Beberapa waktu yang lalu, saya kaget ketika ibu saya bilang bahwa Persis Solo berhasil menang lawan AHHA PS Pati dengan skor 2-0. Walau beberapa tahun tinggal di Solo, saya baru tahu kalau ibu saya sepaham itu perihal sepak bola Indonesia.
Lha gimana, klub luar yang blio tahu itu hanya Barcelona dan pemain bola itu semua sama di mata blio. Kalau nggak Lionel Messi, ya, Ronaldo. Itu pun ia masih sering ketuker antara dua pemain itu. Kalau sok tahunya itu kumat, pernah ia bilang bahwa Messi sekarang main untuk Juventus.
Dengan fakta-fakta tersebut, kok ya bisa-bisanya beliau tahu Persis Solo menang lawan AHHA PS Pati?
Ya memang sih, kami ini pernah tinggal di Solo. Ibu pernah ndulang saya di depan Stadion Sriwedari. Bahkan blio pernah menemani saya main mobil-mobilan di depan Stadion Manahan. Walau begitu dekat Persis Solo, blassss sampai saya umur 22 blio nggak pernah ngobrolin tim tersebut. Baru sekarang blio membahas Persis.
Awalnya saya kira blio mendadak suka Persis karena ditangani oleh anak-anak Pak Jokowi, menengok ibu saya ini seorang Jokower. Hati saya makin mak nyuuut ketika blio bilang, “Zulham Zamrun itu rambutnya kuning atau oranye, sih? Kasih keras!”
Usut punya usut, jebul ibu saya ini membaptiskan diri sebagai Ultras AHHA PS Pati. Kenyataan pahit yang cenderung mengarah kepada kebingungan, ini sebenarnya ada apa, sih?
Akhirnya saya menemukan titik pangkal permasalahan. Ibu saya, kemakan skema Mas Atta Halilintar dalam merekrut basis massa pendukung AHHA PS Pati di media sosial. Nggak hanya di YouTube Mas Atta ini rajin kasih giveaway untuk menarik massa, ketika nangani tim bola pun blio menggunakan cara-cara yang sama.
Tingkah bikin giveaway ini sayakin nggak hanya diinisiasi Mas Atta. Sebab, kepanjangan PS dari AHHA PS Pati ini adalah Putra Siregar, bos PS Store yang juga hobi bikin giveaway. Kalau masalah jabatan, yang saya tahu itu Mas Atta dan Putra Siregar ini setara, yakni CEO. Jabatan sama, hobi juga sama. Sama-sama hobi bikin giveaway.
Lengkap sudah kombinasi antara raja YouTube Indonesia dan raja ponsel Indonesia. Maksud saya, lengkap sudah alasan ibu saya untuk mencintai klub yang pernah giveaway embek saat Idul Qurban kemarin.
Bahkan pernah lho giveaway ini diumumkan di akun Instagram @pstore. Begini katanya, “10 Juta untuk 20 orang syaratnya gampang, tag 3 teman Follow @ahhaps.fc. Berikan doa dan support terbaik sebagai PSTEAM Setia komen di @putrasiregarr17.”
Saya jadi sadar satu hal, ternyata ada yang lebih praktis ketimbang apa yang dilakukan Manchester City di Inggris sana. Mereka, dalam rangka mengeruk penggemar di luar region Manchester, itu dengan cara membeli pemain berkualitas dan memenangkan banyak piala. Ah, ribet, kan?
Mungkin taipan sekelas Sheikh Mansour belum tahu kekuatan sesungguhnya dari giveaway. Sheikh Mansour, ketimbang beli pemain-pemain mahal, mending dulu nyewa YouTuber kondang, lalu bikin giveaway. “Tag 10 teman kamu, ikuti akun @mancity,” selesai, sudah pasti banyak yang follow.
Tapi, ada tapinya nih, Sheikh Mansour itu paham, bahwa kehadiran fans dalam sepak bola itu amat penting. Namun ia sadar, sekuat apa pun, ia nggak akan pernah dapat massa semilitan seperti Manchester United dan Liverpool. Makanya, ia membangun skuat yang mewah dan membangun kekuatan demi piala.
Fans yang didapat ya glory hunter. Tapi, masih mending kan ketimbang giveaway hunter? Namanya juga sepak bola sudah masuk ke dunia bisnis, apa pun itu jadi money. Apalagi ini adalah Mas Atta dan Putra Siregar. Klub medioker pun diubah menjadi… hmm, ya masih medioker sih, tapi sekarang agak mendingan lah followersnya sejuta.
Tapi, setidaknya, apa yang dilakukan Mas Atta dan Bang Putra terhadap AHHA PS Pati ini patut diacungi jempol. Setidaknya, gairah militan mendukung sepak bola sekarang sudah menjangkiti ibu-ibu. Ibu-ibu yang keranjingan sepak bola akan mendukung anaknya meniti karier di bidang tersebut. Yang berarti sepak bola Indonesia bisa makin maju.
Eh, nggak juga sih kalau bisa maju, federasinya aja kayak gitu.