Hunt, Debut Penyutradaraan Lee Jung Jae yang Ambyar

Hunt, Debut Penyutradaraan Lee Jung Jae yang Ambyar Terminal Mojok

Hunt, Debut Penyutradaraan Lee Jung Jae yang Ambyar (Hancinema.net)

Setelah menerima banyak pujian untuk aktingnya selama dua dekade lebih, Lee Jung Jae (New World, The Thieves, Squid Game) kini duduk di kursi sutradara. Dari pilihan naskah film yang dibintanginya sejauh ini, kita tahu film seperti apa yang Lee sukai; action, thriller, spy. Saya bisa langsung menebak ketika Lee pertama kali diumumkan akan menyutradarai film panjang pertamanya yang berjudul Hunt

Lee Jung Jae mengajak sahabatnya, Jung Woo Sung, untuk beradu peran bersamanya. Di jajaran aktor pendukung, ada Go Youn Jung, Heo Sung Tae, Jeon Hye Jin, Kim Jong soo, dan Jeong Man Sik. Tidak ingin film debutnya terkesan biasa, Lee Jung Jae juga mengajak nama-nama besar seperti Hwang Jung Min, Park Sung Woong, Jo Woo Jin, Kim Nam Gil, Ju Ji Hoon, Lee Sung Min hingga Yoo Jae Myung sebagai cameo. 

Hunt merupakan spy thriller dengan aksi jedar-jedor yang intens. Intensitas ketegangan di film ini lebih tinggi dari yang saya kira. Film ini sudah tancap gas sejak detik pertama. 

Hunt berlatar tahun 1980-an ketika kediktatoran militer mencapai puncaknya. Pada saat presiden melakukan kunjungan ke Amerika Serikat, terdapat ancaman pembunuhan. Hal ini diduga akibat bocornya rahasia kunjungan presiden tersebut. Ada mata-mata yang menyusup. 

Kepala Unit Luar Negeri KCIA, Park Pyung Ho (Lee Jung Jae), dan kepala Unit Domestik, Kim Jung Do (Jung Woo Sung), ditugaskan untuk mengungkap mata-mata Korea Utara, Donglim, yang diduga berada di dalam agensi mereka. Ketika Donglim mulai membocorkan rahasia yang dapat membahayakan keamanan nasional, kedua unit tersebut masing-masing ditugaskan untuk menyelidiki unit satu sama lain. 

Mereka pun saling menggali informasi. Baik Pyong Ho maupun Jung Do, sama-sama terkejut ketika mengetahui rahasia satu sama lain. 

Meskipun film ini jelas menceritakan perpolitikan Korea Selatan pada tahun 1980-an, film ini sepenuhnya fiksional. Seperti disclaimer di awal film, beberapa kejadian sesuai dengan sejarah, dan beberapa lainnya tidak. Salah satu peristiwa yang diangkat—yang sesuai dengan sejarah Korea Selatan—adalah Pergerakan Demokratisasi Gwangju, yang juga menjadi elemen penting di film ini.

Kalau kamu pernah menonton The Standing Next, 1987: When The Day Comes, A Taxi Driver, atau The President’s Last Bang, kamu akan familier dengan Hunt. Film-film tentang demokratisasi Korea Selatan memang selalu menarik untuk dikisahkan dengan berbagai sudut pandang dan pendekatan. 

Tidak seperti film-film yang saya sebut tadi, Hunt jelas tidak berusaha mengikuti sejarah dan menggunakan pendekatan yang lebih ekstrem. Adegan kejar-kejaran, pengeboman, adu tembak, dan penyiksaan tercecer sepanjang film. 

Film ini punya potensi yang cukup besar untuk menjadi spy thriller yang epik. Elemen paling menonjol di film ini adalah sinematografi dan akting—kalau akting, tidak perlu diragukan, wong isinya aktor kelas A semua. Saya paling suka akting Hwang Jung Min, meski sebentar, tapi berkesan. 

Selebihnya, film ini cuma bikin penonton sesak napas atau keluar bioskop lebih awal karena lebih baik melakukan kegiatan lain daripada menonton film ini. 

Lee Jung Jae memilih menarik pelatuk dan membuat “kekacauan” di filmnya ketimbang peduli pada naskahnya. Sepanjang film kita tidak diberi ruang untuk memahami konteks dan alur ceritanya. Persoalan storytelling menjadi kecacatan utama film ini. Lee Jung Jae tampak terburu-buru dalam mengalirkan plot sampai penonton tidak bisa memperhatikan detail yang mungkin penting untuk cerita. Orang yang menonton di samping saya cuma bisa ngang ngeng ngong selama dua jam.  

Sayangnya, akting brilian dan sajian aksi yang solid justru dirusak oleh penuturan cerita yang terkatung-katung.

Saya berani bilang, ini bukan debut yang baik, tetapi saya melihat potensi besar Lee Jung Jae dalam menggarap film action. Dia mampu menciptakan intensitas yang diperlukan untuk sebuah film action dan thriller. Dia hanya butuh satu hal: naskah skenario yang bagus.

Terlepas dari penuturan ceritanya yang “heboh sendiri”, Hunt masih bisa dinikmati, setidaknya sekuens aksinya. Kalau kamu suka film action, monggo, film ini masih sangat layak. Namun, kalau kamu mengharapkan lebih, sebaiknya bersiap untuk kecewa. 

Hunt sudah tayang secara reguler sejak Rabu (14/9/2022) di Cinepolis dan CGV.

Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 20 Film Korea Selatan Terbaik Sepanjang Masa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version