Lamongan sudah panas
Saya merasakan betul bagaimana perubahan panasnya Lamongan dari waktu ke waktu. Dulu sebelum banyak pabrik dibangun, kampung halaman saya belum sepanas sekarang ini. Iya, saya paham kehadiran pabrik mempengaruhi ekonomi warga lokal. Teman-teman saya pun banyak yang mendapat lapangan pekerjaan berkat kehadiran pabrik di Lamongan. Dan kehadiran pabrik-pabrik itu bukan satu-satunya penyebab perubahan iklim di Lamongan. Tapi kan perlu dipikir juga dampaknya ke depannya.
Selain itu, pembangunan jalan tol akan segera dimulai di sini. Saya nggak bisa membayangkan nantinya banyak kendaraan bermotor yang lewat dan menambah kemacetan serta polusi di sini. Wes, ibu kota provinsi memang sebaiknya nggak usah dipindah ke sini. Nanti makin banyak pabrik di sini dan makin banyak kendaraan di sini, bikin tambah panas dan tambah polusi. Mumet.
Lamongan sudah terkenal
Walaupun bukan sebuah kabupaten yang besar, saya nggak pernah kesulitan menjelaskan asal usul saya pada orang yang baru saya temui. Tinggal sebut saja soto dan pecel lele. Apalagi kalau orang tersebut mengerti sepak bola lokal, tinggal sebut saja Persela. Palingan dia bingung lokasi geografis Lamongan aja.
Lantaran sudah terkenal itulah kampung halaman saya ini nggak perlu status sebagai ibu kota Jawa Timur untuk meningkatkan pamornya. Biar kota lain saja yang terkenal lewat jalur ibu kota provinsi, Lamongan jangan.
Rumah tempat pulang
Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak orang bermimpi menghabiskan masa pensiun mereka di daerah seperti Bali, Jogja, Magelang, dll. Sementara bagi para perantau asal Lamongan yang jumlahnya nggak sedikit itu, kebanyakan akan memilih untuk pulang ke Lamongan menikmati hari tua di kota kelahiran. Menghabiskan waktu dengan bertani di kampung halaman sendiri adalah impian kami.
Beda ceritanya kalau Lamongan jadi ibu kota Jawa Timur. Predikat ibu kota provinsi secara nggak langsung akan memaksa sebuah daerah untuk melaksanakan pembangunan di sana-sini. Pembangunan yang beraneka ragam itu otomatis membutuhkan lahan dan salah satu opsi lahan adalah area persawahan. Padahal area persawahan selama ini menjadi sumber penghidupan dan investasi bagi orang-orang desa di Lamongan. Kalau sudah begitu, ke mana orang-orang Lamongan di perantauan harus pulang ketika saatnya tiba?
Semoga tulisan saya ini bisa sedikit meramaikan perdebatan perihal wacana pemindahan ibu kota Jawa Timur. Kalau boleh berharap lebih sih semoga jalan-jalan di Lamongan segera diperbaiki biar mulus. Kalau yang ini tolong diaminkan. Biar WBL aja yang jadi tempat wisata, jalanan jangan.
Penulis: Firdaus A’la Illiyyin
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bondowoso, Sebaik-baiknya Kandidat Ibu Kota Jawa Timur.