Honda Vario 110: Sebaik-baiknya Skutik untuk Yang-yangan, Bikin Ketiduran Dibonceng Mas Mantan

Honda Vario 110: Sebaik-baiknya Skutik untuk Yang-yangan, Bikin Ketiduran Dibonceng Mas Mantan

Honda Vario 110: Sebaik-baiknya Skutik untuk Yang-yangan, Bikin Ketiduran Dibonceng Mas Mantan (Wikimedia Commons)

Honda Vario 110 adalah sebaik-baiknya skutik. Dulu, ia dihadirkan dalam upaya penjegalan atas dominasi Yamaha Mio yang sudah lebih dulu eksis dan laris. Saat Yamaha Mio punya semburat desain ramping mungil buat para wanita, Honda tak serta merta mengalah. Honda membuat desain Vario 110 tak kalah ramping. Bobotnya yang 99 kg membuat motor ini juga geser-able di tangan wanita dan pria nggak kuatan kayak saya.

Meski Honda Vario 110 dan Yamaha Mio memiliki kapasitas mesin yang mirip-mirip, yakni 110-an CC, lagi-lagi Honda lebih “breh” dalam mencurahkan pikirannya pada mesin. Vario 110 dilengkapi dengan mesin yang cukup powerfull. Karakter mesin square plus sudah memakai pendingin cairan alias radiator menjadikan skutik satu ini bakal bisa slundap-slundup plus punya top speed hampir kayak babi kesetanan. Lumayan kencang dan halus untuk rute perkotaan.

Bahkan ketika saya mencobanya, saya merasa melayang. Peredaman shock depan belakangnya yang empuk serta suara mesinnya yang halus hampir membuat saya kayak terbang 15 cm dari atas tanah. Luar biasa.

Honda Vario 110 dan indahnya cinta yang terjalin sepanjang jalan

Bagi Lisa, Honda Vario 110 adalah skutik terbaik yang pernah ada. Kisahnya dengan skutik ini terajut indah sepanjang jalan. Honda Vario 110 memfasilitasi itu semua, meski kisah cintanya tak berakhir baik-baik saja.

Dulu, saban hari semua yang Lisa bawa bisa diakomodir dengan mudah. “Pokoknya pas bawa barang banyak aku nggak perlu risau saat naik Honda Vario 110. Leg room yang lega biasanya tak buat bawa barang yang lumayan berat. Sementara bagasi bawah jok 13 liter tak isi sama barang yang lebih kecil,” kata Lisa. “Selain itu, laci kecil yang ada di bawah stang biasanya aku isi thai tea favoritku,” tambahnya.

Rasanya memang tak berlebihan jika menyebut Honda Vario 110 sebagai salah satu skutik terbaik yang masih sesuai fitrahnya. Skutik ini memang nyaman untuk dipakai membawa apa pun. Tarikan mesinnya halus sehingga ketika membawa barang nggak bikin pengendara kagok. Apalagi untuk urusan yang-yangan, jelas bikin yang dibonceng tambah sayang.

“Aku pernah lho sampai ketiduran waktu dibonceng mantanku naik motor itu,” kata Lisa.

Lisa bercerita waktu itu dia dan mas mantan pergi ke sebuah warung mi ayam selepas kuliah. Di perjalanan itulah Lisa sampai ketiduran saking nyamannya dibonceng pakai Honda Vario 110. Mas mantan baru membangunkannya begitu mereka tiba di depan warung mi ayam.

“Emang nyaman banget pas dibonceng, apalagi mas mantan yang boncengin. Sampai sekarang aja aku masih kerasa gimana bahagianya dulu,” ujar Lisa yang kali ini jadi ngidam mi ayam. Padahal saat mewawancarai Lisa, saya dan dia tengah berada di sebuah coffee shop di selatan alun-alun dan sudah ngemil juga.

Kesalahan merawat Honda Vario 110 bikin semuanya ambyar

Apesnya, gara-gara sang mantan nggak paham cara merawat motor yang benar, akhirnya skutik ini masuk dalam fase kritis.

“Sikap tak acuh mas mantan bikin karya tangan luar biasa antek-antek Soichiro Honda agak blesek dari segi tampilan maupun performanya,” kata Lisa terang-terangan. “Yang penting masih bisa jalan, yang penting udah aku ganti olinya. Coba bayangin, Mas, mosok dia bilang gitu!”

“Hehehe, ya nggak salah juga, sih.” saya terkekeh mendengarnya.

“Padahal aku udah bantu dengan urunan bensin, lho. Tau sendiri kan, Mas, Honda Vario ini biarpun nyaman tapi agak boros soalnya pakai karburator model vacum pula,” kata Lisa. “Dan paling nyebelinnya, aku sampai nawarin bayarin biaya bengkelnya, tapi dia tetep nggak mau. Alasannya nanti dibenerin sendiri.”

Kata Lisa lagi, warna Vario 110 yang sudah kusam gara-gara nggak dirawat jadi terlihat makin kusam di tangan mantannya. “Kurang cantik kalau dilihat.”

Desain skutik yang dominan melancip itu perlahan hilang taji. Perlampuan yang masih bohlam lamat-lamat juga mati. Dan Lisa dipaksa berjudi menaruhkan tangan-tangan mulusnya.

“Dulu sempet kalau ke mana-mana dibonceng, tanganku kudu siap siaga pas mau belok gara-gara lampu seinnya mati.”

Makin hari, “penyakit” Honda Vario 110 makin menjadi-jadi. Semacam komplikasi yang tak segera diobati, kerusakan motor 4-tak itu menjalar ke bagian lain.

“Nggak cuma itu, Mas, skutik ini accu-nya juga tekor. Coba bayangin, cowok macam apa yang tega menyuruh pacarnya untuk nyelah Honda Vario 110 karburator kalau bukan cowok brengsek kayak mantan saya itu!” Lisa agak mendengus kesal kali ini.

“Mosok dia bilang gini: biar sama-sama kebagian, aku yang standarin dua, kamu yang nyelah,” lanjut Lisa. “Rokku sampai sobek gara-gara nyelah motor!”

Memilih mengganti daripada harus memperbaiki

Selama beberapa bulan yang-yangan pakai Honda Vario 110, suatu waktu skutik itu dijual. Lisa sebenarnya mencoba meyakinkan sang mantan untuk mempertahankan motor tersebut mengingat semua kenangan indah mereka pernah terjalin di atas motor itu.

“Waktu itu aku nggak abis pikir sama dia. Mosok motor yang nyaman gitu mau dijual. Padahal kan tinggal diperbaiki bawa ke bengkel,” kata Lisa.

Menurut Lisa, sang mantan pacar tetap ingin menjual Honda Vario 110 tersebut. Katanya ingin diganti dengan motor yang lebih keren lagi. Hampir seminggu Lisa dan mantan pacarnya nggak ketemuan setelah percakapan mereka soal menjual motor Vario tersebut. Waktu itu Lisa mengiakan saja. Dia merasa nggak bisa berbuat banyak mengingat motor itu bukan miliknya. Hingga akhirnya mantan pacar Lisa datang ke kos

Honey, tunggu aku di kos.

Sebuah pop-up pesan muncul dan tak sempat Lisa balas karena dia sedang asyik nonton drama. Berjarak beberapa menit, suara kencang memekakkan telinga. Fokus Lisa saat itu terpecah, antara menontong Kang Mas Park Bogum atau menuntaskan rasa penasarannya atas suara berisik di luar.

“Ada Suzuki Satria F150 udah parkir di depan kosku. Bodinya masih kayak Suzuki Satria F150, sih, tapi ada kebaruan di busa jok papasan, knalpot brong yang mendongak ke atas, sama ban kecil-kecil kayak cacing,” kata Lisa. “Astaga, Mas, bagusan Honda Vario 110 ke mana-mana, deh.”

Lisa pun mengakhiri ceritanya dan mengajak saya ke warung mi ayam terdekat. Seketika saya sadar dan berasa kembali merasakan masa lalu.

Penulis: Budi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Rem Honda Vario Itu Bukan Nggak Pakem, tapi Karakternya Memang Seperti Itu.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version