Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Kalau Mau Waras, Jangan Kerja di Retail. Beneran, Jangan

Alifah Ayuthia Gondayu oleh Alifah Ayuthia Gondayu
31 Mei 2025
A A
Kalau Mau Waras, Jangan Kerja di Retail. Beneran, Jangan

Kalau Mau Waras, Jangan Kerja di Retail. Beneran, Jangan

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau kamu sedang mencari pekerjaan yang bisa bikin cepat kaya, cepat naik jabatan, atau cepat pulang, maaf, kerja di retail bukan jawabannya. Bahkan untuk satu dari ketiga itu pun seringnya nihil. Tapi kalau kamu mau belajar cepat marah, cepat stres, cepat nangis di gudang, nah barulah retail jadi tempat kerja terbaik.

Saya nggak bercanda, pernah suatu kali, saya mampir ke sebuah toko fashion retail besar, saya mampir buat beli sepatu. Tapi yang dipajang ukurannya kurang pas dengan kaki saya. Kemudian saya bertanya kepada mbak-mbak karyawan toko dan minta dicarikan ukuran yang sesuai.

Dengan sigap mbak karyawan itu membawa sepatu yang saya pilih dan bergegas jalan ke arah gudang sambil wajahnya ketarik ke bawah. “Bentar ya, Kak”, katanya sambil senyum tipis, lalu menghilang di balik pintu kayu yang sepertinya lebih sering jadi tempat pelarian mental daripada tempat simpan stok.

Lima menit kemudian, dia balik, masih senyum tapi matanya merah. Mungkin dia kesusahan nyari stok sepatu dengan ukuran yang saya minta, sampai ngeluarin air mata. Atau habis debat sama admin stok gudang yang naruh barang nggak sesuai dengan tempatnya. Atau bisa jadi dua-duanya. Entahlah

Kerja di retail itu berat, bukan cuma sekedar harus berdiri delapan jam sambil ngitung baju atau ngelipetin jeans yang tiap lima menit dijungkirbalikin pengunjung. Beratnya justru datang dari tekanan yang nggak kelihatan: target penjualan, shifting nggak menentu, lingkungan kerja yang kompetitif kayak ajang adu mental. Sampai pelanggan-pelanggan absurd yang menganggap semua karyawan retail itu robot tanpa emosi.

Customer adalah raja yang sering lupa tata krama

Di dunia retail, ada satu pepatah sakti yang diwariskan turun-temurun: “Pembeli adalah raja.” Sebuah kalimat suci yang diucapkan bos-bos HRD dengan wajah cerah penuh harap, tapi terdengar seperti kutukan buat para prajurit garis depan: kasir, pramuniaga dan karyawan toko swalayan yang gajinya nggak seberapa tapi kerjaan nggak kira-kira.

Masalahnya, banyak “raja” yang datang bukan dengan tongkat emas, tapi dengan mulut yang siap nyolot, telunjuk yang hobi menunjuk-nunjuk. Bayangin, kamu udah kerja di minimarket pinggiran kota. Jam 8 pagi udah buka, jam 10 siang udah ngos-ngosan. Tiba-tiba datang seorang ibu-ibu tipe yang kalau di sinetron pasti perannya nyebelin, dia ngomel-ngomel karena diskon Rp5.000 dari aplikasi nggak kepotong otomatis. Kamu coba jelasin prosedur, dia malah makin nyolot kayak sedang debat caleg. Nada tinggi, tangan menyilang. dan kamu ditatap kayak anak kos yang belum bayar uang sewa.

Yap, ini bukan sekadar cerita atau contoh fiksi. Ini kejadian pernah saya lihat secara langsung. Ibu itu berdiri antre tepat di depan saya, sambil bilang, “Mas ini gimana sih? Masa aku harus klik-klik segala? Kan jelas di banner diskon!” padahal jelas-jelas di bawah banner ada tulisan kecil “S&K berlaku”.

Baca Juga:

Semua Orang Boleh Mengejar Work Life Balance, Kecuali Pekerja Retail, Soalnya Nggak Mungkin Bisa Tercapai

Anggota DPR, Profesi yang Paling Cocok dan Sesuai dengan Gaya Hidup Gen Z

Wah ini mungkin malah salah si pembuat banner yang kasih tulisan segede semut. Tapi, siapa peduli? Di mata sang raja, kamu hanyalah rakyat jelata yang hidupnya diciptakan untuk melayani, mendengarkan, dan kalau bisa sekalian jadi samsak gratis.

Lingkungan kerja di retail yang kadang lebih serem dari customer

Ternyata, tantangan utama pekerja retail itu bukan cuma yang berdiri di depan kasir, ngeluh karena antrean panjang atau nanyain stok barang yang udah jelas-jelas kosong. Karena ada yang lebih seram dari pelanggan: lingkungan kerjanya sendiri.

Kok bisa?

Ini sih berdasarkan testimoni teman saya, sebut saja Mita (bukan nama sesungguhnya), dia sudah bekerja di retail lebih dari lima tahun. “Masalah di retail tuh bukan cuma pelanggan yang nyebelin, tapi orang-orang disekitarnya juga. Udah tahan lama pun, tetep aja ada masalah yang bikin pengen resign.”

Coba bayangkan: kamu udah kerja sesuai shift, tapi masih harus menghadapi manajer yang hobinya marah-marah sambil bawa-bawa kata “profesionalitas”. Salah nyusun display? Langsung muncul pertanyaan “Kamu kurang perhatian terhadap retail, masalah pribadi jangan dibawa ke tempat kerja.” Belum lagi rekan kerja yang licin kayak belut, tipe yang tiba-tiba hilang entah ke mana pas kerjaan mulai numpuk. Alasannya klasik: “Ke gudang dulu ya, nyari stok.” Padahal sampai satu jam nggak balik-balik, dan pas dicari, eh ketemu lagi ngopi sambil main HP di belakang kardus-kardus bekas.

Tapi begitu manajer datang, dia pasang lelah, seolah-olah habis beresin satu rak sendirian. Dan sialnya, kadang justru dia yang dapat pujian. Iklim kerja toxic ini sering kali sembunyi di balik kata-kata motivasi yang ditempel di dinding kantor. “Kerja keras adalah kunci sukses.”, tapi realitasnya? Yang kerja keras malah dijadikan tameng buat yang kerja setengah hati.

Baca halaman selanjutnya

Gaji melempem, tuntutan seabrek

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 1 Juni 2025 oleh

Tags: kerja di retailretailwork life balance
Alifah Ayuthia Gondayu

Alifah Ayuthia Gondayu

Jika tidak ada tempat untuk mendengar, ceritakan lewat tulisan.

ArtikelTerkait

MR DIY Memang Cocok Buat Dikunjungi Tanpa Membeli

MR DIY Memang Cocok Buat Dikunjungi Tanpa Membeli

6 Mei 2023
5 Orang yang Sebaiknya Nggak Belanja di KKV Terminal Mojok

5 Orang yang Sebaiknya Nggak Belanja di KKV

13 November 2022
3 Alasan PNS Seharusnya Nggak Usah Lembur terminal mojok

3 Alasan PNS Seharusnya Nggak Usah Lembur

4 Oktober 2021
Anggota DPR, Profesi yang Paling Cocok dan Sesuai dengan Gaya Hidup Gen Z

Anggota DPR, Profesi yang Paling Cocok dan Sesuai dengan Gaya Hidup Gen Z

6 Desember 2023
Work Life Balance Adalah Mitos Belaka Bagi Ibu Pekerja terminal mojok (1)

Work Life Balance Adalah Mitos Belaka Bagi Ibu Pekerja

21 Mei 2021
Terima Kenyataan bahwa Work-Life Balance Memang Bukan untuk Semua PekerjaTerima Kenyataan bahwa Work-Life Balance Memang Bukan untuk Semua Pekerja terminal mojok.co

Terima Kenyataan bahwa Work-Life Balance Memang Bukan untuk Semua Pekerja

3 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.