Kampanye Politik Gus Ami yang Penuh Nuansa Objektifikasi Perempuan Memang Ra Mashok

Kalian udah nonton kampanye terbaru dari Gus Ami, belum?

Serunya masa periode kedua presiden Indonesia adalah gencarnya tokoh untuk promosi. Kecuali presiden sekarang jadi 3 periode, ya. Tapi realitanya, banyak tokoh masyarakat mulai pasang diri agar makin dikenal publik. Dan caranya memang variatif. Dari hal membosankan seperti pasang baliho, sampai publicity stunt yang kadang norak.

Apalagi sampai hari ini belum ada calon kuat presiden periode berikutnya. Tentu ini jadi kesempatan para tokoh untuk unjuk gigi dan popularitas. Harusnya sih unjuk potensi, kinerja, dan wacana untuk menahkodai negara ini. Tapi biasalah, endingnya tetap adu popularitas yang kadang tidak nyambung.

Kalau saya diminta mereview kampanye seluruh caleg, tentu bisa berjilid-jilid dan butuh rubrik khusus di Terminal Mojok ini. Jadi saya akan fokus pada kampanye salah satu tokoh. Kebetulan kampanye tokoh ini cukup menarik minat saya karena nggatheli. Tidak lucu ataupun garing, tapi nggatheli karena kesan objektifikasi pada perempuan.

Yang saya maksud adalah kampanye dari Pak Abdul Muhaimin Iskandar. Mungkin kita kenal sebagai Cak Imin. Tapi entah mengapa, akhir-akhir ini blio seperti ruwatan dan ganti nama panggilan menjadi Gus Ami. Yah, suka-suka yang punya nama, sih. Mungkin nama yang lama kurang moncer untuk dilirik sekadar jadi wakil presiden.

Kampanye yang saya maksud sepertinya bukan dari ide Gus Ami sendiri. Kemungkinan besar dari relawan dan simpatisan blio. Kampanye berupa video berdurasi 40 detik pas ini diterbitkan oleh akun Twitter @ayub_elgenaro. Sudah jelas akun ini akun simpatisan Cak Ami, menilik video kampanye dan konten lain yang dibagikan.

Video kampanye tersebut berisi beberapa model perempuan yang entah kenapa jalan-jalan dan berpose di parkiran mobil. Sepertinya di sebuah hotel jika menilik latar belakangnya. Entah mengapa para perempuan ini mengenakan pakaian bergambar Gus Ami dan berpose ala model. Pengambilan video ini juga penuh kesan menangkap kemolekan para perempuan tersebut.

Dan entah kenapa juga video ini diakhiri dengan para perempuan tadi bersuara lantang, “Gus Ami 2024”. Lha 2024 Gus Ami ngapain? Pokoknya, keseluruhan video ini benar-benar membingungkan. Entah apa yang ingin disampaikan jika membandingkan isi video dengan kesan kampanye ini. Pokoknya, sekali nonton bakal komen, “Ra mashoook blas.”

Tapi Stevie Wonder dan Fujitora bisa melihat tujuan video ini. Yang jelas, video ini mengandalkan kemolekan para model sebagai alat penarik perhatian. Lha apa lagi yang mau diusung dalam video ra cetho ini? Box Hydrant yang jadi tempat salah satu model berpose?

Bukan berarti saya membenci para perempuan dalam video ini. Anda semua telah bekerja dengan baik, kok. Yang bermasalah adalah isi otak sang pemrakarsa video ini. Siapa pun itu, pokoknya Anda yang luput. Harusnya Anda yang diruwat, dan bukan Gus Ami yang harus ruwatan ganti nama politik.

Lha gimana tidak bermasalah. Sudah sejak awal saya sampaikan, kampanye itu ya dengan unjuk potensi, kinerja, dan wacana untuk menahkodai negara ini. Lha ini jelas-jelas berharap simpati masyarakat dengan menampilkan kemolekan perempuan sebagai daya tarik.

Masalah pertama, jelas-jelas video ini berfokus pada daya tarik perempuan. Bahkan cenderung menjurus pada ranah seksual. Ayolah jangan sok suci, sudah jelas-jelas terlihat. Bahkan musik EDM yang mengiringi menambah nuansa sensual. Kecuali musik yang dipakai “Lagu Cinta Kelas Pekerja”nya Begundal Lowokwaru. Saya jamin makin ra mashok, tapi saya pastikan saya putar terus videonya.

Selain itu, mana muatan edukasi politiknya? Mana ide-ide brilian Gus Ami untuk 2024? Lha video yang saya yakin bernilai jutaan ini hanya berakhir dengan “Gus Ami 2024” tadi jhe. Lha terus ngopo? Masih mending iklan rokok yang bisa memperkuat brand image tanpa mengeksplotasi produk rokoknya.

Namun, masalah pertama sih sepele. Yang puncak nggatheli adalah masalah kedua. Masalahnya, apakah opini masyarakat harus diarahkan dengan objektifikasi perempuan? Apakah masyarakat bisa mengaspirasikan gagasan mereka dengan objektifikasi perempuan. Lebih penting lagi, untuk apa objektifikasi perempuan dalam kampanye?

Memang kasus seperti ini bukan hal baru. Setiap ada kampanye di lapangan, pasti ada acara dangdutan. Dan suka tidak suka, dangdutan ini juga bentuk objektifikasi perempuan. Semata-mata demi mencari massa agar lokasi kampanye terlihat ramai. Kan melas juga kalau kampanye politik lebih sepi daripada tengah alas roban.

Akan tetapi, bukan berarti kita bisa memaklumi ini. Jelas-jelas perempuan dalam video ini dijadikan objek daya tarik sensual. Bahkan dengan sebutan Barisan Cinta Gus Ami. Perempuan ditempatkan sebagai daya tarik politik dengan potensi seksual.

Ini sudah melecehkan dua pihak. Pertama, jelas perempuan yang belum bisa bebas dari cengkraman objektifikasi beraroma seksual. Yang kedua, adalah nalar dan pengetahuan politis rakyat. Seolah-olah rakyat tampak dungu sampai harus memancing perhatian menggunakan umpan sensualitas.

Kalau urusan kampanye saja sudah penuh nuansa objektifikasi perempuan, kok saya makin pesimis dengan kesejahteraan perempuan nantinya. Bahkan membayangkan RUU PKS disahkan saja makin minder. Lha sejak kampanye saja, perempuan masih menjadi makhluk kelas dua, je.

Ini lebih mengkhawatirkan ketika ada video kampanye seperti simpatisan Gus Ami ini. Dalam ranah politik yang notabene menyetir kehidupan negara ini masih bermodalkan objektifikasi kedua. Selain menunjukkan banyak yang masih doyan untuk memandang perempuan sebagai seger-seger dunia, para tim sukses dan caleg memang belum punya pemahaman tentang gender dengan baik.

Oalah Cak, eh, Gus. Apakah tim pembuat kampanye Anda ini belum mengenal Anda? Sampai-sampai kampanye tentang Anda harus membuat perempuan jadi seperti hiasan dinding. Ah, tapi bisa apa. Toh, pemakluman pada hal seperti ini masih menghiasi hidup ini.

Apa tim Gus Ami ini tidak punya ide lebih moncer sedikit? Padahal dana yang digelontorkan terlihat tidak sedikit. Kok idenya cupet dan tidak lari dari unsur sensualitas perempuan? Padahal anak-anak saja sudah pinter bikin konten TikTok. Ini sih kalah TKO namanya kalau tim Gus Ami pinter-pinteran bikin konten dengan anak-anak.

Sumber Gambar: YouTube KompasTV

BACA JUGA Konten TikTok Perempuan Pakai Baju PKB, Bikin Netizen Pengin Gabung Meski Nggak Jelasin Ideologi Partai dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version