Kado Sidang Skripsi: Tradisi atau Sekadar Gengsi?

Kado Sidang Skripsi: Tradisi atau Sekadar Gengsi?

Kado Sidang Skripsi: Tradisi atau Sekadar Gengsi? (Pixabay.com)

Jauh ketika saya kecil, melihat orang-orang mendapatkan hadiah skripsi tampak asyik. “Wah, senang ya bisa dapat hadiah”, dan itu adalah perasaan yang justru membuat saya ingin cepat mengenyam bangku kuliah dan merasakan sensasi skripsi. Sekarang, pasca melewati skripsi, perasaan di masa kecil itu hilang begitu saja. Ternyata beda ya, hal yang pertama kali saya pikirkan.

Di tahun terakhir perkuliahan, skripsi bukanlah tugas akhir yang hanya diambil satu-dua orang saja, tetapi tugas akhir bagi seluruh mahasiswa tahun terakhir. Persyaratan setiap tahapan skripsi mulai dari pelaksanaan seminar proposal, seminar hasil, hingga sidang skripsi menuntut si pengenyam skripsi untuk mengundang sejumlah teman sebagai audience.

Selayaknya undangan kondangan yang membuat para hadirin membawa hadiah, sidang skripsi ternyata juga dianggap serupa. Sungkan dong kalo datang dengan tangan kosong, demikian pemikiran kebanyakan orang.

Pada satu sisi, hadiah tersebut merupakan bentuk support system seorang teman dalam mendukung rekannya yang tengah menempuh skripsi. Hal itu juga menjadi bentuk seremonial tersendiri bagi si pengenyam skripsi karena telah menempuh perjalanan berat. Namun, apabila ditilik dari segi anak kos dan manajemen keuangan bulanan, dapat bertahan hidup satu bulan saja sudah alhamdulillah. Kalau yang mengundang teman dekatmu sih tidak masalah, tetapi kalau yang mengundang adalah orang yang jarang bertemu, ngobrol saja hanya sekadar say hi doang. Apa itu tidak memberatkan?

Lalu, pemberian hadiah tersebut apakah sebuah tradisi atau sebatas rasa gengsi? Bisa jadi keduanya. Sepemahaman saya, tradisi itu suatu kebiasaan sekelompok masyarakat yang terjadi secara turun-temurun dan telah melewati kesepakatan bersama secara tidak langsung. Kalau saya tidak sepakat bagaimana? Yo ndak usah kasih apa-apa, begitu kok repot.

Sekarang coba kita lihat, tujuanmu memberikan kado itu untuk apa.

Bentuk ucapan selamat

Skripsi itu hal berat. Betulan loh. Entah seseorang menempuh skripsi reguler, konversi dari artikel ilmiah, atau konversi karya lainnya, semuanya sama-sama berat. Melihat perjuangan seseorang dalam menempuh skripsi, banyak batu sandungan yang dilewati, seperti di-ghosting dosen pembimbing, catatan revisi yang banyak, penelitian yang dapat dilakukan berulang kali, belum lagi kalau rasa stres muncul.

Jadi, ketika seseorang melaksanakan sidang skripsi dan teman-temannya memberikan sebuah kado dengan tujuan memberikan ucapan selamat, itu hal yang sangat wajar. Apa salahnya memberikan ucapan selamat dengan sekotak kado kecil? Toh, temanmu juga tidak akan memaksamu membawa kado itu, kan?

Perasaan sungkan dan gengsi

Rasa sungkan itu adalah perasaan yang wajar. Terlebih lagi apabila rasa sungkan itu ditujukan terhadap teman dekat. Melihat orang-orang membawakan bucket dan kado tentu kerap membuat minder, saya sendiri juga sering begitu.

Berbeda lagi dengan gengsi. Ketika seseorang merasa gengsi, dia cenderung memaksakan diri untuk memberikan apa pun meskipun pengeluaran sudah bengkak. Dibandingkan malu dengan orang lain, perasaan ini akan membawa seseorang untuk menghindari rasa malu.

Namun, mari perhatikan budget terlebih dahulu. Apabila sudah berpenghasilan, tentu saja tidak masalah. Itu uangmu dan hakmu sendiri. Apabila kamu masih meminta uang saku dari orang tua dan untuk memberikan kado pun kamu meminta uang tambahan, harusnya kamu lebih sungkan terhadap orang tuamu. Ngasih orang tua aja belom bisa, kok nguras duit orang tua buat dikasih ke orang lain.

Ketika menerima undangan untuk hadir di sidang skripsi, seseorang tidak akan mengundang untuk meminta “hadiah”, tetapi sekadar untuk memenuhi persyaratan jumlah audience dan sekadar berfoto untuk mengabadikan momen. Tentu memberikan hadiah adalah hak setiap orang, kamu boleh memberikan dan boleh tidak memberikan apapun. Tidak perlu memaksakan diri, apabila ingin memberikan sesuatu, coba perhatikan kembali budgeting-mu. Jangan sampai pengeluaranmu membengkak.

Semangat bagi semua yang sedang mengenyam skripsi.

Penulis: Elvin Nuril Firdaus
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Kiat Hadapi Sidang Skripsi Langsung dari Dosennya!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version