Saya adalah wanita yang menggunakan media sosial terutama Instagram setiap hari. Hampir 4-5 jam dalam sehari saya menghabiskan waktu di media sosial. Berbagai postingan sering saya upload ke akun Instagram pribadi saya. Mulai dari foto selfie, traveling, kuliner hingga reward atau pencapaian yang saya dapatkan.
Bagi saya Instagram adalah album foto jaman now yang bersifat digital. Kata lainnya pengganti album foto konvensional. Di mana kita tidak perlu mencetak foto kita agar dapat dilihat oleh publik. Hanya dengan mengupload saja, semua orang dapat melihat postingan kita. Yang penting postingan tersebut menarik dan tidak melanggar ketentuan UU ITE.
Postingan terbanyak yang ada di Instagram saya adalah tentang traveling dan reward. Namanya juga hobi jalan-jalan, ya pasti sering posting foto traveling. Reward yang saya posting bukan seperti dapat hadiah jutaan atau mobil mewah. Tapi sejenis pencapaian yang saya peroleh dari kerja keras saya. Contohnya capaian akademik yang telah saya dapatkan.
Tapi tentu saja tidak semua orang suka dengan apa yang kita posting di media sosial. Padahal kita posting di akun pribadi kita. Sering saya mendengar banyak orang yang berkomentar tentang postingan saya. Terutama ketika saya memposting reward yang saya miliki di Instagram saya. Banyaknya omongan yang tidak sengaja saya dengar tentang postingan saya.
Hal seperti itu aja diposting, alay banget sih.
Baik, mungkin bagi kalian postingan itu adalah hal yang biasa saja. Tapi buat orang lain belum tentu kan, bisa jadi adalah kebahagiaan. Pertanyaannya, apa salahnya memposting reward di Instagram? Apakah postingan tersebut membuat kalian sakit hati jika melihatnya?
Yang membuat saya tertawa, kenapa mereka tidak berani komentar di Instagram saya? Kenapa mereka hanya berani membicarakan saya di belakang? Lagian siapa sih yang dulu nyuruh follow instagram saya? kalau kamu ngefollow akun Instagram orang, ya pasti bakal lihat berbagai postingan mereka dong. Kalau nggak suka sama postingan saya, kan ada tombol unfollow. Tinggal tekan, beres kan?
Dengan unfollow, kalian nggak bisa ngelihat postingan mereka di beranda. Jadi kalian nggak bakal iri atau bahkan sakit hati lihat postingan mereka. Daripada kalian sakit hati dan iri dengan postingan mereka ya mending di-unfollow atau langsung blokir saja. Kalau memang hal itu bisa membuat kalian tenang, nyaman tanpa perlu ngiri, kenapa nggak? Lakukan saja kalau itu buat kalian senang. Bahkan saya nggak bakal sakit hati. hehe
Pengalaman menarik saya, ketika artikel pertama saya yang berjudul Dear Para Cowok, Nggak Semua Cewek Suka Moge, Ini Alasannya diterima di mojok. Siapa sih yang nggak seneng kalo tulisannya ditayangkan di sebuah media online ternama. Saya pasti juga seneng dong, apalagi itu adalah artikel pertama saya. Ketika saya mendapat konfrimasi malalui email bahwa artikel saya sudah terbit, saya langsung share ke Instagram story.
Alhasil, setelah artikel tersebut saya share, malah banyak teman-teman saya yang nyinyir. Bahkan DM-DM mereka memenuhi Instagram saya. Banyak dari mereka ngejudge dan ada juga yang bilang bahwa saya pamer. Pamer? Eits, maksudnya pamer apa nih? Kadang saya berfikir bahwa mereka iri dengan saya. Semoga bukan saya yang GR aja yhaaa~
Tapi ngapain juga iri dengan postingan saya, toh mereka juga terbilang cerdas. Lagian artikel tersebut juga saya share di akun pribadi saya. Jadi saya pikir itu adalah hak saya untuk posting apa saja tanpa perlu meminta izin kepada siapapun. Dalam artian saya tidak merugikan orang lain atas hal yang saya posting ya.
Sejujur-jujurnya saya menulis juga bukan bertujuan untuk disenangi banyak orang. Saya menulis karena dari dulu saya suka menulis, apalagi salah satu cita-cita saya menjadi seorang penulis.
Saya memposting berbagai reward yang saya dapat semata-mata hanya sebagai portofolio saja. Mungkin dapat dijadikan pengetahuan baru, bahwa banyak perusahaan yang kadang ingin melihat media sosial kita. Dari melihat media sosil kita, perusahaan juga dapat mempertimbangkan apakah kita termasuk orang dalam kriteria mereka atau tidak? Di sinilah saya menggunakan media sosial termasuk Instagram sebagai tempat portofolio saya. Sehingga seringkali saya memposting berbagai capaian yang telah saya dapatkan.
Bagi kalian yang emang iri dengan pencapaian seseorang, seharusnya bisa bersaing secara sehat. Atau setidaknya mengapresiasi kebahagiaan yang sedang dialami orang lain. Pun saya akan melakukan hal serupa kok. Mari berlomba-lomba dalam hal kebaikan! (*)
BACA JUGA Pokoknya Belum Kaffah Kalau Belum Ada Link-nya atau tulisan Melina Ayu Agustin lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.