Saya sebenarnya sudah muak mengantre Mie Gacoan di Kudus. Antreannya itu lho bisa digunakan buat otw ke Gacoan Semarang. Sejam setengah, Bolo! Digunakan untuk berdiri? Yang benar saja, mending scroll TikTok sambil rebahan.
Tapi, rasa muak ini yang justru membuat otak saya mendadak jenius. Saya mengira budaya malas antre bisa digunakan untuk peluang bisnis. Bisnis ecek-ecek untuk mengisi waktu luang, ketimbang bingung di kos.
Bisnis yang ada di otak saya adalah jastip alias jasa titip Gacoan. Awalnya, bisnis ini muncul karena saya iseng-iseng memberikan rekomendasi pada teman yang kebelet banget jadi milyader. Dia merantau bareng saya, tapi di kampung, dia buka usaha jualan es. Siapa tahu dia perlu pengalaman lebih dalam jualan, saya siap membantu.
Akhirnya, dia mengiyakan. Dia langsung membuat banner harga menu yang sudah dinaikkan dari harga asli outlet. Kami memulai promosi dari status WhatsApp dan japri ke kenalan, hingga promosi langsung ke teman kos dan rekan kerja.
Awalnya nggak ada yang tertarik, kami hampir putus asa. Tapi, yang namanya rezeki memang sudah ada yang mengatur. Kami berhasil mendapatkan orderan sebanyak 36 menu dalam waktu 2 hari saja.
Ada beberapa orang yang bertanya kenapa harga jastip beda jauh dengan harga asli. Terlepas dari hitung-hitungan jasa antre, bensin, dan parkir. Pihak Mie Gacoan sudah menetapkan pajak sebesar 10%. Jadi, harga yang tertera di banner sudah termasuk pajak yang lumayan mahal.
Seperti apa rasa Mie Gacoan?
Pihak Gacoan menyajikan 3 menu noddle; Mie Suit, Mie Hompimpa, dan Mie Gacoan. 5 jenis dimsum. 4 jenis minuman khas dan 10 minuman umum.
Mie Suit cocok untuk anak-anak karena mi pedas gurih ini tidak menggunakan cabai. Untuk versi pedasnya, ada Mie Hompimpa dengan level pedas 1-4 dan 6-8. Menurutku, mi asin gurih keluaran Gacoan mirip dengan mi instan rasa ayam bawang. Ada juga mi pedas manis bernama Mie Gacoan.
Untuk jenis dimsum ada yang dikukus dan di goreng. Ada juga yang terbuat dari bahan dasar ayam dan udang. Disajikan dengan saos bangkok segar produksi dari Finna Food.
Ah, tapi perkara rasa, semua sudah tahu lah ya. Pertanyaan utamanya, apakah jasa ini menguntungkan?
Baca halaman selanjutnya
Apakah jasa ini menguntungkan?
Iya, kalau yang pesan banyak. Tapi, banyaknya pesanan yang masuk juga membuat pening. Pasalnya, saat ini pihak Mie Gacoan membatasi jumlah menu Take Away menjadi 15 menu saja per orang. Kalau lebih, diwajibkan mengantre lagi atau memesan menu tambahan dengan jarak waktu sejam.
Bertemu orang dengan berbagai karakter juga bikin mood jadi ancur-ancuran. Gimana nggak, udah dikabarkan COD akan dimulai jam sekian. Eh, ada saja customer yang susah dihubungi. Lebih menyebalkannya lagi, ada customer yang membuat hilang arah. Dia meminta diantarkan ke kos, tapi kosannya nggak ada di Google Maps.
Sepahit-pahitnya kita promosi, mengantre, dan COD Mie Gacoan, langsung berbalik manis ketika meminum sop buah sembari berbincang bagi hasil keuntungan. Keuntungan yang saya dapatkan dari setengah hari mengantre dan COD, lebih banyak dari setengah hari saya bekerja di pabrik saat ini.
Meskipun menguntungkan, bisnis jastip yang kita bangun hanya berjalan 3 hari saja. Dua hari untuk perancangan ide dan promosi dan 1 hari untuk proses lapangan. Jastip ini berakhir bukan karena masalah perselisihan pendapat, malas antre, tidak menguntungkan atau mengobati rasa penasaran seperti di artikel sebelumnya. Jastip ini berakhir karena dalam waktu dekat kontrak kerja saya berakhir dan akan meninggalkan kota perantauan. Jadi ya, mau gimana lagi kan.
Tapi bagi kalian yang nganggurnya kebangetan dan gabut, bisnis ini bisa kalian tekuni. Bisnis apa lagi yang bisa ngasih keuntungan lumayan sekaligus kekuatan kaki mumpuni dan kesabaran?
Penulis: Ratih Yuningsih
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Semua Bisa Meniru Mie Gacoan, tapi Tak Semua Bisa Menyamai Kesuksesannya