Apakah kamu suka gemas melihat kartun Shinchan, si anak TK Kelas Bunga Matahari? Ternyata di Indonesia ada lho TK seperti sekolahnya Shinchan di Jepang sana. Sekolah Jepang yang bernama Jakarta Japanese School (JJS) ini sudah berusia 55 tahun.
Berdiri tahun 1969, Jakarta Japanese School dibangun sebagai kerja sama Indonesia dan Jepang untuk memberikan pendidikan dasar bagi WNA Jepang usia sekolah yang bermukim di Indonesia. Nggak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Kali ini, kita intip yuk seperti apa TK ala Shinchan yang ada di Indonesia.
Daftar Isi
Persis TK yang ada di Jepang
Segala hal di TK JJS sama persis dengan TK yang ada di Jepang. Mulai dari gerbang, lantai, kelas, aula dan segala pernak-perniknya. Niat banget, deh. Seakan-akan sekolah di Jepang diangkut dan dipindahkan ke Indonesia.
Toilet bersih dan ramah anak
Apa itu toilet sekolah bau? Di Jakarta Japanese School, toiletnya semua bersih dan ramah anak. Wastafel dan toiletnya imut setinggi anak. Nggak hanya itu, toiletnya berwarna-warni dengan pilihan toilet duduk atau urinoir berdiri khusus untuk anak laki-laki.
Toilet guru dan murid sama bersihnya. Bukan hanya nyaman, toilet TK JJS bikin betah berlama-lama.
Festival Olahraga dan tiada hari tanpa olahraga
Kalau kamu penggemar komik, kamu pasti pernah membaca soal Festival Olahraga (Undokai). Festival Olahraga adalah satu hari khusus yang digunakan untuk merayakan berbagai perlombaan olahraga. Karena masih TK, perlombaan di Festival Olahraga pun biasanya yang bisa dilakukan anak TK. Misalnya lomba lari, estafet, dan senam.
Nggak cuma di Festival Olahraga, anak-anak TK Jepang di Indonesia ini setiap harinya juga berolahraga. Olahraga apa pun mereka suka. Ada yang main bola, senam, lompat balok, lompat tali, panjat dinding, bahkan sepeda roda satu.
Setiap hari guru-guru TK akan mendampingi dan full support. Mereka sangat mengapresiasi perkembangan anak-anak, sekecil apa pun. Tiap pekan, anak dipersilakan unjuk kebolehan olahraga di aula. Sambil disaksikan teman-temannya, si anak akan perform dan mendapat medali olahraga. Dengan aktivitas sekolah yang mayoritas adalah olahraga, nggak heran motorik kasar murid-murid TK JJS ini berkembang maksimal.
Ngusir setan dengan kacang, rukiah ala anak TK Jepang
Ada satu kegiatan lucu setiap tahun baru, namanya Mamemaki. Artinya kurang lebih melempar kacang. Di tahun baru, memasuki musim semi, orang Jepang akan bersyukur dan mengusir hal-hal jahat (seperti roh jahat). Dulu, orang Jepang menggunakan garam untuk mengusir setan. Di Mamemaki, anak-anak TK JJS akan menghadapi roh jahat dengan kacang.
Roh jahat yang dimaksud adalah staf sekolah yang menggunakan kostum hantu raksasa, berpura-pura sebagai roh jahat yang mengganggu sekolah. Anak TK harus bekerja sama untuk mengusir roh jahat ini dengan melempari kacang.
Mamemaki biasanya heboh sekali. Anak TK yang masih kecil akan ketakutan dan menangis. Sedangkan anak TK yang lebih besar akan ugal-ugalan melempari kacang. Setan pun akan lari tunggang-langgang. Misi rukiah sekolah di musim semi, telah berhasil.
Panen singkong dan rambutan
TK Jepang di Jakarta ini punya halaman yang luas. Ada sebuah lapangan sepak bola dan kebun yang ditanami berbagai sayur dan buah. Kadang, kebun sekolah ini ditanami terong, jagung, atau singkong. Tahun ini, mereka menanam singkong dan punya agenda: Panen Shinkon.
Anak-anak TK, guru, dan staf sekolah JJS bersama-sama ke kebun singkong. Masing-masing anak bisa belajar mencabut batang singkong dan menemukan singkong di bawahnya. Mayoritas anak TK JJS baru pertama kali melihat singkong di acara ini. Begitu juga rambutan yang mereka panen di hari lain.
Kunjungan ke TK lain
Bukan hanya para pejabat yang bisa studi banding. Anak TK Jepang di Indonesia ini juga setiap tahun berkunjung ke TK lokal di sekitar sekolah, lho. Mereka akan berkenalan dengan murid TK lain, bermain games bersama, juga memberikan surat persahabatan untuk teman baru dari sekolah lain.
Kendala bahasa nggak jadi masalah karena semangatnya adalah kebersamaan. Dijamin nggak bakal ada tawuran antarpelajar kalau semua sekolah saling bersahabat seperti ini sejak TK.
Nggak ada budaya hampers di TK Jepang
Budaya hampers biasanya jadi tambahan mental load buat bunda-bunda di sekolah Indonesia. Baik menyiapkan hampers di saat anak ulang tahun, atau menyiapkan balasan hadiah atas kiriman hampers dari teman anak yang berulang tahun. Di TK JJS, sama sekali nggak ada budaya hampers ini.
Tiap bulan, akan diadakan Perayaan Ulang Tahun di sekolah. Anak-anak yang berulang tahun di bulan yang sama, akan dipanggil ke depan dan dipakaikan mahkota. Mereka akan diberi selamat dan dinyanyikan lagu “Happy Birthday” oleh semua teman satu sekolah dan para guru. Orang tua dari anak yang berulang tahun juga akan diundang ke sekolah dan mendapat sesi foto bersama. That’s it. Tanpa tiup lilin, tanpa hampers, dan tanpa makan-makan.
Budaya tanpa hampers ini juga berlaku untuk hubungan guru dan orang tua murid. Guru TK di TK Jepang adalah pegawai negeri yang digaji negara. Mereka nggak boleh menerima hadiah, termasuk hampers dari orang tua murid. Ketika akhir tahun ajaran, orang tua murid hanya diizinkan memberikan kartu ucapan terima kasih. Wah, PNS dan KPK apakah gemetar membaca budaya no hampers ini?
Muggle nggak bisa sekolah di TK JJS
Dari sekian banyak kelebihan TK JJS, ada satu kekurangannya: WNI nggak dapat bersekolah di sini. Hanya WNA Jepang atau yang memiliki paspor Jepang yang dapat menjadi murid TK JJS. Bukan diskriminasi, tapi memang sekolah ini disubsidi langsung oleh Pemerintah Jepang untuk warga negaranya. Menjadi hal yang wajar, hanya warga negara Jepang yang bisa menikmati fasilitas sekolah ini.
Jepang patut dicontoh tentang integritas dan komitmennya dalam dunia pendidikan. Sejak usai Perang Dunia kedua tahun 1946, Jepang fokus untuk memajukan pendidikan negerinya. Semua sekolah dari TK hingga SMP digratiskan. Standarnya pun sama. Struktur bangunan, fasilitas, sarana prasarana, dan sistem pengajarannya sama persis, baik di kota besar maupun desa terpencil. Semua itu sudah dimulai sejak tahun 1946. Waktu yang hanya terpaut satu tahun dengan kemerdekaan Indonesia.
Indonesia dengan komitmen 20 persen APBN untuk pendidikan, telah mencapai angka anggaran tertinggi sepanjang republik ini berdiri di tahun 2023, yaitu mencapai Rp612,2 triliun. Dari angka lebih dari setengah kuadriliun tersebut, berapa persen yang benar-benar dirasakan oleh sekolah terpencil nun jauh di Kepulauan Mentawai? Apakah sampai cipratan anggaran itu pada murid-murid di Atambua, Nusa Tenggara?
Mendapat hak pendidikan yang sama adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh negara ini. Kita boleh menuntutnya dengan ngotot pada pemerintah, karena ini sudah darurat. Pendidikan kita sudah jauh tertinggal jutaan langkah dari negeri Jepang.
Penulis: Aniesa Norma Dantie
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 8 Alasan TK Shinchan di Jepang Layak Jadi Role Model TK di Indonesia.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.