10 Juta Manusia Banjiri Jogja Saat Libur Nataru padahal Jogja Darurat Parkir

Jogja Darurat Parkir 10 Juta Manusia Serbu Jogja saat Nataru (Unsplash)

Jogja Darurat Parkir 10 Juta Manusia Serbu Jogja saat Nataru (Unsplash)

Belum lama ini, Dinas Perhubungan DIY memprediksi hampir 10 juta orang akan masuk dan keluar dari Jogja (baca: DIY) selama momen libur Natal dan tahun baru. Namun, Sekretaris Dishub Kota Jogja, Golkari Made Yulianto, menyebutkan bahwa pemerintah tidak berencana menambah kantong parkir baru. 

Pernyataan ini, jujur saja, membuat saya khawatir. Saat ini saja Jogja sudah sangat padat. Menurut saya, jika pemerintah tidak berusaha menambah kantong parkir, situasi bisa semakin kacau. 

Ketika artikel ini tayang, momen libur belum masuk masa puncak. Itu saja sudah semrawut. Berikut beberapa dampak yang akan terjadi jika tidak akan penambahan kantor parkir baru dan resmi.

Munculnya tukang parkir liar dadakan

Minimnya kantong parkir pasti memunculkan tukang parkir liar. Kita sama-sama tahu, tukang parkir liar ini tidak punya standar pelayanan yang baik. Sudah begitu, mereka biasa memanfaatkan bahu jalan. Akibatnya, jalanan makin tersendat dan macet.

Seram sekali membayangkan 10 juta orang wara-wiri di Jogja tanpa tempat parkir yang memadai. Saya rasa ini pekerjaan besar bagi pemerintah daerah. Tidak hanya di waktu liburan seperti ini saja.

Tarif parkir melambung tinggi

Seiring munculnya tukang parkir liar, biasanya dibarengi dengan melejitnya tarif parkir. Mereka menetapkan tarif parkir seenaknya sendiri. Sudah banyak kisah tukang parkir liar yang mengganggu kenyamanan Jogja. Di momen puncak liburan begini, pasti akan semakin banyak keluhan yang muncul perihal mahalnya parkir.

Malioboro dan titik-titik keramaian pasti akan menjadi incaran. Setiap tahun selalu begitu. Seharusnya pemerintah Jogja paham akan hal ini.

Jogja semakin macet

Tukang parkir liar sudah muncul, lalu tarif parkir meroket. Kalau sudah begitu, pengendara pasti akan berlomba-lomba mencari titik parkir paling ideal untuk mereka. Akibatnya, pasti akan terjadi penumpukan kendaraan di titik-titik tertentu. Misalnya di Malioboro, di dekat pusat perbelanjaan, di mana pengunjung enggan jalan terlalu jauh.

Jogja pasti akan semakin macet. Setiap tahun selalu terulang dan kayaknya sudah menjadi “kebiasaan”. Padahal, sudah saatnya pemerintah daerah menyediakan lebih banyak kantong parkir terpusat. 

Pemerintah daerah bisa melengkapi kantong parkir ini dengan fasilitas keamanan 24 jam, sistem pembayaran digital, dan akses yang memadai. Jadi, meski memasuki momen puncak liburan, kota ini bisa bertahan. Dan, di luar momen liburan, Jogja jadi lebih nyaman.

Penulis: Helena Yovita Junijanto

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 3 Lokasi Parkir Liar di Jogja yang Menghasilkan Cuan 500 Ribu dalam Sehari, Malioboro Tak Dihitung Karena Terlalu OP

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version