Bagi anak SMA yang mempunyai keinginan kuliah, menentukan jurusan itu jadi momen yang penuh dilema. Ada yang pilih sesuai passion, ada yang ikut-ikutan temen, ada juga yang penting keterima, yang penting kuliah, urusan nanti mah belakangan. Saya pun pernah ada di fase itu. Bingung, ragu, galau, hingga pada akhirnya pilihan saya jatuh ke jurusan peternakan.
Sayangnya, keputusan itu justru menuai banyak tanda tanya dan pandangan sebelah mata dari orang-orang sekitar.
“Ngapain ambil peternakan? Jangan cuma yang penting keterima.”
“Belajar peternakan mah sama bapakmu aja, kan bapakmu peternak.”
“Ambil jurusan peternakan mau jadi apa nantinya?”
Kalimat-kalimat itu masih teringat jelas sampai sekarang. Seolah-olah pilihan saya lahir dari keputusasaan, keterpaksaan, dan tanpa arah. Padahal, justru sebaliknya. Pilihan itu lahir dari proses panjang melalui berbagai pertimbangan, diskusi dengan orang tua, hingga akhirnya saya mantap menjadikan peternakan sebagai jalan yang ingin saya tempuh.
Dari Setetes Susu, Keluarga Saya Bisa Bertahan Hidup
Saya lahir dari keluarga peternak sapi perah. Dari setetes susu, orang tua saya mampu menghidupi keluarga dan menyekolahkan empat anaknya hingga perguruan tinggi. Bahkan sejak bayi, saya dan adik saya sudah meminum susu sapi sebagai pengganti ASI. Jadi, bagi kami, susu sapi bukan sekadar sumber penghasilan, tapi benar-benar sumber kehidupan.
Namun, memelihara sapi perah bukanlah perkara mudah. Sapi bukan mesin yang bisa dipencet lalu keluar susu. Ada proses panjang yang harus dijalani, mulai dari pemberian pakan dengan takaran tepat, menjaga kesehatan sapi, merawat kebersihan kandang, hingga pemerahan susu yang konsisten setiap hari. Semua itu butuh ketelatenan.
Banyak orang di sekitar daerah kami akhirnya tidak lagi beternak sapi perah. Ada yang menjual sapinya, beralih ke sapi potong, atau bahkan berhenti beternak sama sekali. Namun, orang tua saya tetap bertahan. Dari situ saya sadar bahwa perjuangan ini nggak boleh berhenti begitu saja karena begitu besarnya peran sapi perah bagi kami selama ini.
Kuliah di Jurusan Peternakan Membuat Saya “Melek”
Awalnya, saya tidak punya gambaran jelas tentang jurusan peternakan. Tapi setelah menjalaninya, saya mulai “melek” bahwa dunia peternakan sangat luas dan kompleks. Saya belajar tentang karakter berbagai ternak, nutrisi pakan, bioteknologi, manajemen usaha, sosial-ekonomi peternakan, hingga pengelolaan limbah untuk mengurangi dampak lingkungan.
Dari situ saya sadar, kalau kita hanya berpikir “yang penting sapi kenyang”, hasilnya tidak akan optimal. Kita harus tahu gimana ternak harus diperlakukan mulai dari memenuhi nutrisinya sesuai kebutuhan, menjaga kondisi kesehatan ternak, sampai bagaimana menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman untuk ternak. Nggak cukup sampai di situ, kita juga harus tau gimana cara mengelola usaha ternak secara efisien, menekan biaya, sekaligus tetap menjaga kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan.
Peran Besar Jurusan Peternakan
Banyak yang mengira jurusan peternakan hanya soal mengurus sapi. Ya memang benar kami mempelajarinya, tapi tentu nggak sesederhana itu. Jurusan peternakan disiapkan untuk melahirkan orang-orang yang mampu menjaga ketahanan pangan, mengembangkan teknologi, dan menjawab tantangan global, khususnya di sektor pangan.
Coba bayangkan kehidupan kita tanpa ayam goreng, tanpa telur, tanpa segelas susu, atau tanpa rendang di meja makan saat lebaran. Semua itu hadir berkat kerja keras orang-orang di balik peternakan. Protein hewani bukan sekadar pelengkap, tapi fondasi utama kesehatan, tumbuh kembang anak, dan kecerdasan bangsa.
Di masa depan, ketika jumlah penduduk semakin banyak dan krisis iklim kian terasa, peran peternakan menjadi makin vital. Bagaimana menyediakan daging, telur, dan susu dengan harga terjangkau, kualitas baik, dan tetap ramah lingkungan? Itu adalah tantangan yang dapat dijawab oleh dunia peternakan.
Setiap jurusan itu pada dasarnya punya peran penting tersendiri. Anak teknik membangun jalan dan jembatan, anak kedokteran menyelamatkan nyawa, sementara anak peternakan memastikan daging, susu, dan telur tetap tersedia di meja makan setiap hari. Tanpa jurusan ini, kita tak bisa menikmati sumber gizi yang selama ini dianggap biasa.
Pesan untuk Adik-adik yang Mau Kuliah
Kalo kamu masih SMA dan bingung menentukan jurusan, pesan saya sederhana: pilihlah jurusan dengan pertimbangan yang matang. Tanyakan pada diri sendiri, apa sebenarnya cita-cita yang ingin kamu capai? Karena jurusan bukan sekadar tempat mencari ilmu, melainkan jalan untuk mewujudkan mimpi.
Jangan sampai kuliah hanya dengan pola pikir “yang penting bisa kuliah trus punya gelar.” Gelar tidak akan banyak berarti kalo kamu tersesat, tidak tahu arah, dan bingung harus ke mana setelah lulus. Ingat, kuliah itu butuh banyak pengorbanan waktu, tenaga, bahkan biaya. Jangan sampai semua itu terbuang sia-sia.
Dan satu lagi, jangan gengsi. Kalo kamu sudah tahu arah dan cita-citamu, jalani saja tanpa terlalu peduli dengan apa kata orang. Ini hidupmu, bukan hidup mereka. Yang menanggung perjalanan dan hasil akhirnya adalah kamu, bukan orang lain.
Kalo dulu saya menuruti omongan orang, mungkin saya tidak akan pernah masuk jurusan peternakan. Saya tidak akan pernah belajar bahwa dari susu seekor sapi, sebuah keluarga bisa bertahan hidup. Saya tidak akan menemukan mimpi yang masih terus saya perjuangkan sampai hari ini. Karena bagi saya, jurusan peternakan bukan sekadar pilihan, tapi jalan panjang yang akan terus saya jalani untuk meraih cita-cita saya.
Penulis: Ahmad Nasihin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jurusan Peternakan, Jurusan yang Saya Jadikan Pelarian, Ternyata Penuh Potensi Cuan yang Super Besar
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
