Tapi kenapa Intermi susah dicari?
Pertanyaannya, kalau memang seberharga itu, kenapa Intermi tidak dijual luas di minimarket atau swalayan besar? Jawabannya bisa bermacam-macam, tapi yang paling logis, karena Intermi tidak diposisikan sebagai produk retail modern. Distribusinya lebih banyak di toko kelontong, warung grosir, dan pasar tradisional.
Indofood mungkin sengaja tidak memoles Intermi seperti Indomie karena segmennya memang bukan buat konsumsi middle-class urban yang suka estetik dan selfie bareng mie. Intermi lebih cocok buat kelas pekerja, pedagang, anak kos yang butuh mie murah tidak untuk gaya hidup tapi untuk bertahan hidup. Itulah kenapa mie ini lebih sering ditemukan di toko grosir ketimbang rak minimarket yang ber-AC.
Minimarket juga punya pertimbangan sendiri. Produk dengan margin tipis dan tidak terlalu tinggi permintaannya tentu tak jadi prioritas. Apalagi Intermi jarang tampil di iklan atau promo televisi. Ibaratnya, kalau Indomie itu bintang sinetron prime time, Intermi lebih mirip figuran yang saban hari mangkal di warung tapi nggak pernah muncul di layar kaca.
Bukan sebagai gaya hidup, tetapi untuk bertahan hidup
Intermi adalah mie yang tahu rasanya hidup pas-pasan. Dia tak menjanjikan kemewahan rasa atau bumbu yang rumit. Tapi dia konsisten hadir buat kamu yang sedang berada di titik terbawah dompet. Murah, mengenyangkan, dan cukup layak disantap tanpa rasa bersalah. Sayangnya, karena strategi distribusi dan branding yang terbatas, keberadaannya tak sepopuler saudara-saudaranya yang glamor.
Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Intermi tak perlu lampu sorot. Ia hanya perlu ditemukan oleh mereka yang tahu nilai dari mie instan seribu lima ratusan di tengah kekacauan ekonomi. Dan saat kamu sudah kehabisan pilihan di rak swalayan, percayalah, di ujung gang warung kelontong sana, ada sebungkus Intermi yang sabar menunggumu untuk dibawa pulang.
Penulis: Mochamad Firman Kaisa
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Mie Instan yang Bikin Saya Menyesal Telah Mencicipinya, Cukup Sekali Coba
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















