Banyak hiburan
Hiburan di Bangkalan tidak banyak. Paling hanya alun-alun, itu pun menarik di Minggu pagi saja. Selain momentum itu sepi. Ada semacam mal sih, namanya Bangkalan Plaza. Saya sebut “semacam mal” karena menurut saya nggak layak disebut mal. Di dalamnya hanya ada Hypermart, MR DIY, dan Matahari. Permainan untuk anak-anak memang ada di sana, tapi banyak yang rusak. Bulan lalu saya coba main cuma bisa yang melempar bola basket. Sisanya, nggak berfungsi dengan baik.
Berbanding terbalik dengan Jember. Alun-alun Jember aduhai meriahnya. Kalau malam ada pasar malamnya, kalau pagi bisa untuk olahraga. Di sana juga ada mal yang beneran mal yakni Lippo dan Transmart. Setiap orang Bangkalan yang pernah mampir ke mal ini pasti meratapi nasib seraya berkata, “Kapan ya Bangkalan punya ini?”
Di atas baru hiburannya lho ya, belum termasuk waralaba kuliner modern. Merek-merek yang bagi warga Bangkalan hanya bisa disimak di media sosial. Sependek pengetahuan saya, ketika waralaba kuliner terkena investasi atau membuka gerai di suatu daerah, semakin terbuka pula lapangan pekerjaan untuk warga setempat. Dengan begitu, pendapatan daerah pun kian meningkat.
Sekarang cobalah tengok Bangkalan. Minim sekalin investasi atau waralaba modern yang masuk, paling mentok waralaba Bebek Sinjay, KFC, dan Nelongso. Tidak heran lapangan pekerjaannya terbatas hingga banyak yang menjadi pengangguran, bahkan gelandangan.
Jember yang bikin minder
Mungkin ini tidak terlihat dari tingkah laku saya, tapi di dalam lubuk hati ini perasaan minder terhadap Jember begitu kuat. Kabupaten dengan julukan Kota Tembakau itu begitu megah. Daerahnya menggeliat, terlihat sekali dikelola dengan baik. Kehidupan warganya tampak sejahtera.
Sementara, kabupaten asal saya tampak anteng-anteng saja. Sudah tahu banyak tertinggal, sudah terbukti daerah dengan angka kemiskinan tertinggi ke-2 di Jawa Timur. Petinggi-petingginya seolah nggak terketuk. Sepanjang tahun ya hanya begitu-begitu saja.
Apa yang saya bahas di atas baru sebatas pembangunan fisik lho, belum soal pelayanan dan kualitas pendidikan. Bangkalan semakin dikulik, semakin ingin pindah domisili saja rasanya. Namun, saya terlanjur sayang dengan daerah yang serba kekurangan ini. Saya berharap tahun baru membawa harapan baru bagi Bangkalan. Bolehlah ya saya berharap perlahan kabupaten ini bisa bersaing dengan Jember. Syukur-syukur bersaing dengan Surabaya di kemudian hari.
Penulis: Naufalul Ihya’ Ulumuddin
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Lupakan Bangkalan, Lebih Baik ke Sumenep ketika Berwisata ke Madura
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.