Jalanan di Jakarta memiliki beragam karakteristik dan cerita menarik. Ada jalan yang selalu macet, ada pula yang macetnya setahun sekali seperti Jalan Benyamin Sueb. Lalu, ada juga jalan yang terkenal sebagai jalur masuk atau penghubung Jakarta dengan kota di sekitarnya, misalnya Jalan Daan Mogot yang menghubungkan Jakarta dan Tangerang. Nah, kali ini saya akan menceritakan sebuah jalan penghubung tiga bagian Jakarta sekaligus, yakni Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan. Jalan yang terletak di perbatasan tiga kota administrasi Jakarta ini bernama Jalan Tambak.
Seperti yang sudah saya jelaskan, Jalan Tambak adalah penghubung tiga bagian kota Jakarta sekaligus. Jalan ini memegang peranan penting dalam arus mobilitas masyarakat. Dari Jalan Tambak, kita bisa menuju Menteng di Jakarta Pusat, Manggarai di Jakarta Selatan, dan Matraman di Jakarta Timur. Pemisah dari ketiga wilayah tersebut adalah Sungai Ciliwung dan Pintu Air Manggarai sebagai titik nol dari Banjir Kanal Barat. Oleh karena itu, sebagai penghubungnya dibangunlah jembatan yang merupakan bagian dari Jalan Tambak sendiri.
Jika dijelaskan secara lebih rinci, Jalan Tambak dimulai dari lampu merah pertigaan Tambak setelah turunan Flyover Matraman hingga terowongan yang berada di bawah Stasiun Manggarai. Ya, Jalan Tambak ini adalah salah satu dari dua akses jalan menuju Stasiun Manggarai, stasiun tersibuk dan teramai se-Jakarta dan se-Indonesia.
Daftar Isi
Harus sabar lewat Jalan Tambak Jakarta
Jalan Tambak setidaknya memiliki tiga “drama” yang menjadi identitasnya. Pertama, jalan yang panjangnya tidak mencapai 1 kilometer ini selalu macet, utamanya di waktu pagi, sore, hingga malam hari. Hal ini dikarenakan jalannya yang sempit.
Jalan Tambak sebenarnya memiliki 4 lajur jalan dengan masing-masing 2 lajur untuk kedua arah. Tapi, tiap 1 lajur dari masing-masing arah digunakan untuk jalur Transjakarta koridor 4, sehingga hanya menyisakan 1 lajur untuk kendaraan pribadi.
Keadaan jadi makin ruwet setelah volume kendaraan yang lewat sini tidak sebanding dengan luas jalan, makanya terciptalah kemacetan. Selain itu, di ujung Jalan Tambak Jakarta sebelum terowongan Stasiun Manggarai terdapat pasar tradisional yang turut menyumbang kemacetan. Pokoknya sabar-sabar saja deh kalau lewat sini.
Macet makin horor setelah ada pembangunan jalur LRT
Drama kedua masih berhubungan dengan drama pertama, yakni pembangunan jalur LRT fase 1B Velodrome-Manggarai yang terletak persis di tengah-tengah jalan. Karena LRT memiliki jalur yang melayang, maka sekarang ini sudah mulai dibangun tiang-tiang penyangga jalur LRT yang diprediksi baru akan selesai tahun 2026. Jika kalian datang ke Jalan Tambak Jakarta sekarang, sudah kelihatan seng-seng pagar proyek yang menutupi 2 jalur Transjakarta.
Hasilnya apa? Ya jelas makin macet, dong! Kedua arah jalan ini hanya tersisa masing-masing 1 lajur, jadi bisa dibayangkan semengerikan apa macetnya. Dalam kondisi normal saja kemacetan di sini sudah tidak tertolong, apalagi sisa 1 lajur? Dan kita harus menahan serta merasakan situasi ini sampai proyek LRT selesai tahun 2026. Bersabar deh, ya!
Rawan tawuran
Drama ketiga ini berkaitan dengan penyakit sosial yang kerap dijumpai di tengah-tengah masyarakat, yakni kasus tawuran yang sering terjadi di kawasan Manggarai Jakarta, termasuk Jalan Tambak. Umumnya, kejadian meresahkan ini berlangsung pada dini hari. Syukur-syukur makin ke sini tawuran makin jarang pecah di jalan penghubung Jaktim, Jaksel, dan Jakpus ini.
Begitulah 3 drama yang ada di Jalan Tambak, sebuah jalan raya vital penghubung pusat, selatan, dan timur kota Jakarta. Sedikit saran dari saya untuk jamaah mojokiyah, untuk sementara waktu mendingan cari jalan alternatif yang sedikit memutar jika ingin ke Manggarai dari arah Matraman. Kalau mau ke arah Menteng, dari lampu merah pertigaan tinggal lurus saja. Niscaya, kalian tidak akan merasakan kemacetan.
Kalau sudah telanjur tenggelam dalam kemacetan Jalan Tambak Jakarta ini, pertebal kesabaran, ya. Paling butuh waktu setengah jam untuk jalan beberapa puluh meter saja, kok.
Penulis: Muhammad Arifuddin Tanjung
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Hal yang Bikin Saya Resah Melewati Underpass Cawang Jakarta Timur.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.