Jurusan Farmasi, Jurusan Favorit Kedua setelah Kedokteran yang Nggak Kalah Rumit

Jurusan Farmasi, Jurusan Favorit Kedua setelah Kedokteran yang Nggak Kalah Rumit

Jurusan Farmasi, Jurusan Favorit Kedua setelah Kedokteran yang Nggak Kalah Rumit (Unsplash.com)

Jurusan Farmasi adalah salah satu jurusan favorit setelah Kedokteran di bidang kesehatan. Meski begitu, nyatanya masih banyak mahasiswa jurusan ini yang merasa salah jurusan. Saya ingat waktu masih ospek dulu, saya dan teman-teman kuliah pernah ditanya alasan kami memilih jurusan tersebut. Jawaban kami saat itu beragam, ada yang disuruh orang tua, ada yang merupakan pilihan kedua, ada juga yang asal pilih yang penting diterima di kampus kami saat itu. Btw, kampus yang saya maksud adalah salah satu kampus paling favorit di Jogja, jadi silakan tebak sendiri. Wqwqwq.

Saya sendiri menjawab kalau saya ingin mengeksplorasi ilmu kimia yang digunakan di dunia farmasi sekaligus menghindari kuliah di FMIPA dan Kedokteran. Maklum, waktu SMA, saya sangat suka mata pelajaran Kimia. Saya berangan-angan berkarier di dunia industri atau bisnis dan menghindari berkarier di dunia kesehatan, atau lebih tepatnya dunia klinis. Waktu itu saya belum punya gambaran dunia karier seorang apoteker (lulusan sarjana Farmasi yang melanjutkan ke jenjang pendidikan profesi) di dunia klinis.

Setelah kuliah di jurusan Farmasi dan jadi sarjana, masih ada kuliah profesi apoteker

Setelah mengikuti kuliah di jurusan Farmasi selama 4 tahun (kalau tepat waktu), masih ada pendidikan profesi yang harus ditempuh selama 1 tahun (kalau aturannya belum berubah). Jujur saja saya baru tahu hal ini saat sudah diterima di jurusan Farmasi. Informasi ini memang kurang populer di masyarakat.

Kalau di jurusan Kedokteran, mungkin sudah banyak orang yang tahu kalau setelah menempuh pendidikan sarjana, masih ada pendidikan profesi dokter atau istilah kerennya koas. Nah, apoteker sama seperti itu, tapi bedanya, apoteker kuliahnya cuma 1 tahun dan setelah lulus bisa langsung praktik atau kerja, sementara dokter harus mengikuti koas selama 2-2,5 tahun dan masih disambung praktik dokter internship selama 1 tahun.

Saat kuliah profesi apoteker, mahasiswa akan mendapat kurang lebih 20 persen materi kuliah, sisanya praktik. Persentasenya memang berbeda mengingat materi yang dipelajari selama kuliah profesi hampir sama dengan materi yang dipelajari saat kuliah sarjana.

Kuliah di kelas hanya 1-2 bulan awal, sisanya magang

Waktu saya kuliah profesi apoteker dulu setelah lulus dari jurusan Farmasi, sekitar 1-1,5 bulan pertama kegiatannya kuliah di kelas dan praktikum. Tenang, kuliahnya nggak sebanyak waktu sarjana dan praktikumnya nggak ada laporan yang merusak jam tidur mahasiswa, kok. Kuliah dan praktikumnya pun ditujukan untuk ujian akhir yang akan menentukan kelulusan.

Setelah 1-1,5 bulan kuliah di kampus, dilanjutkan dengan praktik kerja atau istilah umumnya magang. Di kampus saya, mahasiswa profesi apoteker magang di 4 tempat/bidang, yakni puskesmas, distributor/PBF, industri, dan rumah sakit. Durasi magangnya pun berbeda-beda. Selesai magang, mahasiswa kembali kuliah di kampus untuk mempersiapkan kelulusan ujian akhir kurang lebih 1 bulan.

Apakah kuliah profesi wajib bagi lulusan jurusan Farmasi? Sebenarnya melanjutkan kuliah profesi itu hukumnya sunnah apabila kita masih memiliki passion di dunia farmasi. Kalau sudah nggak punya passion ya nggak apa-apa, silakan cari pekerjaan lain yang kualifikasinya bukan apoteker. Hal yang sama juga berlaku di jurusan lain yang ada kuliah profesinya seperti dokter (umum, gigi, hewan), perawat, psikolog, dll.

Nggak cuma jadi penjaga apotek

Beberapa orang pernah mengatakan pada saya, “Ngapain susah-susah kuliah di jurusan Farmasi kalau ujung-ujungnya kerja jadi penjaga apotek!” Kalau mendengar pernyataan itu, rasnaya pengin langsung tak antemi di tempat. Pernyataan itu jelas salah kaprah, ya.

Secara garis besar, jenjang karier lulusan jurusan Farmasi yang menjadi apoteker dapat diklasifikasikan menjadi pelayanan, industri farmasi, dan instansi pemerintah. Pekerjaan pelayanan atau dunia klinis itu yang biasanya bekerja di apotek, puskesmas, rumah sakit, atau semacamnya. Pekerjaan di pelayanan secara garis besar ada manajemen pengelolaan obat dan pelayanan farmasi klinik. Soal ini, saya nggak akan menjelaskannya secara rinci.

Sementara itu, industri farmasi atau perusahaan manufaktur obat biasanya diisi oleh lulusan apoteker yang enggan bekerja di dunia klinis. Menurut CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), beberapa pekerjaan di industri farmasi harus dilakukan oleh seorang apoteker. Selain perusahaan manufaktur obat, apoteker juga dapat bekerja di perusahaan distribusi obat.

Lantas untuk pekerjaan apoteker di instansi pemerintah lebih beragam lagi. Beberapa instansi pemerintah yang dapat menjadi tempat kerja seorang apoteker antara lain BPOM, BNN, BRIN, Dinkes, dll.

Biasanya apoteker menjadi penanggung jawab untuk beberapa pekerjaan di atas. Pekerjaan teknisnya biasanya dibantu tenaga teknis kefarmasian yang diisi oleh lulusan diploma Farmasi atau sarjana Farmasi yang nggak melanjutkan kuliah profesi apoteker.

Pekerjaan yang saya sebutkan ini masih sebagian kecil, lho. Lapangan pekerjaan apoteker sebenarnya masih banyak lagi. Intinya, apoteker nggak hanya menjadi penjual obat di apotek!

Mahasiswa jurusan Farmasi dituntut untuk bisa semuanya

Mata kuliah di jurusan Farmasi sangat beragam. Secara garis besar, ada mata kuliah laboratorium/IPA dan sosial/IPS.

Mata kuliah laboratorium ada percabangan ilmu kimia seperti kimia organik dan kimia analisis. Ada juga percabangan ilmu biologi seperti anatomi fisiologi manusia dan biologi sel. Lalu ada percampuran kedua ilmu tersebut seperti biokimia, biologi molekuler, farmakologi, dan sebagainya. Sementara untuk cabang ilmu sosial juga beragam, mulai dari manajemen farmasi, farmakoekonomi, farmasi klinik, dll.

Nah, semua mahasiswa jurusan Farmasi dituntut untuk bisa menguasai semua mata kuliah yang saya sebutkan di atas. Pokoknya harus serba bisa kayak Pak Luhut. Mahasiswa harus menguasai mata kuliah IPA dan IPS secara berimbang.

Saat duduk di bangku kuliah, mahasiswa nggak bisa pilih-pilih mata kuliah karena sistem pemilihan mata kuliah di jurusan Farmasi kebanyakan sistem paket atau blok yang telah ditentukan pihak kampus. Peminatan pun sekarang sudah nggak ada lagi (dulu sempat ada). Di kampus saya, sistem peminatan hanya ada di semester 7 yang ditujukan untuk penentuan topik skripsi.

Intinya, sebelum memutuskan untuk melanjutkan kuliah di jurusan Farmasi, kita perlu tahu seluk-beluk dunia farmasi. Hal-hal yang saya sebutkan di atas sebenarnya hanya ringkasannya. Kalau saya jabarkan lebih detail, takutnya siswa SMA sekarang nggak ada yang mau masuk jurusan ini. Wqwqwq.

Penulis: Mushtholikhul Fuad
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Apa Iya Lulusan Farmasi Cuma Bisa Baca Resep dan Jaga Apotek?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version