Jalan Mastrip Jombang adalah jalur penghubing Jombang-Mojokerto-Surabaya yang benar-benar problematik. Menyebutnya sebagai jalur maut adalah hal yang tepat.
Sebagai mahasiswa asal Mojokerto yang merantau di Kediri, hal yang bikin saya males ketika masa liburan adalah pulang kampung. Ini bukan soal terenggutnya kebebasan hidup di rumah bareng orang tua atau apa. Pasalnya, kalau mau pulang kampung, saya selalu gelisah karena harus melewati jalan yang problematik.
Meski waktu tempuh dari Kediri ke Mojokerto ini cuma sekitar dua jam. Tapi percayalah, waktu yang relatif sebentar itu nggak selalu bikin bahagia. Justru waktu yang sebentar itu terasa amat lama karena harus melewati banyak jalan yang problematik. Dan salah satu jalan itu ada di Kota Jombang, tepatnya di Jalan Mastrip Jombang.
Jalan Mastrip Jombang ini merupakan jalur utama Jombang-Mojokerto-Surabaya. Menurut rekomendasi Google Maps, jalur tersebut lah yang memakan waktu paling sedikit. Tapi ya gitu, mau jalurnya tercepat, namanya jalan problematik pasti meresahkan. Saya pribadi sebagai pengendara motor selalu dibikin ingat kematian ketika melintasi jalan tersebut.
Kok bisa? Begini alasannya.
Daftar Isi
Tikungan di Jalan Mastrip Jombang yang amat tajam
Di sepanjang Jalan Mastrip Jombang ini terdapat dua tikungan. Tikungan pertama berada tepat di dua ratus meter setelah perempatan Jarum Jalan Brigjen Kretarto. Kalau tikungannya nggak terlalu tajam sih, nggak masalah. Lha ini tuajam banget. Mungkin sudutnya sekitar 60-80 derajat lah kalau saya amati. Bener-bener udah kayak lintasan jalan MotoGP.
Untuk tikungan pertama menurut saya masih mending. Yang paling ngeri ada di tikungan yang kedua, tepatnya lima ratus meter setelah tikungan pertama. Sudutnya sama, lah. Cuman, kontur jalan pas tikungannya itu yang sedikit nanjak. Jadi bayangkan, udah tikungannya tajam, nanjak pula.
Itu pun kalau nggak hujan. Lha kalau pas hujan, bukan tak mungkin pengendara yang kali pertama melintasinya, khususnya motor akan gelagapan. Ha wong saya sendiri yang sering lewat situ aja kadang masih merinding, apalagi yang masih kali pertama.
Minim penerangan dan banyak jalan berlubang
Jalan Mastrip Jombang ini panjangnya sekitar dua kilometeran. Ketika malam ataupun menjelang magrib, sepanjang jalan tersebut cukup gelap karena amat sangat minim penerangan. Rumah atau warung pun jarang di sana. Saya yang pakai Honda Scoopy saja, yang lampunya cukup terang kadang masih takut saat melintasinya.
Ketakutan saya bukan pada begal atau makhluk gaib. Tapi di balik sepinya rumah, warung, dan minim penerangan di Jalan Mastrip Jombang ini terdapat banyak sekali jalan berlubang. Saya itu sering dibikin jumpscare sama jeglongan di sana. Masalahnya bukan kaget atau apa. Selain takut terjatuh, saya takut kalau motor saya harus diservis setelah menggilas jeglongan itu.
Belum lagi kalau sehabis hujan deras. Mau sesering apa pun melintasi jalan itu, saya yakin, pengendara motor akan dibuat misuh berkali-kali karena genangan air yang ternyata adalah jeglongan.
Baca halaman selanjutnya
Banyak truk dan bus yang ugal-ugalan
Banyak bus dan truk yang menyebalkan di Jalan Mastrip Jombang
Jalan Mastrip Jombang ini adalah jalur utama Jombang-Mojokerto-Surabaya, wajar jika banyak sekali bus dan truk yang melintasinya. Tapi sialnya, selama saya melintasi Jalan Mastrip Jombang ini, saya amat sering berhadapan dengan mereka yang ugal-ugalan. Nggak jarang saya nyaris kecelakaan karena ulah mereka.
Biasanya, selain kebut-kebutan, mereka kalau nyalip itu kayak nggak punya otak. Lebar jalan bisa dimakan semua sama mereka tanpa peduli di arah yang berlawan ada pengendara motor. Di arah yang sama pun begitu. Saya sering diklakson secara beruntun meski saya sudah berada nyaris di batas pinggiran aspal. Nggapleki lah pokoknya.
Dalam kondisi seperti itu, saya selalu terpaksa turun dari jalan beraspal demi egoisme mereka. Ya meski akhirnya aman, tapi percaya lah, rasanya itu bener-bener stres melintasi jalan tersebut. Dan itulah mengapa Jalan Mastrip Jombang ini saya sebut sebagai jalan pengingat kematian bagi pengendara motor.
Ada perempatan yang lampu lalu lintasnya sering nggak aktif
Ada satu lagi yang nggak kalah berbahayanya, yaitu lampu lalu lintas yang sering nggak aktif. Lampu lalu lintas tersebut ada di Kepuh Permai, Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Saya nggak tahu kenapa lampu lalu lintas di sana sering nggak aktif. Yang jelas, dengan jalan yang menjadi jalur utama ini amat berbahaya kalau lampu lalu lintasnya sering nggak aktif.
Meski pengendara bisa saja berhati-hati dengan menoleh kanan-kiri, tapi bukan berarti akan selalu aman. Saya pribadi selalu takut kalau misalnya dari arah kanan atau kiri ada pengendara yang memacu kendaraan dengan cepat tanpa menoleh kanan-kiri. Bukannya mendramatisir, ha wong lampu lalu lintas yang aktif saja kadang masih menuai kecelakaan. Apalagi yang nggak aktif.
Begitulah kondisi Jalan Mastrip Jombang yang sering saya lalui ketika pulang kampung dari Kediri ke Mojokerto. Setidaknya, kondisinya masih berlaku sejak tulisan ini terbit. Saya bukan melarang melewati jalan ini. Tapi saran saya, baiknya pelan-pelan saja meskipun dalam keadaan gopoh. Jangan sampai yang awalnya pengen pulang kampung dengan cepat, eh nggak tahu kalau ternyata jalurnya juga bikin cepat menuju akhirat. Amit-amit, deh.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lupakan Sejenak Mas Bechi, Ini 6 Fakta tentang Kota Jombang yang Perlu Kalian Tahu