Irit tapi mewah
Berbeda dengan Ebay, di waktu yang berbeda Helen memilih Honda Scoopy karena iritnya.
“Lho, bukannya Beat lebih irit? Kenapa nggak milih itu?” sangkal saya ketika pertama kali mendengar alasan si Helen.
“Eh, jangan samain sama Beat dong. Jelas Scoopy lebih punya prestise ke mana-mana,” tegas Helen yang menganggap Honda Scoopy terbaru sudah berbeda level sama Honda Beat.
Saya tergelitik sama anggapan itu. Padahal baik Honda Scoopy atau Beat punya basic mesin yang sama. Bedanya cuman masalah bentuk bodi dan warna cat serta racikan di CVT. Selebihnya sama, nggak ada yang lebih baik, apalagi kalau ngomongin soal kualitas. Biyuh.
“Pokoknya Scoopy lebih mewah aja, Mas. Desainnya juga manis podo aku. Dan yang tak kalah penting, selain cakep Scoopy motor yang ringan (95 kg). Jadi enak dan gampang kalau cewek kayak aku kudu geser-geser posisinya. FYI saja, satu liter BBM bisa dipakai untuk menempuh jarak hampir 60 kilometer dengan kapasitas tangki 4,2 liter. Bayangin aku cukup menghabiskan dua liter pertamax atau uang Rp30 ribu susuk untuk PP ke Semarang. Irit pol to?” ujar Helen sambil berbangga.
“Hmmm.”
Halah, irit tapi ringkih dan nggak bisa kencang buat apa? Bikin ngantuk saja, batin saya.
Fitur Honda Scoopy banyak
Teman saya yang lain jatuh cinta sama si Scoopy karena fiturnya lumayan oke. “Bejibun banget kalau soal fitur,” dia berkelar seraya menyeruput kopi di warung .
“Compartment banyak, ada jok gede sekitar 15 liter, terus ada laci-laci di bawah stang juga memudahkan saya menaruh minuman botol pas mancing ke daerah yang cukup jauh. Headlamp-nya sudah LED cukup berguna pas saya gabut malem-malem pengin mancing ke rawa-rawa yang angker di belakang Balai Desa.”
Honda Scoopy terbaru memang sudah mengadopsi headlamp LED, tapi untuk lampu sein dan rem masih bohlam. Ini cukup mengganggu pikiran saya untuk harga motor yang bisa dibilang pricy.
“Enaknya, saya nggak perlu khawatir kehabisan baterai karena ada USB charger yang letaknya di bawah stang sebelah kiri. Sudah ada tutupnya lagi sehingga aman dari saat hujan, selain itu adanya USB charger bikin tenang lah kalau mau mancing-mancing. Nggak takut kehabisan baterai handphone, jadi istri nggak khawatir pas nyariin.” Ucap Alex sebelum mengambil pisang goreng.
“Oh iya, Honda Scoopy yang saya ambil tipe yang tertinggi loh. Sudah memakai kunci model keyless, keren, kan? Kalau tipe yang di bawah ini masih menggunakan kunci konvensional soalnya.”
“Sudah makan dulu tuh pisang, keburu kepatok ayam.” Saya mendengus.
Setelah menuntaskan menguyah pisang goreng, Alex kembali menegaskan bahwa membeli Scoopy adalah pilihan yang tepat.
“Ajibnya, Scoopy sudah menyematkan stater senyap alias sudah ACG starter fitur yang saya paling demen. Ini fitur yang berguna banget karena, kadang, saya kudu diem-diem pas mau berangkat mancing. Sering istri nggak ngijinin.”
“Mancing terus, istri nggak pernah perhatiin,” ujar Alex saat menirukan istrinya ketika melarang dia.
“Tapi, saya memegang betul pepatah dari Mauritius, Bud.”
“Apa tuh?”
“Bojo muring, tinggal mancing.”
Keong dikasih ban gini kok pada suka
Alasan-alasan di atas memang terkesan valid. Memang, seaneh apa pun motor, tetap punya pasarnya sendiri. Selalu ada peminat yang rela beli motor aneh, dengan alasan yang sama anehnya pula. Liat tuh Avenis, motor aneh tetep aja nekat dijual. Kenapa? Ya karena ada yang beli. Perkara laris atau nggak, itu beda cerita.
Namun tetap saja, bagi saya, Scoopy terbaru tak lebih dari keong sawah facelift. Pelan, ringkih, dan overpriced. Rasanya amat sayang jika harus mengeluarkan uang lebih dari Rp20 jutaan untuk sebiji motor satu ini. Sudah ah, saya mau nyuci Honda Beat dulu.
Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Review Honda PCX 150 Setelah Setahun Pemakaian