Masih ingat kasus Ketua Badan Anggaran DPR-RI Said Abdullah yang mengusulkan BI mencetak uang 600 T baru-baru ini? Selain alasan baik di balik niat beliau, kayaknya Pak Said juga merupakan diehard fans dari Money Heist deh, terutama season satu dan season duanya. Serial itu bercerita komplotan geng perampok yang diketuai Sang Profesor dengan segala akal bulus nan cerdik buat ngerampok Royal Mint of Spain.
Di season satu dan dua cerita berfokus pada aksi para perampok masuk ke Royal Mint of Spain dan menyandera banyak orang dengan tujuan utama adalah mencetak uang sebanyak mungkin. Para sandera ini juga harus bekerja buat nyetak uang tersebut karena kalau cuma geng perampok yang nyetak, bakal kewalahan.
Geng perampok memiliki kode etik bahwa mereka nggak boleh membunuh sandera sama sekali. Pokoknya sandera harus diperlakukan secara layak dan nggak boleh disakiti. Tujuan para perampok hanya mencetak uang sebanyak mungkin, lantas kabur lewat pintu rahasia. Inti ceritanya hanya kayak gitu, meski dimasukin drama-drama biar satu season nggak kelar dalam tiga episode saja.
Aksi mencetak uang itu yang barangkali coba ditiru oleh Pak Said Abdullah. Toh para perampok bisa melakukannya untuk kepentingan mereka, kenapa negara malah nggak bisa? Bukankah negara punya kewajiban buat menyejahterahkan masyarakatnya? Akan tetapi barangkali Pak Said lupa bahwa peristiwa perampokan di Money Heist nggak bisa dilakukan di negara kita ini. Kenapa? Berikut alasannya.
Nggak Ada yang Bisa Niru Kejeniusan sang Profesor
Pertama, untuk membuat perencanaan matang seperti rencana profesor di Money Heist dibutuhkan waktu bertahun-tahun. Itu juga yang dilakukan oleh sang profesor. Menganalisa semua kemungkinan dan selalu mempersiapkan segala rencana. Kalau situasi kayak gini, maka harus dilakukan kayak gini buat ngatasin. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh orang dengan IQ yang sangat tinggi.
Adakah orang kayak gitu di Indonesia? Ada. Kayaknya ada. Optimis aja ada. Tapi yang pinter banget kayak gitu dan lulusan universitas ternama pasti lebih memilih kerja di perusahaan gede—bahkan ke luar negeri—atau buka bisnis. Yakali ngapain repot nyusun rencana bertahun-tahun buat masuk ke BI dan nyetak uang. Kan lebih banyak kemungkinan masuk penjara.
Itu berlaku bagi yang IQ-nya tinggi ya. Nah, gimana dong kalau ada orang yang mau lakuin rencana kayak sang profesor tapi IQ-nya pas-pasan? Yaelah, pasti gagal. Pasti ketangkep pas mau masuk ke BI dan hancur lebur semua mimpi. Yakali, ngerjain skripsi aja pakai Joki, gimana mau nyusun rencana brilian dan melakukan aksi gila kayak di Money Heist?
Lagian rencana sang profesor juga banyak yang nggak mungkin, kok. Itu semua bisa terjadi karena fiktif belaka. Tapi ya bodo amat, asalkan ceritanya keren ya kita tetep bisa nikmatin. Ya nggak? Makanya, mustahil bener bisa dilakuin di dunia nyata, apalagi di Indonesia. Kalau bahasa Jawa-nya sih, rasah ngimpi!
Nggak Ada Anggota yang Cocok buat Direkrut
Profesor di Money Heist merekrut orang-orang hebat tapi terbuang dari masyarakat. Banyak yang ahli di bidangnya, kayak ahli meretas, ahli ngebor, ahli nyetak uang, dan lain-lain. Mereka juga terlatih buat di situasi genting, ditambah bisa nggunain senjata api juga. Lha kalau di Indonesia? Mau rekrut siapa?
Katakanlah ada orang jenius lulusan kampus ternama dengan IQ tinggi dan bisa meniru rencana profesor. Semua rancana sudah matang. Semua kemungkinan sudah dianalisa. Semua kendala sudah diantisipasi, lantas dia pasti kebingungan mencari anggota yang mau diajak. Siapa pula manusia yang cukup gila dan mau diajak gabung buat ngerampok Bank Indonesia coba?
Masa iya ada? Kalau ada, paling mentok siapa sih yang bakal diajak? Mantan Begal? Mantan Jambret? Pelaku klitih? Mahasiswa IT yang jenius tapi nggak lulus-lulus? Atau malah dukun sekalian biar rencana mereka dibantu makhluk gaib? Asli, susah. Kalau ada orang yang punya tenaga meyakinkan orang mau gabung ke geng perampok, mendingan tenaga itu dibuat nyari dukun beneran yang bisa menggandakan uang. Asli, hasilnya bakal sama kayak merampok BI. Sama-sama dapet duit.
Nilai Tukar Rupiah Itu Sangat Kecil
Ini yang paling fatal. Inflasi adalah masalah besar di negara ini. Kalau misal memang ada orang yang super jenius dan bisa merencanakan perampokan ke BI. Lantas ada orang cukup kampret mau gabung ke rencana itu. Dan entah ada keajaiban dari mana mereka semua bisa mencetak uang rupiah bertriliun-triliun, mereka akan tetap terbentur nilai tukar rupiah.
Kenapa di Money Heist bisa aman-aman saja dan nggak kena inflasi? Itu karena uang yang mereka cetak adalah euro. Dan seperti kita tahu, euro itu salah satu mata uang yang berharga dan memiliki nilai tukar tinggi, pun ditransaksikan hampir di seluruh dunia. Dulu Amerika Serikat pernah melakukan penambahan likuiditas dengan mencetak banyak USD, tetapi ekonomi mereka stabil dan tidak terjadi inflasi parah. Akan tetapi itu karena USD adalah mata uang yang bernilai tinggi dan hampir semua negara mau membelinya.
Lah kalau rupiah? Buat apa dicetak banyak-banyak? Yang ada malah inflasi kayak zaman orde lama di masa kepemimpinan Sukarno. Ingat, dulu saat BI bukan lembaga independen dan menuruti semua mau pemerintah, BI pernah mencetak uang karena emang diminta negara. Uang itu untuk membiayai banyak hal termasuk diberikan ke BUMN yang gonjang-ganjing, tetapi pada akhirnya hiperinflasi terjadi. Nilai tukar rupiah menjadi tambah anjlok. Bayangkan, uang seribu rupiah langsung setara dengan uang satu perak sewaktu hiperinflasi terjadi. Ngeri, kan?
Nah, ini juga yang akan terjadi jika para perampok berhasil mencetak uang banyak banget dan hanya menghabiskan uang itu di Indonesia. Lagian kalau setelah merampok dan tetap tinggal di Indonesia itu kan kebodohan besar. Peristiwa perampokan segede itu pasti jadi headline di berbagai media dan tentunya para perampok akan menjadi buron. Kalau mereka masih di Indonesia, ya mati saja sudah. Nunggu waktu buat masuk ke mako brimob.
Kalau mau ke luar negeri ya percuma saja. Nilai tukar rupiah kan kecil, ya bakal langsung mampus kalau pergi ke negara-negara maju. Paling hanya bertahan beberapa bulan, abis itu jadi gembel.
Nggak Bisa Kabur ke Negara-negara yang Jauh
Berarti opsi pergi ke negara jauh sudah pupus ya karena masalah nilai tukar yang kecil. Tapi, bisalah pergi ke negara-negara tetangga yang setidaknya nilai tukar rupiah nggak buruk-buruk amat. Namun, kalau mereka kabur ke negara-negara tetangga, paling mentok kabur ke mana, sih? Malaysia? Brunei Darusalam? Timor Leste? Papua Nugini? Woy… ngaco amat. Itu kedeketen sama Indonesia. Antara kalian mampus jadi gembel pas duitnya abis atau malah langsung ketangkep nggak sampai sebulan.
Kalau di cerita Money Heist kan mereka langsung pergi ke seluruh penjuru dunia dan santai-santai saja karena mata uang yang mereka punya bernilai tinggi, pun mereka nggak boleh nyentuh Eropa sama sekali. Ya, meski dua tahun hidup aman sentosa, akhirnya tetep aja ketangkep dan semua anggotanya harus bersatu lagi dan melakukan perampokan lebih besar ke Bank of Spain, kan? Jadi ya… nggak aman sentosa juga setelah lolos dari perampokan pertama.
Masih mikir Indonesia bisa dijadikan setting aksi kayak Money Heist? Mending ikutan kelas keuangan dulu, yuk!
BACA JUGA Menebak Langkah Alicia Sierra setelah Todongan Pistolnya pada Profesor di Episode Terakhir Money Heist dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.