Banyak orang yang bilang, jadi pengusaha itu merupakan pekerjaan paling enak di dunia: tidak ada yang menyuruh-nyuruh, tidak ada yang mengatur-atur, sekaligus waktunya sangat fleksibel. Tentu kalimat seperti itu hanya akan terucap dari mereka yang bukan seorang pengusaha dan mereka yang tidak benar-benar ingin jadi pengusaha. Sebab pada kenyataannya, menjadi seorang pengusaha bukan perkara yang gampang. Tidak seperti Bandung Bondowoso yang membangun candi dalam waktu semalam, jadi pengusaha tidak serta merta mendapat pemasukan jutaan hingga miliaran rupiah hanya dalam kedipan mata.
Meski banyak yang menganggap jadi pengusaha memiliki privilese yang tidak didapatkan oleh karyawan, nyatanya tidak semua orang berani untuk memilih jalan ini. Pasalnya, mereka yang ingin menjadi pengusaha akan diserang dengan pemikiran yang bikin overthinking akut.
Tidak sedikit dari mereka yang didera oleh ketakutan disertai deretan pertanyaan: Apa usaha yang harus aku mulai? Gimana memulainya? Dapat modalnya? Gimana kalau usahanya nggak berjalan lancar dan produknya nggak laku? Dan pertanyaan lainnya yang muncul tiada henti. Pikiran-pikiran semacam inilah yang tidak jarang bikin orang putar balik dan memilih melakoni pekerjaan lainnya.
Padahal, sebetulnya menjadi pengusaha itu cukup sederhana. Hal yang membuatnya sulit adalah melawan ketakutan kita sendiri. Semua orang di dunia ini berpotensi jadi pengusaha. Sayangnya, tidak semua orang berani menerima konsekuensi yang berlaku di dalamnya. Ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk mulai berani melawan pikiran-pikiran dari diri sendiri.
#1 Terjun langsung aja dulu
Menerka-nerka segala kemungkinan yang akan terjadi di masa depan itu hanya akan bikin kepala kita pusing dan capek sendiri. Takutnya sudah terasa, gelisahnya sudah menjadi-jadi, padahal dijalani saja belum. Ketika kita memang betul-betul ingin menjadi seorang pengusaha, nggak ada salahnya untuk terjun langsung aja dulu.
Ibaratnya, kalau kita sudah masuk ke kolam, mau nggak mau, siap nggak siap, kita bakalan berusaha menyelamatkan diri sampai ke seberang. Ya, minimal kita (terpaksa) belajar berenang biar nggak tenggelam, lah.
Namun, kalau kita hanya berdiri di tepian, lalu overthinking dengan ketakutan kita sendiri, kita tidak akan pernah berproses untuk belajar hal baru. Kondisi sulit dan tidak nyaman di awal, itu biasa. Terpenting, kita sudah merasakan “sensasi” untuk menyelamatkan diri di kondisi yang tidak nyaman tersebut.
Menjadi pengusaha pun seperti itu. Mungkin memang benar, kita perlu beberapa persiapan. Namun, yang terpenting adalah keberanian untuk mengambil langkah pertama. Kalau kita sudah melangkah ke dalamnya, nantinya akan disertai dengan langkah-langkah berikutnya. Makanya, kalau punya mimpi jadi pengusaha, ayo, bangun dan terjun dulu!
#2 Modal itu bukan sekadar uang, tapi juga kemauan
Banyak yang bilang bahwa modal adalah kunci dari sebuah gerbang usaha. Hal itu mungkin ada benarnya, tapi banyak orang yang terkecoh. Modal di sini tidak hanya berbentuk materi. Bukan orang kaya saja yang bisa jadi pengusaha. Sebab, modal utama dari sebuah usaha justru kemauan dari diri kita sendiri.
Jika kita sudah punya kemauan, semua yang dibutuhkan dalam membangun usaha bisa diusahakan. Misalnya, kita punya ide usaha yang ciamik, tapi keterbatasan modal atau belum memahami cara terjitu dalam menjalankan usaha yang akan kita bangun. Atau, kita sudah berani memulai usaha, tapi ternyata usaha yang kita jalankan masih gitu-gitu aja. Mungkin, kita bisa mengikuti program Diplomat Success Challenge (DSC) yang merupakan program kompetisi kewirausahaan. Sebuah program yang memberikan kesempatan pada kaum muda Indonesia yang berani memulai berwirausaha.
Dengan mengikuti program yang sudah berlangsung sejak 2010 ini, kita akan memperoleh hibah modal usaha, edukasi, dan pendampingan. Lantas kita bisa mewujudkan dan mengembangkan ide-ide bisnis yang kreatif, bergabung dalam jaringan alumni Diplomat Entrepreneur Network (DEN), dan berpeluang menjadi wirausahawan sukses yang tangguh dan bermanfaat.
Selain itu, kita bakal dibimbing dan mendapatkan mentorship dari coaches, hibah usaha hingga 2 miliar, jaringan (DEN) yang diisi oleh alumni DSC periode sebelumnya, serta pengembangan bisnis kreatif dan inovatif.
Pada 2022, jika kita ikutan program ini, kita bakal didampingi oleh coach-coach yang keren, seperti M Jupaka yang merupakan COO Nama Beauty dan strategic Advisor; Andanu Prasetyo, CEO of Maka group sekaligus Founder Toko Kopi Tuku; Tashya Araysha, Director RANS Bisnis; dan Tarra Budiman yang merupakan CEO Shining Bright.
Selalu ada jalan bagi kita yang memang menginginkan sesuatu dengan serius. Jadi, kalau kita sudah punya ide usaha atau ingin mengoptimalkan usaha yang sedang kita jalankan, segera daftarkan proposal bisnismu ke www.diplomatsukses.com. Sebab, kesempatan emas ini hanya berlangsung sampai 19 September 2022.
#3 Mau bertahan dan bertumbuh
Kalau kita sudah terjun dan punya kemauan dalam usaha, tapi nggak mau sabar untuk bertahan, semua itu bakalan sia-sia. Bertahan dalam proses yang tidak mudah itu memang tidak menyenangkan. Namun, apa yang bisa kita harapkan dari sebuah proses instan?
Kita harus terus belajar dan mencoba hal baru. Bahkan, ketika usaha kita sudah berjalan dengan baik sekalipun, kita tidak boleh berhenti bergerak. Sebab, yang namanya usaha harus bisa mengikuti perkembangan zaman, kemajuan teknologi, situasi di masyarakat, dan memenuhi selera maupun kebutuhan pasar.
Dengan melihat tiga poin di atas, menjadi pengusaha itu mudah, kan? Kita hanya perlu keberanian dan nekad untuk terjun langsung, menjadikan semangat sebagai modal, serta mau bertahan dan terus belajar. Gimana? Sudah memantapkan hati untuk resign dan menjadi fulltime pengusaha?
Penulis: Reni Soengkunie
Editor: Audian Laili
BACA JUGA Perjalanan Saya Berdagang dan 5 Kebiasaan Pembeli yang Bikin Hilang Akal