jadi dubes

Jangan berkecil hati. Sebetulnya, prospek kerja nggak sebatas jadi dubes. HI menawarkan peluang karier yang luas dan beragam di berbagai sektor dan tingkat global. Lulusan HI nggak cuma terbatas sebagai dubes. Mereka bisa menjadi diplomat di kedutaan besar atau konsulat, mewakili negara di luar negeri dan menjalankan tugas diplomasi.

Selain itu, mereka bisa menjadi analis kebijakan internasional di lembaga pemerintah atau organisasi penelitian, memberikan masukan kebijakan dengan menganalisis perkembangan global. Bekerja sebagai konsultan internasional juga menjadi opsi, yang mana mereka memberikan saran dan solusi untuk masalah bisnis dan hubungan internasional.

Menjadi jurnalis internasional yang meliput berita global, konflik, dan kebijakan luar negeri juga bisa jadi pilihan. Nggak cuma itu, lulusan HI juga bisa menjadi pengajar atau dosen di perguruan tinggi, berkontribusi dalam pendidikan di bidang HI.

Mereka juga bisa berperan sebagai peneliti di lembaga riset, menyelidiki isu-isu global dan mencari solusi-solusi. Bekerja di lembaga internasional, seperti PBB, WTO, IMF, atau UNESCO juga merupakan opsi, yang mana mereka berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan global dan kerja sama internasional.

Bagi yang berminat bisnis, lulusan HI bisa terlibat dalam bisnis lintas negara, mengelola aspek perdagangan global, distribusi, atau hubungan dengan mitra internasional. Mereka juga bisa berkontribusi di organisasi nonpemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus pada isu-isu global, seperti HAM, lingkungan, kesehatan, dan pendidikan.

Bahkan, mereka juga bisa menjadi pengusaha global dengan memanfaatkan pemahaman tentang hubungan internasional untuk mendirikan bisnis internasional atau berkolaborasi dengan mitra dari berbagai negara.

Pada akhirnya, lulusan HI memiliki beragam kesempatan karier yang bisa memberikan kontribusi pada berbagai aspek kehidupan global, mulai dari diplomasi, bisnis, hingga isu-isu kemanusiaan.

Mahasiswa jurusan HI bercita-cita menjadi dubes tidak masalah

Kalau tetap mau jadi dubes, ya … nggak masalah. Toh, rezeki sudah diatur Tuhan. Siapa tahu peluang anak HI untuk menjadi dubes bisa terlaksana. Lagi pula, anak jurusan HI kebanyakan juga belajar mengenai teori dan konsep terkait hubungan antarnegara. Sehingga ini bisa mempermudah nantinya jika ditunjuk menjadi dubes.

Lulusan HI punya kesempatan menarik buat jadi dubes, posisi yang bikin banyak orang kagum dan punya pengaruh besar. Sebagai wakil resmi negara di kancah internasional, tugas duta besar nggak main-main. Mereka mesti membangun hubungan diplomatik, mempromosikan kepentingan negara, dan menjadi jembatan komunikasi antarnegara asal dan penerima.

Para lulusan HI punya nilai tambah buat posisi ini. Soalnya mereka sudah dilatih dalam hal hubungan internasional, politik, ekonomi, dan masalah global. Dalam menjalani tugasnya, mereka mesti punya pemahaman yang kuat soal dinamika geopolitik, ekonomi, dan sosial di skala global.

Ya intinya, mereka memang “dilatih” untuk jadi dubes lah. Ingat, dilatih, jadi dubesnya ya urusan yang nunjuk itu mah.

Jadi, buat mahasiswa-mahasiswa jurusan HI yang berambisi jadi dubes, siap-siap belajar terus. Yang penting, terus berkomitmen untuk berkembang dalam dunia diplomasi dan hubungan internasional secara keseluruhan.

Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Tips Kuliah Lancar untuk Maba Jurusan Hubungan Internasional

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version