KA Gajahwong Ekonomi Premium adalah andalan saya PP Jakarta-Jogja, sayangnya, yang saya dapat bukanlah hal menyenangkan, tapi badan yang pegal!
Kereta api adalah moda transportasi yang paling saya andalkan di Pulau Jawa. Sudah tepat waktu, nyaman pula. Jujur saja, saya agak trauma naik pesawat dengan goncangannya yang khas. Apalagi bus, yang memakan waktu lebih panjang dengan harga sama dengan kereta. Selain itu, saya dapat menikmati pemandangan hijau saat menumpangi kereta pagi atau siang, sekalian healing tipis-tipis.
Salah satu kereta yang cukup sering saya naiki adalah KA Gajahwong dengan rute Jakarta-Jogja. Moda yang diresmikan tahun 2011 ini (dulu) harganya terjangkau. Awalnya, KA Gajahwong merupakan kereta kelas ekonomi adu dengkul dengan seat 2-2 yang populer di kalangan pemudik budget pas-pasan. Saya juga pernah merasakannya. Duduk di kursi 45 derajat dan berhadap-hadapan di Gajahwong saat main ke Jogja, bahkan saudara saya sampai tidur di lantai.
Sekitar tahun 2020-an, kereta dengan pemberhentian akhir Lempuyangan ini berubah menjadi ekonomi premium. Selain itu, terdapat gerbong eksekutif yang mengikuti. Tiket KA Gajahwong dibanderol sekitar Rp300 ribu untuk ekonomi dan Rp440 ribu untuk eksekutif, tentunya saya pilih yang paling murah. Dalam bayangan saya, ekonomi premium akan lebih nyaman dan nggak capek, ternyata tetap kelelahan juga.
KA Gajahwong belum new generation seperti kelas ekonomi lain
PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah mengganti sejumlah kereta ekonomi menjadi new generation yang tentunya lebih nyaman dan tidak bikin badan sakit. Dua kereta new generation pernah saya tumpangi adalah Gaya Baru Malam Selatan dan Bogowonto, memang masih berstatus ekonomi tapi lebih modern. Harganya tentu lebih mahal sedikit, bisa naik 10-20 ribu dari harga sebelumnya. Worth it sih.
KA Gajahwong dan KA Bogowonto ini seperti “sahabatan” meski jam berangkatnya berkebalikan. Rutenya pun sama, Pasar Senen-Lempuyangan dan sebaliknya. Tapi, saya heran, Gajahwong belum dirombak menjadi new generation dengan kursi biru yang lebih empuk, luas, dan ruang untuk kakinya lebar. Terakhir saya naik seminggu lalu dari Jogja ke Jakarta, badan saya capek menempuh perjalanan hampir 8 jam. Area duduknya sempit dan kursi bisa dimundurin hanya sedikit saja.
Baca halaman selanjutnya: Harganya terbilang mahal dan tidak worth it…
Harganya terbilang mahal dan tidak worth it dengan tubuh yang pegal-pegal
Menurut saya, kereta yang berangkat jam 8 pagi dari Stasiun Pasar Senen ini harganya cukup mahal. Dengan Rp 300ribuan, saya menempuh perjalanan berjam-jam dan berakhir dengan pegal-pegal di badan, terutama punggung dan leher. Bagaimana tidak, kursinya kurang empuk dan bentuknya tidak menyesuaikan postur tubuh. Kalau ada orang di sebelah, serasa tidak ada ruang gerak. Lebih baik duduk di pinggir dekat lorong daripada dekat jendela, akan susah jika ingin ke toilet atau ke kereta makan.
Hal paling menyedihkan ketika kereta jalan dari Stasiun Lempuyangan jam 20.40 dan sampai di Jakarta jam 04.30, lalu saya langsung ngantor. Ya ampun, capek dan ngantuknya terasa sekali di sekujur tubuh. Rasanya ingin bolos saja dan melanjutkan tidur yang tertunda di kereta. Walaupun di kursi sebelah tidak ada penumpang lain, percayalah, kamu tetap tidak bisa tidur dengan sempurna.
Lebih baik pilih kelas eksekutifnya KA Gajahwong, lebih manusiawi
Kalau kamu rela merogoh kocekmu sedikit dalam, mending naik Gajahwong kelas eksekutif. Harganya lebih mahal 140 ribu dari ekonomi premium yang menurut saya nggak masalah demi kesehatan tubuh dan mental. Tarif ini termasuk murah dibandingkan kereta eksekutif lainnya loh. Fasilitasnya pun selayaknya kelas eksekutif pada umumnya. Tapi, jangan berharap waktu tempuhnya akan lebih cepat karena menyesuaikan rangkaian ekonomi.
Uniknya, gerbong eksekutif Gajahwong ini belum diperbaharui, masih dengan design yang lama. Meskipun begitu, saya jamin tidurmu akan nyenyak sepanjang perjalanan dan kakimu juga nggak capek karena terdapat pijakan.
Saya tidak mengucilkan KA Gajahwong kelas ekonomi premium ya, ini hanya berbagi cerita saja. Namun, faktanya memang begitu, sehabis naik kereta ini pasti saya akan lebih capek dan nggak mood beraktivitas. Saya harap KA Gajahwong segera merombak gerbong-gerbongnya dengan rangkaian new generation agar saya semakin rajin main ke Jogja.
Penulis: Rachelia Methasary
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA KA Gajahwong, Kereta Kelas Eksekutif Rute Jakarta-Jogja Termurah yang Nggak Murahan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
