Dahsyat banget dampak perkara split bill yang trending di Twitter ini. Relate bagi banyak orang dari beragam latar belakang, baik yang lihai dalam urusan kencan maupun yang belum pernah kencan sama sekali. Semua orang kepingin ikutan bahas karena masalah ini memang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Tapi, bagi Yumi dan Woong di Yumi’s Cells, urusan split bill sudah selesai sejak pertama kali mereka bertemu saat kencan buta. Sudah langsung disepakati mereka ketemu untuk kencan buta, ya. Bukan hangout atau sekadar kopdar anak muda Twitter.
Kejadiannya ada di episode dua dan tiga Yumi’s Cells. Tanpa membawa mobil, tanpa minta dijemput, Yumi dan Woong bertemu di Bonjour Fountain. “Aku pakai tas merah, ya,” kata Yumi di chat. Mereka memang nggak saling tahu akun medsos satu sama lain, Ugi sebagai comblang pun nggak share foto.
Setelah ketemu, Yumi berinisiatif mengajak Woong minum kopi. “Panas banget nggak, sih? Minum kopi, yuk. Ada tempat yang enak di seberang jalan.” Woong yang sedang terpesona cuma ah oh saja.
Saat ngopi, perut Yumi bunyi, Woong cepat tanggap, “Jam enam, nih. Karena kamu sudah mengajakku ngopi di tempat yang asyik, gimana kalau gantian kuajak makan ke restoran enak?”
Setelah selesai makan Yumi ke kasir hendak membayar makanan, namun Woong menghentikan Yumi.
“Kamu kan sudah bayar kopi tadi, makanan ini aku saja yang bayar,” kata Yumi.
“Kan sudah kubilang aku yang traktir,” jawab Woong.
“Jangan dong, masa kamu yang bayar semuanya?” tolak Yumi. Akhirnya Yumi yang jadi pemenang perdebatan, ia yang bayar makanan.
Woong yang nggak mau kencannya berakhir cepat ngajak minum. Karena Yumi nggak tertarik melanjutkan kencan, ia menolak. Tapi akhirnya mereka datang ke festival kodok dengan membeli tiket couple, Woong yang bayar. Awalnya sih Woong mau beli dua tiket, tapi karena tiket couple ada diskon, Yumi mengaku sebagai pasangan supaya Woong dapat diskon. Selain membayar tiket, Woong juga mentraktir popcorn.
Ada dua hal yang menarik dari kencan pertama Yumi dan Woong. Pertama, maksud pertemuan sudah disepakati sejak awal. Jadi, nggak ada ceritanya pihak A bilang kencan, sementara B (mengaku) berpikir sedang hangout dengan stranger dari Twitter.
Kedua, gestur “ingin membayar” sangat penting dan perlu dihargai plus nggak usah gengsi pakai diskon, Gaes. Yumi dan Woong sukses menampilkan kesan bukan orang matre dan egois, perhatian soal pengeluaran pasangan saat kencan, dan berusaha nggak membebani orang lain. Memang kalau dipikir-pikir kencan buta adalah kesepakatan berdua, wajar jika pengeluaran saat kencan jadi tanggungan berdua.
Menyimak berbagai komentar di Twitter, sepertinya banyak yang berpendapat bahwa laki-laki lah yang seharusnya membayar pengeluaran saat kencan. Gentleman katanya harus begitu. Menurut saya ini soal preferensi saja, sih. Toh kalau maunya split bill pun jika memang tertarik akan ada kencan kedua dan seterusnya. Jika split bill diyakini mewakili attitude, cara berpikir, personality, dan sebagainya kemudian ajakan split bill dianggap “red flag” dan bikin turn off ya terserah saja.
Kultur Korea memang berbeda dengan Indonesia. Di sana sudah terang-terangan soal kencan buta sejak awal. Nggak ada ceritanya salah paham, hangout dalam rangka kopdar (kopi darat atau meet up) disangka first date. Duh, jauh betul kesasarnya.
Namun, soal traktir-mentraktir saat kencan pertama atau sekadar kopdar dengan stranger dari medsos sepertinya juga soal common sense dan berlaku umum, sih. Bahkan beda nilai/norma atau preferensi pun nggak akan jadi masalah asal kita mau mikir dikit.
Kita kan nggak bisa menebak-nebak isi pikiran orang, kenal satu sama lain juga baru (kalau konteksnya kencan pertama dan kopdar). Karena itulah perlu pakai common sense biar nggak salah paham. Kalau sense-nya lelet, bisa pakai cara sederhana, yaitu dikomunikasikan sejak awal.
Selain itu, perlu banget memahami etiket dasar seperti:
Satu, makanlah di tempat yang bisa kita bayar sendiri harga makanannya alias affordable. Dua, kalau nggak ada pernyataan ditraktir (literally dinyatakan dalam ucapan, ya) sebaiknya bayar sendiri makanan kita. Tiga, meski ada pernyataan ditraktir lebih baik tahan diri untuk nggak memilih menu yang mahal. Jangan aji mumpung. Etiket dasar ini nggak membedakan gender, ya.
Jujur soal keributan di Twitter itu saya nggak habis pikir, sih. Mbaknya bisa salah paham soal nge-date kemudian bete diminta split bill, blio ini princess dari kecamatan mana memangnya? Sepertinya terbiasa dipuja-puji dan diurusi sampai-sampai bayar makanannya sendiri saja nggak sudi.
Terus, masnya bisa bikin rincian detail banget sampai jadi thread panjang. Jari kuat ngetik sebanyak itu buat klarifikasi, tapi nggak cukup kuat buat berkomunikasi dengan terang benderang sama mbaknya sejak awal?
Soal apa pun sudah pasti akan jadi masalah jika kita selalu menganggap bahwa ekspektasi-ekspektasi kita lah yang akan dan seharusnya terjadi. Kemudian berujung sindir-menyindir dan spill di medsos karena ekspektasi tak tercapai. Bersyukur kalau dapat dukungan, kalau malah dirujak netizen lalu kena mental gimana?
Sumber Gambar: Unsplash