Jalan Pantura Lamongan Memang Suram, Kok Bisa Lampu Penerangan Jalannya Kalah Terang sama Lampu Motor Honda Revo Saya?

Jalan Pantura Lamongan Memang Suram, Kok Bisa Lampu Penerangan Jalan Kalah Terang sama Lampu Motor Honda Revo Saya?

Jalan Pantura Lamongan Memang Suram, Kok Bisa Lampu Penerangan Jalan Kalah Terang sama Lampu Motor Honda Revo Saya? (unsplash.com)

Sebagai warga Lamongan yang hampir setiap hari melintasi jalur Pantura, saya selalu dibuat geleng-geleng kepala dengan kondisi penerangan jalan di sana. Bukannya memadai, lampu-lampu di Jalan Pantura Lamongan malah sering mati total.

Jalannya gelap gulita, hanya mengandalkan lampu-lampu rumah warga yang juga nggak seberapa terang. Kalau sedang apes dan lewat area yang jarang rumah, ya sudah, gelap total seperti melihat masa depan anak muda yang tidak punya kenalan orang dalam.

Yang bikin gregetan lagi, tiang-tiang lampu penerangan itu sebenarnya ada, berdiri tegap di sepanjang jalan. Tapi, percuma saja kalau lampunya nggak nyala. Sebagai pengguna motor Honda Revo yang lampunya biasa-biasa saja, saya jadi sering mikir, “Ini jalan umum kok malah ngandelin lampu motor saya, ya?”

Bukannya sok protes, tapi masa iya lampu motor pribadi jadi penerangan utama di jalan nasional? Dan jika dibandingkan, lampu Revo saya yang seadanya itu bahkan lebih bisa diandalkan ketimbang lampu jalan yang mati segan hidup pun ogah.

Kenapa Jalan Pantura Lamongan bisa begini?

Jujur, saya nggak tahu pasti alasan di balik minimnya penerangan di Jalan Pantura Lamongan. Apakah pemerintah setempat sedang kesulitan membayar tagihan listrik? Jangan-jangan lampunya memang sudah rusak tapi nggak ada dana untuk diperbaiki?

Atau barangkali ada masalah teknis yang tak terdeteksi atau mungkin ini hanya kurangnya perhatian dari pihak terkait? Entahlah. Yang jelas, kondisi ini bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga membahayakan keselamatan pengguna jalan.

Jalur Pantura terkenal ramai oleh kendaraan berat seperti truk dan bus. Coba bayangkan kalau sopir kendaraan besar itu terpaksa mengandalkan lampu kendaraan yang terbatas jangkauannya di jalan gelap. Risiko kecelakaan lalu lintas jelas jadi semakin besar. Apalagi kalau ada pengendara motor seperti saya yang kadang harus mendahului kendaraan besar tanpa panduan penerangan jalan yang memadai. Rasanya seperti main tebak-tebakan dengan maut.

Fyi, minimnya penerangan di Jalan Pantura Lamongan ini bukan cuma soal teknis, tapi juga soal hak. Warga berhak mendapatkan fasilitas publik yang layak, termasuk penerangan jalan. Jalan raya yang gelap gulita mencerminkan ketidakpedulian pemerintah terhadap kebutuhan dasar masyarakat. Padahal sekadar menyalakan lampu jalan tentu jauh lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan akibat kecelakaan fatal.

Kalau anggaran jadi alasan, mungkin pemerintah bisa melibatkan masyarakat atau swasta melalui program CSR (Corporate Social Responsibility). Banyak perusahaan besar yang punya kepedulian terhadap lingkungan sekitar, dan penerangan jalan bisa menjadi salah satu bentuk kontribusi yang mereka berikan.

Jangan dibiarkan terus-terusan gelap gulita!

Jangan sampai Jalan Pantura Lamongan dibiarkan seperti ini terus hingga menjadi bahan keluhan abadi warga Lamongan. Saya yakin, masyarakat bukan cuma ingin jalan yang terang, tapi juga perasaan aman dan nyaman saat melintasi jalan ini.

Selain itu, langkah perbaikan ini juga bisa menjadi bentuk tanggung jawab sosial yang mendukung citra baik pemerintah daerah. Jadi, nggak ada salahnya kan mulai memperbaiki kondisi penerangan jalan di Pantura Lamongan?

Kalau pemerintah memang peduli, minimal pastikan lampu jalan di jalur ini menyala. Bukan apa-apa, ini menyangkut kenyamanan, keamanan, dan, yang paling penting, keselamatan kita semua di jalan. Sebagai warga yang setiap hari melintasi jalan ini, saya dan mungkin banyak pengguna jalan lainnya hanya berharap satu hal: agar Pantura Lamongan bisa sedikit lebih terang. Setidaknya cukup untuk melihat bagian mana yang berlubang, sehingga saya bisa tiba di rumah dengan selamat.

Tulung banget, lho, ini.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Hal yang Patut Diwaspadai sebelum Mengunjungi Lamongan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version