Penjoki skripsi: Potret manusia yang pintar, tapi nggak punya adab
Saya itu sempat terpikir, selain para politisi yang korup, apa para penjoki skripsi ini, ya, yang dimaksud oleh dalil agama yang biasanya berbunyi, “Al adabu Fauqol ‘Ilmi,” atau terjemahan bahasa Indonesianya, “Adab itu lebih tinggi daripada ilmu.”
Walaupun saya kurang tahu pasti apakah ungkapan itu shahih atau nggak. Tapi saya pikir secara moral, ungkapan tersebut amat sangat relevan jika ditujukan ke mereka yang kelakuannya biadab itu.
Ya, gimana nggak biadab? Pertama, promosi mereka, baik di sosial media maupun di dunia nyata, itu seolah-olah nggak peduli dengan mutu akademis. Mereka betul-betul lantang mempersuasi mahasiswa agar nggak punya kepintaran sekaligus moral. Celakanya lagi, promosi dalam bentuk pamflet ditempel di gapura kampus itu apa namanya kalau bukan bajingan yang menentang adab?
Yang kedua, kelakuan mereka itu juga secara nggak langsung menentang kemanusiaan. Sebab, ketika seorang anak itu dikuliahkan, orang tuanya pasti punya banyak harapan. Minimal, mereka berharap agar anaknya bisa mempunyai kompetensi pengetahuan. Mereka juga berharap anaknya mempunyai cara berpikir yang tepat, agar hidupnya di kemudian hari bisa lebih baik.
Lah kalau ternyata anaknya dirusak oleh para penjoki, dan nggak punya kompetensi pengetahuan apapun. Akhirnya bukan tak mungkin mereka akan kesusahan, misalnya, dalam mencari pekerjaan atau ketika sudah masuk di dunia pekerjaan.
Nggak akan ada generasi masa depan selama jasa joki skripsi masih menjamur
Tentu saja yang nggak beradab ini bukan hanya para penjoki skripsi saja. Mahasiswa yang seharusnya sudah bisa berpikir mana yang baik dan mana yang buruk, patut dicap biadab kalau nggak bisa berpikir sesederhana itu.
Tapi, namanya mahasiswa, masih terbuai sama yang praktis-praktis. Terlebih lagi masih belum tahu kehidupan masa depannya yang tentunya lebih rumit daripada nyelesein skripsi, itu masih sangat butuh dituntun. Orang tuanya sendiri pun nggak sanggup menuntunnya. Makanya kenapa anaknya disuruh kuliah.
Semoga saja, sesegera mungkin ada kebijakan hukum,. Nggak hanya ditujukan untuk mahasiswa yang pakai jasa joki skripsi, tapi juga untuk para penjoki skripsi itu sendiri. Saya pikir, selama para penjoki skripsi ini masih menjamur, nggak akan ada yang namanya generasi masa depan. Yang ada justru generasi masa mundur.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pengalaman Saya Menjadi Joki Skripsi yang Penghasilannya Nggak Main-main