Beragam panganan baru yang bermunculan ternyata tidak mengurangi penggemar jajanan legendaris Klaten. Jajanan jadul yang sudah ada sejak puluhan tahun silam itu banyak dicari hingga saat ini. Kekhasan rasa ditambah dengan kenangan masa lalu membuat jajanan legendaris ini masih eksis.
Selain rasanya yang khas, jajanan legendaris Klaten diminati karena harganya yang sangat terjangkau. Rata-rata jajanan dipatok di bawah harga Rp10.000. Pantas saja mampu bertahan hingga saat ini ya. Rasanya enak, harganya murah, bonus bisa bernostalgia lagi.
#1 Kepel
Kepel merupakan salah satu gorengan khas yang berasal dari Klaten. Menurut cerita yang beredar dari mulut ke mulut, kepel pertama kali dibuat oleh seorang warga Desa Keden, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten pada tahun 1970-an. Gorengan satu ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan sederhana, yaitu tepung terigu dan bumbu-bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, merica, garam serta penyedap rasa.
Kepel biasanya dibuat dengan ukuran kecil, supaya bisa dimakan dalam sekali lahap. Dengan cita rasa gurih dan tekstur garing di luar serta empuk di dalam ini membuat kepel akan semakin terasa lezat jika disantap bersama sambal pedas.
Saat ini kepel sangat mudah ditemukan di berbagai lokasi di Kabupaten Klaten. Namun, lokasi yang memiliki pedagang kepel paling banyak adalah Kecamatan Pedan. Biasanya para pedagang akan berjualan di pinggir jalan atau di emperan pertokoan dengan menggunakan gerobak. Jajanan satu ini biasanya dijual dengan harga Rp1.000 per 4-5 buah kepel.
Selain bisa dinikmati langsung, kepel juga bisa dinikmati dengan cara dibakar. Kepel yang dibakar kemudian disebut sate kepel. Berbeda dengan kepel yang memiliki rasa gurih, sate kepel menawarkan cita rasa yang cenderung manis karena memakai bumbu kecap sebagai celupannya. Sama halnya dengan kepel, sate kepel juga mudah ditemukan di tepi jalan maupun di emperan pertokoan. Sate kepel ini biasanya dijual Rp1000 per tusuk dan ada juga yang menjualnya Rp2.000 rupiah.
#2 Lumpia Duleg
Jajanan legendaris Klaten yang satu ini juga kerap disebut sebagai lumpia mini karena ukurannya yang kecil. Jika dibandingkan dengan lumpia lainnya, lumpia satu ini mempunyai keunikannya tersendiri, dimana kelezatannya yang unik membuat sejumlah orang yang mencicipinya ketagihan.
Bahan utama pembuatan lumpia khas Klaten ini adalah pati onggok, yaitu pati yang sudah direndam selama sehari semalam, dimana pati ini kemudian disaring dan dicampur dengan tepung terigu. Bumbu yang dibutuhkan terbilang sederhana, yaitu bawang, garam dan merica. Untuk isiannya sendiri bervariasi, pada awal kemunculannya dulu pernah ada yang menggunakan pepaya muda, tapi sekarang lebih biasa diisi dengan tauge.
Lumpia ini biasanya dinikmati dengan menggunakan juruh, yaitu sejenis cairan yang terbuat dari larutan gula jawa dan ditambah bawang untuk menambah kelezatan. Juruh inilah yang membuat lumpia satu ini disebut dengan lumpia duleg karena cara makannya dengan diduleg atau dicocol.
Lumpia duleg biasanya ditawarkan sambil berkeliling dari kampung ke kampung baik menggunakan sepeda maupun sepeda motor. Namun, jika ingin langsung mencicipi gurihnya camilan ini, bisa juga datang ke sentra lumpia duleg di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu atau di belakang RS PKU Delanggu.
#3 Dawet Bayat
Klaten tak hanya memiliki makanan khas yang lezat dan legendaris, tapi juga minuman menyegarkan yang manis dan cocok dinikmati saat matahari sedang terik. Salah satunya adalah dawet Bayat. Minuman satu ini disebut demikian karena berasal dari Kecamatan Bayat.
Jika dibandingkan dengan dawet pada umumnya, sejujurnya hampir tidak ada perbedaan mencolok yang dimiliki dawet Bayat. Isian dawet Bayat ini tak berbeda dengan dawet lainnya, yaitu terdiri dari cendol, santan, dan juruh (pemanis dari gula jawa). Hal yang menjadi pembeda dawet Bayat adalah cita rasa dan tampilan awal saat minuman ini disuguhkan.
Cendol yang disajikan dalam dawet Bayat dibuat menggunakan bahan pati onggok, sehingga membuat cendol ini menjadi lebih kenyal dan terasa lebih bertekstur jika dibandingkan dengan cendol yang dibuat dengan tepung beras. Adapun dari penyajian dan tampilannya, dawet Bayat memiliki tampilan yang paling mudah dikenali.
Saat awal disajikan, minuman ini akan menciptakan gradasi warna pada gelas. Di bagian atas, cendol yang biasanya berwarna kelabu akan mengapung di permukaan santan kental yang berwarna putih bersih. Sedangkan di bagian dasar, akan terlihat warna coklat karamel gula jawa cair yang menggumpal. Setelah minuman ini diaduk hingga membuat seluruh komponennya bersatu padu, cendol yang sebelumnya mengapung akan mengendap ke dasar dan warna minuman pun akan berubah menjadi coklat keemasan.
Sampai saat ini dawet Bayat masih sangat mudah ditemui karena tersebar di sepanjang jalur Wedi-Bayat. Selain itu ada juga warung-warung dawet Bayat yang berlokasi di tepian jalanan Kota Klaten. Tak hanya di Klaten, dawet Bayat juga mudah ditemukan kawasan daerah Bogem, Kalasan, DIY.
#4 Getuk Yoko Kurung
Jajanan ini dirintis oleh Sujiyem pada tahun 1976. Sudah hampir 47 tahun berlalu dan jajanan ini masih tetap eksis sampai sekarang. Pada awalnya, Sujiyem menjajakan gethuk sambil berkeliling dari kampung ke kampung dengan menggunakan gerobak. Hingga akhirnya dia memutuskan menetap di tepian Jalan Raya Karangwuni-Pedan. Untuk mempermudah penjualan, gethuk ini selanjutnya diberi nama Yoko, dimana nama ini diambil dari nama sang anak, yaitu Sarjiyoko.
Getuk Yoko Kurung menawarkan rasa manis legit yang bakal memanjakan lidah. Getuk ini memiliki dua varian rasa, yaitu coklat dan selai nanas. Penyajian getuk biasanya dengan parutan kelapa maupun gula pasir halus. Gethuk hingga selai yang dipakai semua diproduksi menggunakan bahan alami dan dipastikan tanpa bahan pengawet. Oleh karena itu, Getuk Yoko Kurung bisa tahan selama dua hari di suhu ruang. Kalau dimasukan dalam kulkas, gethuk bisa bertahan selama satu minggu.
Panganan khas Desa Kurung ini menjadi salah satu oleh-oleh yang banyak diburu pemudik maupun wisatawan. Pembeli bisa membeli dalam paket mulai dari harga Rp10.000-20.000 dengan isi getuk coklat hingga selai nanas.
Di atas beberapa jajanan legendaris Klaten yang masih bisa ditemui hingga saat ini. Kalau kalian mampir ke Klaten, jangan lupa mencicipinya ya. Tenang saja, harganya yang murah nggak akan bikin kantong kalian jebol kok.
Penulis: Sri Setyaningsih
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Nostalgia 5 Jajanan Jadul Era 90-an, Masih Inget?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.