Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Ironi Reog, Kesenian Indah yang Harus Mengalah pada (Orang yang Pura-pura) Kesurupan Massal

Putri Ardila oleh Putri Ardila
21 Juni 2025
A A
Ironi Reog, Kesenian Indah yang Harus Mengalah pada (Orang yang Pura-pura) Kesurupan Massal

Ironi Reog, Kesenian Indah yang Harus Mengalah pada (Orang yang Pura-pura) Kesurupan Massal

Share on FacebookShare on Twitter

Saya nggak tahu siapa yang pertama kali nonton reog sambil berharap liat tariannya, bukan orang kesurupan. Tapi yang jelas, kalau kamu lahir dan besar di desa, kamu pasti tahu: reog dan kuda lumping itu sudah berubah dari kesenian rakyat menjadi ajang drama supranatural live action tanpa naskah.

Niat awalnya mau nonton pertunjukan budaya. Liat barongan digoyang, gamelan ditabuh, dan pemain nari dengan semangat. Tapi 10 menit pertama udah mulai ada yang mata melotot, jalan nungging, teriak-teriak, bahkan salto nggak pakai aba-aba. Kadang bukan pemainnya, tapi penonton di pinggir lapangan. Tiba-tiba ambil peran sendiri, kesurupan duluan sebelum MC manggil.

Kalau pertunjukan teater biasanya penonton diem dan fokus ke panggung, di reog itu panggungnya justru pindah ke sudut-sudut kerumunan. Penonton bubar ke sana, ngerubungin orang yang kesurupan. Lupa sama penarinya, lupa sama barongannya, lupa sama si bapak tukang kendang yang udah ngos-ngosan ngetuk beat.

Kita tuh bukan nonton kesenian, tapi nonton siapa yang kesurupan duluan. Dan anehnya, ini jadi bagian yang ditunggu-tunggu.

“Eh, cah iki benten taun kepungkur wes kesurupan lho.”

“Wah, berarti bentar lagi wes lemprah maneh.”

Reog bukanlah hiburan utamanya

Yang lebih absurd lagi, kadang-kadang orang yang kesurupan itu bahkan bukan bagian dari tim reog. Penonton. Random. Tiba-tiba ikut-ikutan goyang, terus ndelosor sambil teriak-teriak, matanya putih, kakinya ke atas, dan kerabatnya langsung njerit, “Jangan diganggu! Iki cedak karo yang mbah dari jalur selatan!”

Saya sih bukan skeptis ya. Tapi kadang saya ragu juga. Soalnya, kesurupan di reog ini kadang kayak udah jadi bagian dari panggung hiburan wajib. Satu pertunjukan bisa ada lima orang kesurupan. Tiga dari pemain, dua dari penonton, satu bonus mungkin dari panitia. Lengkap. Multiverse supranatural desa.

Baca Juga:

Isyana Sarasvati Digendong Reog untuk Menyapa Umatnya. Isyana Our Queen!

Lucunya, begitu ada yang kesurupan, malah jadi main event. Gamelan berhenti, pemain nonton juga, anak-anak makin deket ke lingkaran. Bapak-bapak megangin yang kesurupan, ibu-ibu mulai nyari ember isi air. Kalau yang kesurupan mulai pecicilan, langsung ada yang ambil daun kelor, mulai ritual pengusiran.

Kalau kamu baru pertama nonton reog atau sejenisnya, pasti kaget. Tapi kalau kamu orang desa, ya santai. Bahkan kadang sambil makan es serut. Ini bukan kejadian luar biasa, ini bagian dari paket hemat budaya lokal.

Saya bahkan pernah lihat ada yang kesurupan pake gaya slow motion. Jadi nggak langsung ndelosor, tapi kayak nahan-nahan dulu. Matanya melotot pelan, badan goyang pelan, terus duduk pelan, baru deh njerit, “Wooo…woo…”

Kayak buffering setan 3G. Mungkin yang kesurupan juga sadar: harus kasih efek dramatis, biar penonton puas.

Dan jangan lupakan: kadang ada juga yang pura-pura. Yang begini biasanya ketahuan dari ending-nya. Soalnya susah banget dibangunin. Udah dibacain doa, udah disiram air, udah disemprot minyak kayu putih, masih aja tengkurep. Ternyata begitu dibisikin, “Kowe arep tak videoin, tak unggah nang YouTube,” eh langsung bangun. Jalan biasa. Bahkan sempet ngelipetin baju.

Masak kalah sama drama kesurupan?

Maksud saya bukan mau merendahkan budaya. Reog dan kuda lumping itu kekayaan luar biasa yang harus dijaga. Tapi yang sekarang terjadi, budaya itu kayak tertutup oleh tontonan bonus yang bikin kita lupa fokus utama. Kita ke acara reog bukan buat menikmati seni, tapi buat nunggu momen dramatis yang viral. Dan sedihnya, bagian seni aslinya malah luput dari perhatian.

Yang angkat kepala barongan, yang main kuda lumping sambil narik properti berat, yang main kendang sampe keringetan—semuanya jadi latar belakang dari adegan kesurupan. Padahal yang butuh apresiasi ya mereka.

Kalau diterusin kayak gini, nanti orang bukan belajar tentang reog sebagai warisan budaya, tapi malah nganggepnya acara pemanggilan roh massal. Budaya dikalahkan sama sensasi.

Mungkin udah saatnya kita belajar nonton reog dengan lebih fokus. Nonton buat lihat kekompakan penari, keindahan kostum, dan irama musik. Bukan buat betting siapa yang bakal kejang-kejang duluan. Karena kalau seni budaya dilihat cuma dari bonus kesurupan, lama-lama kita lupa bedain mana pertunjukan, mana sinetron horor Indosiar.

Dan buat yang kesurupan beneran—ya semoga cepat sembuh. Tapi buat yang cuma akting: plis deh, kembalilah ke jalan yang benar. Kasih ruang buat barongannya bersinar.

Karena sesungguhnya, reog itu bukan tentang siapa yang melotot duluan. Tapi tentang siapa yang bisa bikin budaya tetap hidup, tanpa harus dikuasai setan.

Penulis: Putri Ardila
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pemain Jaranan Suka Kesurupan, Antara Hayati Peran atau Gimmick buat Cari Perhatian

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Juni 2025 oleh

Tags: kesurupan massalreog
Putri Ardila

Putri Ardila

Mbak-mbak mata minus (katanya sih) penulis yang sering curhat lewat naskah, karena curhat langsung takut Disebut baperan.

ArtikelTerkait

Isyana Sarasvati naik reog. (IG @Isyanasarasvati)

Isyana Sarasvati Digendong Reog untuk Menyapa Umatnya. Isyana Our Queen!

17 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.