Dulu waktu kegiatan belajar mengajar di Kelas Sosiologi Pedesaan, dosen saya nyeletuk sambil nunjuk temen saya yang duduk di pojok belakang ruangan. “Kenapa kamu kok ambil Jurusan Perikanan?” Lalu teman saya itu nggak ada angin, nggak ada hujan, nggak ada perasaan bersalah, nggak ada deg-degannya sama sekali, menjawab tanpa ada beban. Katanya, “Salah pencet, Bu.”
Siapa coba yang nggak tertawa mendengarkan jawaban nyeleneh, tapi jujur dari hati yang paling dalam itu? Memang berdasarkan survei kecil-kecilan alias nggak ada niatan penelitian, saya tanya temen-temen satu persatu. Kalau dulu zaman saya pada 2015, calon mahasiswa diberi pilihan tiga jurusan. Nah, mayoritas dari mereka menempatkan Jurusan Perikanan di pilihan kedua dan ketiga.
Banyak dari mereka yang sebenarnya ingin kuliah di Teknik, Sastra, bahkan Kedokteran. Lalu kenapa kok tetep kekeuh lanjut ambil Jurusan Perikanan? Ada yang bilang, “Nggak apa-apa deh, daripada nganggur.” Atau “Nggak apa-apa, jurusan apa aja yang penting kuliah di kampus negeri.” Dan terakhir, jawaban paling pasrah, “Ya, mungkin udah rezekinya di sana.”
Kalau saya sendiri, sebenarnya ingin jadi dokter, tapi saya sadar diri, asudahlah. Akhirnya nyemplung di dunia perikanan. Kemudian saya juga tanya temen-temen dari Jurusan Peternakan dan Pertanian. Rata-rata jawabannya pun sama.
Jurusan kami (Perikanan, Pertanian, dan Peternakan) sering kali disebut Jurusan Lalapan. Ibarat satu porsi lalapan, ada nasi dan sayuran yang berasal dari Jurusan Pertanian. Ada ayam goreng yang identik dengan Jurusan Peternakan. Dan terakhir ada lele yang biasanya jadi bahan meme, sudah jelas menjadi bagian Jurusan Perikanan.
Kami dari Asosiasi Mahasiswa Jurusan Lalapan sering kali mendapatkan sindiran halus bahkan terang-terangan dari netizen yang mulia. “Kuliah perikanan, mau jadi duyung ya?”, “Jadi petani, ngapain kuliah?” dan “Kalau mau jadi peternak, nggak usah kuliah loh, sebenarnya bisa.” serta masih banyak yang lainnya.
Bahkan yang paling bikin panas hati itu, kalau ada yang tanya, “Kamu kuliah dimana?” Seketika banyak yang terpana mendengar jawaban saya. Setelah mengetahui bahwa saya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri. “Wah keren!” katanya. Namun antusiasme mereka langsung menghilang saat saya menyebutkan Jurusan Perikanan.
Saya sering mengelus dada kalau harus berhadapan sama mahasiswa dari jurusan elit yang sukanya nyindir-nyindir. Saya ingat betul, bahkan ada yang bilang kalau kami lulusan Jurusan Lalapan itu nggak punya masa depan.
Saya sendiri bingung sih karena memang mayoritas teman-teman saya berkarier di bidang yang seratus delapan puluh derajat berbeda jauh dari Jurusan Lalapan. Nggak ada hubungannya sama sekali. Ada yang bekerja menjadi Admin, industri perbankan, bahkan desain grafis.
Kami (Sarjana Lulusan Lalapan) sebenarnya ingin sekali berkarier sesuai bidang ilmu kami. Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa peluang kerja di bidang ini memang hanya sedikit. Kami terpaksa menggantung buku praktikum. Sebab, perut harus terisi dan harga skincare itu mahal.
Cukup ironis memang, katanya Indonesia itu negara agraris. Bercita-cita menjadi poros maritim dunia. Ataupun impian menjadi pusat lumbung pangan. Namun, kenyataannya, selain para petani, nelayan dan peternak yang menjerit. Kami lulusan Jurusan Lalapan juga ikut menjerit lebih keras.
Sebenarnya prospek bekerja Jurusan Lalapan itu ada banyak, bisa menjadi ASN seperti pekerjaan impian mertua, dosen, ataupun wirausahawan. Namun, jumlah kami ada ribuan setiap tahunnya. Selain harus bersaing dengan sesama jurusan. Kami harus bersaing dengan jurusan lainnya.
Misalnya saja untuk bekerja di perusahaan pengolahan produk perikanan. Kami harus bersaing dengan Jurusan Kimia, Gizi, dan masih banyak lagi. Alhasil kami harus memutar otak dan lebih memilih peluang apa saja yang tersedia di depan mata.
Dibalik sambatan-sambatan saya ini, ada banyak kok teman-teman saya yang sukses berwirausaha di bidang perikanan. Ada yang punya tambak udang, usaha ikan hias, dan aquascape. Bahkan usahanya sampai menjangkau pasar luar negeri.
Dari kisah ini, saya sebenarnya nggak ingin mengerdilkan minat siswa yang ingin kuliah di Jurusan Pertanian ataupun menghilangkan semangat mahasiswa yang masih berjuang di jurusan ini. Namun, saya hanya ingin menyampaikan bahwa untuk benar-benar terjun ke bidang ini, kamu harus prepare, konsisten, dan siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Termasuk pekerjaan melenceng dari jurusan.
BACA JUGA Stereotip Menyebalkan terhadap Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional dan tulisan Melynda Dwi Puspita lainnya.