Jalan Klakah Lumajang terkenal di kawasan Tapal Kuda Jawa Timur karena macetnya yang abadi. Kalau saya berangkat dari Jember masih nyusun proposal skripsi dan terjebak di jalan ini, kayaknya sampai Surabaya udah bisa wisuda.
Menjadi mahasiswa rantau yang sering bolak-balik perantauan ke rumah membuat saya menyadari kalau ternyata sebagian hidup saya lebih banyak dihabiskan di jalan ketimbang hal-hal lainnya. Bukan tanpa alasan saya berbicara demikian. Sebab, kampus saya berada di Surabaya, sementara rumah saya ada di kawasan Tapal Kuda, tepatnya di Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Dalam sebulan, setidaknya saya bisa bolak-balik ke rumah sekitar 4-5 kali dengan jarak 200 kilometer. Setiap pulang, kendaraan yang saya pakai berbeda-beda. Beberapa kali saya naik motor, beberapa kali saya naik bus. Meski kendaraan yang saya gunakan berbeda, rute dan suasana yang saya lalui tetap sama.
Mahasiswa Surabaya yang berasal dari Jember seperti saya, pasti juga melewati beberapa kota dan jalan, misalnya jalan raya pantura hingga yang paling mengusik hati saya adalah Jalan Klakah di Kabupaten Lumajang. Alasannya, dari dulu hingga sekarang, masyarakat yang tinggal di kawasan Tapal Kuda sepakat kalau Jalan Klakah Lumajang memang pantas dijuluki jalur perenggut masa muda pengendara.
Daftar Isi
Jalan Klakah Lumajang, jalan yang macetnya abadi
Perjalanan saya dari Surabaya ke Jember atau sebaliknya sebenarnya hanya memerlukan waktu 4 jam menggunakan motor. Itu berdasarkan estimasi waktu di Google Maps. Akan tetapi kenyataannya nggak begitu. Waktu 4 jam tersebut bisa molor jadi 5 jam menggunakan motor. Jangan tanya kalau pakai bus, jelas lebih lama. Bahkan bisa memakan waktu hingga 7 jam perjalanan!
Tiap berangkat dari Ambulu ke Surabaya, saya pasti akan melewati Jalan Klakah Lumajang. Dari saya masih kecil hingga sekarang sudah mau lulus kuliah, jalan ini tetap sama macetnya, bahkan tambah macet. Di jalan ini, kemacetan seolah-olah menjadi makanan sehari-hari para pengedara dari arah Probolinggo maupun dari arah Jember.
Menurut Satlantas Kabupaten Lumajang, kemacetan di Jalan Klakah terjadi karena 3 hal. Pertama, volume kendaraan yang over kapasitas. Kedua, kendaraan yang melewati jalan ini main serobot saja. Dan ketiga, kapasitas jalan memang kurang memadai.
Saya nggak lebay ya mengatakan jalan ini selalu macet, memang faktanya begitu. Berdasarkan pengalaman saya, lewat Jalan Klakah Lumajang memang cukup memakan waktu lama, sekalipun saya naik motor. Padahal orang biasanya menganggap kalau naik motor bakal sat-set-sat-set meskipun macet, tapi itu nggak berlaku di jalan ini. Pengendara motor kayak saya justru harus mengalah dengan truk-truk besar di sana.
Bus dan truk Optimus Prime yang selalu nggak sabaran
Sebagaimana yang telah saya sampaikan tadi, salah satu penyebab Jalan Klakah Lumajang macetnya abadi adalah volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. Maklum, kendaraan kecil dan kendaraan berat seperti truk pengangkut kayu, tebu, dll., hingga bus antarkota memang berseliweran memenuhi jalanan yang lebarnya nggak seberapa itu.
Maka sudah dipastikan saling serobot kendaraan tak terelakkan di sini. Apalagi sopir bus antarkota jurusan Surabaya-Lumajang-Jember kalau berkendara di jalan seolah ingin membawa penumpangnya ke dunia lain. Terus ada juga truk-truk sebesar Optimus Prime yang main nyelonong di jalanan. Lha, opo nggak bahaya ta yang naik motor kayak saya?
Ditambah lagi di sekitar Jalan Klakah Lumajang juga ada pasar yang masih beroperasi di kanan dan kiri jalan. Maka nggak usah heran kalau banyak pedagang yang berjualan di sana. Hal ini juga turut menambah penyebab kemacetan di jalan tersebut.
Ada proyek pelebaran jalan, tapi…
Sebenarnya per April 2023 kemarin pelebaran Jalan Klakah Lumajang hingga Jalan Leces Probolinggo sudah dilaksanakan. Proyek pelebaran jalan tersebut bahkan masih berlangsung hingga kini. Tapi, proyek tersebut justru malah menambah waktu kemacetan dan antrean panjang kendaraan. Material sisa yang ada di pinggir jalan serta alat berat yang parkir di pinggir jalan menambah kemacetan di jalan yang hanya cukup untuk 2 lajur kendaraan tersebut.
Harapan saya sebenarnya sederhana. Semoga proyek pelebaran Jalan Klakah Lumajang ini membuahkan hasil. Julukan Jalan Klakah Lumajang sebagai perenggut masa muda pengendara di kawasan Tapal Kuda memang sudah seharusnya dihapus. Tapi, jika setelah proyek pelebaran jalan selesai dan jalan ini masih macet juga, berarti alam wes nggak bisa ngatasi alias pasrah saja.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.