Orang Jogja, khususnya yang sering plesiran numpak sepur dari Stasiun Tugu, mestinya sudah nggak asing dengan kereta api eksekutif satu ini, Taksaka namanya. Berasal dari nama hewan naga dalam kisah epos Mahabharata, KA Taksaka menjadi armada di jalur selatan dengan rute Jogja-Gambir PP.
Memiliki jadwal keberangkatan dua kali sehari masing-masing dari arah Jogja dan Jakarta, rangkaian kereta ini terdiri atas 8 gerbong eksekutif ditambah dengan 1 sampai 2 gerbong luxury. Sepanjang perjalanan, Taksaka berhenti di Stasiun Kutoarjo, Kebumen, Kroya, Purwokerto, Cirebon, dan Jatinegara.
Meski tergolong sebagai kereta mewah dengan harga tiket paling murah dibanderol Rp590 ribu hingga yang termahal sebesar Rp1,5 juta, KA Taksaka tetap jadi favorit bagi orang Jogja yang membutuhkan perjalanan bisnis ke Jakarta atau warga Jakarta yang ingin berlibur ke Jogja. Dengan harga segitu, penumpang sudah pasti dimanjakan dengan kenyamanan dan fasilitas penunjang yang lengkap. Definisi dari ada harga ada kualitas di dunia kereta api Indonesia.
Daftar Isi
KA Taksaka, awalnya kereta penggembira di rute Jogja-Gambir
Memulai perjalanan perdana pada 19 September 1999, KA Taksaka dulunya menggunakan rangkaian kereta eksekutif bekas dari Argo Lawu dan Argo Dwipangga yang dibuat pada tahun 1998. Bersama dengan KA Turangga dan KA Sembrani, Taksaka disebut sebagai kereta EKSA (Eksekutif Satwa) karena namanya yang diadopsi dari hewan mitologi Hindu. Oleh Daop 6 Jogjakarta, Taksaka disediakan untuk membantu melayani angkutan penumpang di segmen Jogja-Gambir yang padat.
Saat awal beroperasi, Taksaka bukan jadi pilihan utama penumpang kereta eksekutif menuju Jakarta. Kereta ini mendapat banyak saingan berat di lintas selatan, di antaranya dua kereta kelas Argo, yakni Argo Dwipangga (Solo Balapan-Gambir) dan Argo Lawu (Solo Balapan-Gambir), serta kereta kelas eksekutif non-argo lainnya macam Bima (Surabaya Gubeng-Gambir), dan Gajayana (Malang-Gambir). Bisa dibilang Taksaka hanyalah penggembira yang ikut meramaikan rute Jogja-Gambir.
KA Taksaka yang dulu juga punya image sebagai kereta eksekutif yang biasa saja. Rangkaian gerbong yang kerap digunakan untuk berdinas cenderung sudah lama dan bekas dari layanan kereta api yang lain. Meski sering gonta-ganti livery, tetep aja Taksaka dapat armada gerbong yang secara kualitas kurang dibanding kereta eksekutif lain. Sudah jadi penggembira, dianaktirikan pula.
Berubah menjadi primadona
Titik balik dari Taksaka terjadi tahun 2018. Saat itu KAI mulai meremajakan rangkaian Taksaka dengan memasang gerbong eksekutif stainless steel buatan PT INKA Madiun. Setahun berselang, KA Taksaka juga dipercaya membawa gerbong luxury generasi 2 dalam perjalanannya. Taksaka jadi kereta eksekutif keempat setelah Argo Lawu, Argo Dwipangga, dan Gajayana yang dirangkaikan dengan gerbong luxury generasi 2. Dengan dioperasikannya gerbong-gerbong baru tersebut, Taksaka mulai berbenah memberikan layanan kereta eksekutif yang lebih baik.
Adanya perubahan yang diberikan oleh KAI membuat angka okupansi Taksaka jadi meningkat. Seiring dengan kian ramainya volume penumpang di lintas Jogja-Gambir, banyak yang memilih Taksaka sebagai moda transportasi andalan. Apalagi setelah GAPEKA (Grafik Perjalanan Kereta Api) 2021 memutuskan batas kecepatan maksimal Taksaka ditambah menjadi 120 km/jam sehingga waktu tempuh perjalanan dipangkas dari 7 jam menjadi 6 jam. Keunggulan dalam waktu tempuh inilah yang jadi daya pikat dari Taksaka hingga jadi primadona dari Daop 6.
Terbaru pada Agustus 2024 lalu, Taksaka jadi satu-satunya kereta eksekutif yang masuk daftar 5 besar kereta di Daop 6 Jogjakarta yang tiketnya laris diburu. Mencatatkan okupansi penumpang hingga 106%, KA Taksaka hanya kalah dari Sri Tanjung, Joglosemarkerto, dan Bengawan. Pencapaian yang membuktikan bahwa Taksaka punya tempat spesial di hati pelanggan melebihi kompetitornya.
Bukan kereta kelas Argo, tapi begitu disayang oleh KAI
Sebutan “anak emas” yang disematkan kepada KA Taksaka bukan tanpa alasan. Nyatanya kereta ini memang diperlakukan dengan spesial oleh KAI layaknya kereta kelas argo. Pengguna setia Taksaka mesti bangga karena kereta favorit mereka jadi satu-satunya eksekutif non-argo yang disetarakan dengan kereta kebanggaan KAI lain macam Argo Bromo Anggrek, Argo Wilis, atau Argo Lawu.
Riwayat perlakuan istimewa dari KAI bermula saat Taksaka disulap menjadi kereta Hype Trip pada 2022. Program ini bertujuan untuk mengubah wajah Taksaka menjadi kereta yang gaul dan kekinian dengan vibes ala Gen Milenial dan Gen Z. KAI secara khusus mendesain gerbong eksekutif dengan ornamen penuh warna cerah dan terkesan unik. Penumpang Taksaka Hype Trip dapat menikmati fasilitas eksklusif sepanjang perjalanan.
Perjalanan dijamin nggak membosankan karena penumpang dapat mencicipi kuliner kekinian di kereta restorasi, bermain koleksi board game, sampai mengakses WiFi gratis dan Entertainment On Demand (EOD) di atas kereta. Hype Trip seolah menjadi legacy khusus karena hingga diberhentikan pada awal 2024 lalu, program ini hanya ditemui di Taksaka saja. Padahal sempat ada wacana untuk menduplikat program Hype Trip ini ke beberapa kereta eksekutif lain.
Habis Hype Trip, terbitlah eksekutif new generation. Per 18 Januari 2024 layanan KA Taksaka memperoleh gerbong baru yaitu eksekutif new generation dengan desain livery yang khas. Livery bercorak biru muda dan oranye yang mengingatkan orang pada logo SCTV. Lagi-lagi KAI menyiapkan gerbong eksekutif khusus untuk Taksaka yang berbeda dari gerbong eksekutif lainnya.
Fasilitas yang dihadirkan juga makin mewah sekaligus menguatkan citra Taksaka selevel dengan kelas argo. Kursi penumpang yang baru, interior kabin yang modern, sampai pintu geser otomatis dengan tombol elektrik . Itu semua belum dijumpai di kereta eksekutif non-argo lain seperti Turangga atau Sembrani. Memang agak lain kereta ikon dari Daop 6 ini.
KA Taksaka punya cara sendiri untuk dikenal sebagai salah satu kereta eksekutif terbaik
Segala keistimewaan yang diberikan oleh KAI boleh jadi adalah reward karena KA Taksaka menjadi angkutan darat yang diminati. Dapat dilihat dari tingkat okupansi yang melebihi ekspektasi apalagi setiap musim liburan tiba. Taksaka dinilai mampu mengemban tugas melayani penumpang antar dua kota besar di Indonesia, Jakarta dan Jogjakarta.
Menjelang 25 tahun beroperasi, Taksaka nggak perlu punya julukan “Raja Jalur” seperti Argo Bromo Anggrek atau Argo Wilis untuk jadi primadona. Apalagi dinaikkan menjadi kelas Argo seperti dua saudaranya di Daop 6, Argo Lawu dan Argo Dwipangga untuk jadi anak emas. KA Taksaka punya cara sendiri untuk dikenal sebagai salah satu kereta eksekutif terbaik di Indonesia.
Penulis: Muhammad Luthfi Lazuardi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kereta Api Taksaka New Generation: Jangan Pasang Ekspektasi Ketinggian, Kursinya Nggak Nyaman.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.