Berwisata dan menikmati keindahan alam di wilayah Dieng, Wonosobo adalah sebaik-baiknya kegiatan yang bisa Anda lakukan. Bentangan alam pegunungan, udara yang bersih serta kearifan lokal yang khas, menjadikan Dieng sebagai kawasan unggulan di Jawa Tengah. Bahkan, beberapa orang lebih familiar dengan Dieng dibandingkan Wonosobo.
Tetapi bagaimana jadinya jika Wonosobo tidak pernah memiliki kawasan bernama Dieng dalam dunia paralel? Boleh jadi nasib Wonosobo akan jauh lebih buruk dibandingkan hari ini karena tidak punya tempat wisata, atau justru sebaliknya, kota ini malah mampu menjawab tantangan sekalipun tanpa potensi pariwisata yang begitu menjanjikan.
Tidak ada lagi kemacetan di Dieng
Ketika musim liburan tiba seperti musim lebaran dan tahun baru, kawasan menuju wisata Dieng akan selalu ramai dengan pengunjung dari luar kota. Jelas, kondisi jalanan di Wonosobo akan sangat macet parah bahkan nyaris tidak bergerak.
Nah, kalau Dieng tak lagi berada di Wonosobo, hal pertama yang terjadi adalah tidak ada kemacetan yang terjadi. Kawasan yang selalu ramai, akan tetap sepi seperti biasanya, petani ke sawah dengan aman, warga juga menikmati kehidupan dengan seadanya. Tidak ada deru mobil dan klakson dari sepeda motor, kehidupan begitu sedemikian tentram.
Baca halaman selanjutnya: Dieng tak ada, pariwisata tidak jadi andalan…
Dieng tak ada, pariwisata tidak jadi andalan
Dieng bagaikan ginjal untuk Wonosobo. Ketika sektor pertanian gagal karena harga komoditas jatuh, Dieng akan jadi penyelamat yang membersihkan segala macam kerumitan. Dieng selalu dibicarakan, dan daerah yang jadi anak emas.
Namun, seandainya Dieng tidak pernah ada, maka yang terjadi adalah sektor pariwisata Wonosobo tidak akan terlalu dimaksimalkan. Praktis event pariwisata yang dipunya hanya festival balon udara atau event bulanan lain. Ini akan jadi sebuah keadaan di mana masyarakat Wonosobo dihadapkan pada suatu pilihan pahit. Apakah harus berubah dengan menjadikan manusia sebagai satu-satunya harapan, atau menjadikan pertanian sebagai satu-satunya sektor yang diandalkan.
Distopia Wonosobo
Mari kita berimajinasi secara liar, jika saja Dieng tidak pernah ada, Kabupaten Wonosobo boleh jadi akan jadi kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Bisa jadi, ini sebuah realitas pahit yang harus ditelan. Pariwisata nyaris tidak ada, pertanian tidak bisa terlalu diharapkan. Sementara itu, para warganya justru pindah ke daerah lain demi mencari sebuah pekerjaan.
Krisis selama bertahun-tahun akan dihadapi dengan rasa sabar dan maklum yang tinggi. Sebuah distopia yang nyaris tidak akan dapat dijawab hanya dengan rapat dan diskusi ringan. Wonosobo terjerumus dalam kondisi yang bahkan seorang ahli kebijakan publik sekalipun tidak akan mampu untuk menjawab tantangan kaliber ini.
Dari krisis menuju bangkit
Krisis yang terjadi, ketika Dieng tidak pernah ada dalam wilayah Wonosobo, mengakibatkan penderitaan dan kemiskinan yang terjadi secara merata di semua kabupaten. Krisis itu kemudian akan menyebar dari masalah ekonomi, berubah menjadi masalah sosial dan politik yang terjadi seperti efek domino dan berantai menyebabkan masalah-masalah lain.
Tetapi, krisis yang ditimbulkan boleh jadi menempa orang-orang Wonosobo untuk berubah ke arah pengembangan manusia dan pelayanan modern. Pariwisata yang hanya temporer, pertanian yang kerap jatuh harga, menjadikan manusia-manusia Wonosobo harus berpikir ekstra keras untuk mengubah keadaan.
Aktor yang paling tepat untuk mengubah Wonosobo adalah orang-orang diaspora yang belajar di luar daerah. Dengan segudang ilmu serta pengalaman yang didapatkan di luar daerah, para diaspora akan memahami masalah dan membuat perubahan radikal. Sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya, ketika Dieng masih jadi variabel perhitungan.
Bayangkan, masalah-masalah yang ada di Dieng seperti lingkungan dan pariwisata sudah tidak akan ada lagi. Orang akan lebih fokus pada masalah kemiskinan, kesejahteraan dan pelayanan. Potensi yang dilirik untuk dikembangkan juga bukan pariwisata lagi, melainkan sektor manusia dan industri yang akan dibangun.
Dari manusia-manusia yang tercipta dari proses kreatif inilah, yang akan mampu menciptakan utopia baru bagi Wonosobo. Seperti halnya Singapura, yang ditendang dari federasi Malaysia karena dianggap sebagai beban. Wonosobo mungkin saja akan mengalami hal yang sama, seandainya tidak punya Dieng.
Penulis: Yoga Aditya L
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Hal yang Sebaiknya Nggak Dilakukan Saat Berwisata ke Dieng Wonosobo
