Sebagai aktivis sosial media, tentu saja kita sama-sama tahu kalau Instagram merupakan salah satu platform media sosial terbesar di dunia. Bisa dipastikan, semua orang punya akun Instagram dan aplikasi ini jadi salah satu aplikasi pertama yang diunduh ketika seseorang membeli HP baru. Dari rektor sampai mahasiswa, figur publik sampai orang biasa, dari penonton Friends sampai penonton Ikatan Cinta, pasti pernah berselancar di platform ini.
Awal mulanya, Instagram merupakan terobosan baru jejaring sosial berbasis foto dan video. Kedatangannya disambut dengan baik di seluruh dunia. Orang-orang beramai-ramai berbagi momen di kesehariannya. Ada yang posting mobil baru, liburan ke Bali, atau hanya sekedar memposting foto selfie. Respon pengguna yang tinggi juga disambut baik oleh Instagram. Mereka terus melakukan peningkatan pada aplikasinya.
Sampai sekarang, mungkin Instagram hanya satu-satunya media sosial berbasis foto dan video. Tapi, apakah mereka punya saingan? Ya, jelas punya dong. Tapi, dengan pasar yang sedikit berbeda. Hal ini yang membuat Instagram “menjiplak” fitur aplikasi pesaing seperti Snapchat dan yang baru-baru ini yaitu TikTok. Snapchat mungkin jadi yang paling apes kali ini. Dengan munculnya Instastories (please, ini namanya bukan snapgram) di Instagram. Dulu, snapchat digunakan untuk membagikan sesuatu yang momentual dengan sederhana, yang hanya bertahan 24 jam. Tapi, sejak adanya Instastories ini, Snapchat buat apa sih? Paling cuma buat nyoba filter muka kartun sama buat ngisi home di HP biar keliatan rame kan.
Seiring berjalannya waktu, minat masyarakat yang tadinya hobi menonton video panjang di YouTube bergeser ke video pendek dengan hadirnya aplikasi kesayangan kita, TikTok. Pasar TikTok juga cukup luas, dari dokter yang mengedukasi Covid-19 ke masyarakat hingga mas-mas biasa pasti menghabiskan banyak waktunya untuk scroll TikTok. Ngaku deh, pasti battery used smartphone kamu paling tinggi TikTok. Sehingga, engagement Instagram mulai turun dan membuatnya menduplikasi TikTok dengan fiturnya yaitu Reels. Fiturnya persis sama dengan TikTok, hanya saja mungkin sekarang masih didominasi konten dari India karena pemerintahnya memblokir TikTok. Susah juga ya jadi orang India, harus download VPN dulu buat main TikTok.
Di sini, penulis akan memberi saran kepada Instagram jika ingin menduplikasi fitur aplikasi lain.
Aplikasi jual beli online
Mungkin sekarang Instagram sudah dimanfaatkan oleh berbagai seller untuk menunjang pekerjaannya. Hanya saja, kebanyakan seller menggunakan Instagram hanya untuk mempromosikan barang dagangannya. Singkatnya, Instagram buat katalog, transaksinya di Shopee. Andai saja ada fitur jual beli dan dimaksimalkan, pasti bakal ramai. Asalkan banyak promo dan mengundang Mas Al dan Mbak Andin buat ambassadornya.
Aplikasi streaming musik
Di Indonesia, baru saja muncul fitur musik pada Instastories. Kalau mau, jangan tanggung-tanggung, tambahkan juga fitur streaming musik di Instagram biar tidak perlu repot-repot harus mencari lagi di Spotify ketika ada lagu bagus muncul di timeline Instagram.
Aplikasi ojek online
Kalau ini sudah jelas sangat dibutuhkan masyarakat, terlebih buat orang yang malas antri buat beli BTS Meal. Mungkin, InstaJek bisa menjadi pesaing bagi Gojek ataupun Grab. Apalagi, penulis lebih suka warna ungu ketimbang warna hijau.
Selain itu, masih banyak aplikasi lain yang bisa Instagram jiplak fiturnya. Ada Twitter, OVO, Halodoc, atau bahkan RedDoorz. Kalau dipikir-pikir,menarik juga sih cuma ada satu aplikasi di handphone untuk segala aktivitas. Dari pesen ojol buat berangkat ke kampus, beli makan di kantin cashless, sampai pesen RedDoorz kalau pulang ke kosan lewat jam malam bisa dilakukan hanya di satu aplikasi.
BACA JUGA Nggak Ada Larangan Punya Lebih Banyak Following di Akun Instagram dan tulisan Muhammad Fikri Faizan lainnya.