Palembang punya sebuah kawasan yang mirip dengan Jalan Malioboro Jogja bernama Jalan Sudirman Palembang. Kawasan itu sempat menjadi area pedestrian seperti Malioboro. Iya, saya bilang sempat karena sekarang kawasan itu sudah bubar atau nggak keurus.
Kawasan pedestrian itu hanya berjalan selama beberapa tahun saja sebelum akhirnya perlahan ditinggalkan. Tidak lama, terdengar kabar bahwa kawasan Pedestrian Sudirman Palembang pindah ke Jalan Radial. Itulah akhir keberadaan Jalan Sudirman sebagai Malioboro-nya Palembang.
Jalan Sudirman Palembang meniru Malioboro Jogja
Saat peresmian Jalan Sudirman pada 2017, wali kota setempat secara gamblang mengungkapkan, jalan itu terinspirasi dari Malioboro Jogja. Kalau saya lihat, Jalan Sudirman Palembang memang mirip Jalan Malioboro, trotoarnya dipercantik. Tidak lupa lampu-lampu di kiri dan kanan jalan. Ada juga pertunjukkan seni dan kuliner.
Akan tetapi, selang beberapa tahun, Jalan Sudirman Palembang terasa seperti “tenggelam”, hilang dari peredaran. Sangat jarang orang membicarakannya atau mengunjunginya. Bahkan, di akhir pekan jalanan itu tampak lengang.
Sebelum “senjakala” itu menyelimuti, Jalan Sudirman sebenarnya cukup diminati warga, saya dan beberapa teman salah satunya. Kami sering mampir untuk kulineran dan menikmati pertunjukkan seni.
Akan tetapi, minat mengunjungi kawasan pedestrian itu kian memudar. Mungkin karena konsepnya terlalu memaksakan mirip dengan Malioboro Jogja ya. Jadi, tidak ada kesan orisinalnya. Selain mulai sepi, kabar yang beredar di tengah warga, kawasan itu bubar karena sering jadi titik kemacetan. Orang-orang jadi malas.
Baca halaman selanjutnya: Ekspektasi yang …
Ekspektasi yang berlebihan
Saya merasa warga setempat berekspektasi terlalu tinggi terhadap kawasan pedestrian Kota Pempek ini. Mereka terlalu berharap kawasan pedestrian bisa memberikan vibes mirip seperti Malioboro Jogja. Hal itu begitu sulit, mengingat tidak sepenuhnya perhatian pemerintah tertuju pada kawasan ini.
Malioboro Jogja merupakan wajah dan ikon Jogja. Wisatawan pasti mengunjungi tempat ini kalau berkunjung ke Jogja. Itu mengapa perbaikan dan penataan sering dilakukan di kawasan ini. Berbeda dengan Palembang, wisatawan pasti mengunjungi Jembatan Ampera daripada Jalan Sudirman Palembang.
Itu mengapa, pemerintah setempat lebih mengutamakan memulihkan kondisi Jembatan Ampera setelah Covid-19 daripada kawasan pedestrian Sudirman. Jembatan Ampera sudah jadi wajah dan ikon Kota Palembang. Apabila Jembatan Ampera masih sepi setelah Covid-19, tentu ini bikin malu pemerintah kota di mata wisatawan.
Sebenarnya, akan lebih baik kalau pedestrian Sudirman Palembang juga kembali dihidupkan. Masih ada peluang kok karena selama ini kawasan pedestrian Sudirman hanyalah pindah tempat ke Jalan Radial.
Untuk solusi biar pengunjungnya ramai kembali, ada beberapa ya. Bisa dengan promosi besar-besaran dengan mengundang band besar atau kembali ke Jalan Sudirman. Tentu saja dengan memikirkan ulang konsep pedestrian ini supaya nggak terlalu seperti Malioboro Jogja. Kalau hal ini digarap serius saya yakin Pedestrian Sudirman akan ramai kembali.
Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.