Demak nggak cuma pantas dijuluki Kota Wali, ada beberapa julukan lain yang tak kalah cocok.
Senang menjuluki sesuatu merupakan salah satu kebiasaan manusia, tak terkecuali menjuluki sebuah tempat. Kota Semarang, umpamanya, selama ini dijuluki sebagai “Venetie van Java” yang berarti “Venesia dari Jawa”. Julukan tersebut merupakan warisan yang diberikan oleh orang-orang Belanda karena kondisi geografis Semarang yang dilalui banyak sungai seperti kota Venesia di Italia.
Selain itu, julukan juga merupakan trademark tersendiri jika dihubungkan dengan konteks sebuah daerah. Sebagaimana jamak diketahui, Kota Pekalongan misalnya, dikenal luas sebagai Kota Batik. Hal ini nggak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan tahun lalu, kota yang terletak di pantai utara Jawa Tengah tersebut merupakan salah satu sentra produksi batik terbesar di Indonesia.
Berdasarkan paparan di atas, sebagai warga Demak, tentu saya juga nggak ingin ketinggalan untuk memperkenalkan julukan yang tersemat pada kampung halaman tercinta ini. Julukan ini bisa muncul tentu berdasarkan acuan kondisi historis, geografis hingga nuansa realistis tentang segala hal yang ada di Demak. Oleh karenanya, tanpa banyak fa fi fu, berikut beberapa julukan yang cocok disematkan untuk Kabupaten Demak.
Daftar Isi
- #1 Julukan Demak Kota Wali sih sudah biasa
- #2 Kota dengan WC terpanjang di dunia mungkin cocok juga tapi sudah nggak relevan, deh
- #3 Kota Jalan Seribu Lubang karena banyak lubang di jalanan sini
- #4 Demak Kota Kincir Angin bisa mengalahkan julukannya Belanda, nih
- #5 Julukan Kota Maritim karena sering kebanjiran!
#1 Julukan Demak Kota Wali sih sudah biasa
Julukan yang pertama ini mungkin sudah dikenal luas oleh masyarakat umum. Siapa pun yang sering mondar-mandir lewat jalan Pantura Demak, pasti sudah nggak asing lagi dengan gerbang selamat datang yang bertuliskan “Demak Kota Wali”. Apa lagi selama ini, kalau kita search di Google dengan kata kunci julukan kota Demak, pasti yang muncul paling atas adalah Demak Kota Wali.
FYI saja, julukan Kota Wali melekat lantaran secara historis, Demak memiliki peran penting dalam perkembangan Islam, khususnya di Pulau Jawa. Selain itu, melansir dari website Dinas Pariwisata Demak, julukan ini dapat disematkan karena Demak memiliki ikon wisata religi yang kental, yakni masjid Agung Demak beserta makam raja-raja Demak, makam Sunan Kalijaga, makam Syekh Mudzakkir, dsb.
Baca halaman selanjutnya: Kota dengan WC terpanjang di dunia cocok juga, tapi…
#2 Kota dengan WC terpanjang di dunia mungkin cocok juga tapi sudah nggak relevan, deh
Saat pertama kali merantau ke Kabupaten Pati, sekitar 10 tahun lalu, teman-teman saya yang berasal dari Kudus dan sekitarnya banyak yang menjuluki Demak sebagai kota dengan WC terpanjang di dunia. Julukan ini tentu bukan tanpa alasan, hal ini didasarkan pada realita bahwa di sepanjang bantaran sungai Pantura Demak, terdapat banyak toilet yang berjajar. Toilet-toilet tersebut terletak persis di atas sungai, sehingga siapa pun yang BAB di sana, kotorannya akan langsung hanyut mengikuti aliran air sungai.
Namun, belakangan ini tampaknya toilet-toilet tersebut telah berhasil ditertibkan. Sungai di sepanjang jalan Pantura Demak sekarang tampak menjadi lebih bersih dari pemandangan WC sebagaimana sebelumnya. Alhasil, julukan Demak sebagai Kota dengan WC terpanjang di dunai ini sebenarnya sudah nggak relevan. Meski begitu, kadang juga masih ada orang kudet yang tetap memakai julukan ini, kurang ajar emang!
#3 Kota Jalan Seribu Lubang karena banyak lubang di jalanan sini
Siapa pun yang berkendara di Kabupaten Demak, saya kira bakalan sepakat kalau jalanan di sini tersebut itu nggak mulus-mulus amat. Sebut saja misalnya di sepanjang jalan Pantura Demak, jalan Demak-Purwodadi, jalan Welahan, jalan Onggorawe, dan beberapa jalan lain yang nggak bisa saya sebut satu per satu. Banyak di beberapa titik jalan tersebut itu berlubang, sempal, atau lebih tepatnya hancur.
Masih menjadi sebuah misteri kenapa problematika jalanan di Demak dari dulu hingga sekarang nggak pernah beres. Asumsi saya, mungkin Demak merupakan kawasan strategis yang sering dilewati kendaraan-kendaraan dengan muatan besar, hingga akhirnya banyak jalan yang nggak kuat untuk tetap mulus karena harus menahan beban berat setiap harinya. Bisa juga karena bahan baku material dan perwatan jalan yang kurang bagus, akhirnya jalanan banyak yang berlubang.
Namun atas dasar apa pun itu, jika selama ini kita jeli melihat kondisi permukaan jalan di sana, rasanya kita bakalan sepakat kalau Demak layak memiliki julukan dengan Kota Jalan Seribu Lubang.
#4 Demak Kota Kincir Angin bisa mengalahkan julukannya Belanda, nih
Kalau julukan yang satu ini sebenarnya merupakan sebuah analogi julukan dengan negara kincir angin, yakni Belanda. Sebagaimana jamak diketahui, Belanda memiliki julukan negara kincir angin karena memiliki lebih dari 1.200 kincir angin. Dalam sejarah negara tersebut, kincir angin memiliki peranan penting karena berfungsi memompa air keluar dari dataran rendah kembali ke sungai.
Nah, kalau dalam konteks kota Demak, sebenarnya kincir angin yang dimaksud adalah bentuk metafora versi lite dari kincir angin itu sendiri, yakni kipas angin. Yup, asal kalian tahu, di Demak, panasnya nggak kira-kira, Gaes. Mau siang atau malam hawanya selalu gerah dan panas, sehingga kipas angin nggak hanya menjadi barang sekunder lagi, melainkan naik tingkat menjadi barang primer.
Asal kalian tahu, di rumah saya yang kecil saja, setidaknya ada empat kipas angin di segala sudut ruangan. Tentu ini bukan pamer kalau saya punya banyak kipas angin, sebab di rumah-rumah tetangga saya pun sama, di mana-mana selalu ada kipas angin. Jadi gimana, cocok kan Demak dijuluki kota kincir angin, meski versi lite-nya?
#5 Julukan Kota Maritim karena sering kebanjiran!
Maritim merupakan nomenklatur untuk menyebutkan sesuatu yang berhubungan dengan perairan dan kelautan. Sebut saja negara kita Indonesia misalnya, negara ini disebut sebagai negara maritim karena wilayahnya yang didominasi oleh lautan. Lebih jauh, Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai negara kepulauan dengan sekitar 17.000 pulau yang tersebar di seluruh kepualauan Nusantara.
Sejalan dengan hal tersebut, tampaknya Demak memiliki korelasi yang cukup serupa. Hal ini dikarenakan Demak cukup akrab dengan nuansa air dan kelautan. Selain lokasinya yang memang dekat laut, Demak merupakan daerah yang cukup sering terkena banjir. Saat bulan Ramadan lalu misalnya, beberapa kali di tempat saya, Mranggen, terkena banjir. Malahan di daerah Lengkong, Sayung, hingga Lebaran tiba pun warga masih harus bergumul dengan banjir.
Maka saya rasa cocok lah julukan Kota Maritim disematkan kepada Demak. Banjir seakan menjadi kawan akrab hingga musuh bebuyutan yang selalu menghantui. Namun, semoga julukan ini nggak bertahan lama. Semoga kota ini bisa benar-benar merdeka dari ancaman banjir saban harinya.
Itulah lima julukan yang cocok disematkan untuk Demak. Julukan-julukan tersebut tentu bersifat dialogis, kalian boleh mengafirmasi, menambahkan, atau bahkan menyanggahnya.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jalan Raya Onggorawe, Jalan Paling Menyeramkan di Demak. Ngerinya seperti Masuk Rumah Hantu.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.