Honda CRF: Motornya Indah, Keamanannya Naudzubillah

motor honda astrea 800 Pol espargaro Honda scoopy Honda CT125 Honda CRF honda beat street motor matik MOJOK.CO honda c70

Logo Honda (Pixabay.com)

Hai bikers. Mungkin di antara kalian ada yang punya motor trail keluaran pabrikan Honda yang diluncurkan 2017 silam? Yap, yang saya maksud di sini adalah Honda CRF yang dengan sengaja diciptakan untuk menggeser hegemoni kejayaan motor trail atau semioffroad dari pabrikan Kawasaki yang sudah lama tidak menemukan kompetitor di kelas enduro.

Memang selama bertahun-tahun segmen motor sport dalam negeri selalu dipegang oleh pabrikan motor bernuansa hijau. Baru di tahun 2017 itulah Kawasaki mendapat tantangan yang cukup serius dari Honda dengan meluncurkan CRF 150.

Hadirnya CRF 150 tentu menambah pilihan anak muda yang ingin memiliki motor yang bisa masuk segala medan jalanan. Seperti yang kita ketahui di Indonesia meskipun kota besar tapi jalanannya tidak semuanya mulus. Banyak sekali lubang besar atau kecil yang menganga di jalanan.

Tentu memiliki motor yang bisa melibas jalanan tanpa khawatir dengan kondisi jalanan yang menyebalkan adalah impian setiap orang, idaman pokoknya.

Dibanding dengan kompetitor, Honda memang baru sedikit mengeluarkan varian semioffroad. Tidak seperti Kawasaki. Di kelas 150 saja sudah banyak subtipenya lagi. Ada yang versi standar, BF, dan D-tracker.

Motor-motor tersebut dijual dengan harga yang tinggi karena tidak punya pesaing. Itu baru motornya, belum harga suku cadangnya. Duh. Berbeda dengan Honda yang semua umat bumi juga tahu onderdilnya yang mudah ditemukan di mana saja. Harganya pun tidak begitu mencekik kantong.

Setelah berpikir matang, saya memutuskan untuk membeli Honda CRF yang warna merah. Kebetulan, warna yang belum dirilis saat itu. Padahal saya sempet nunggu warna lain, tapi ya sudahlah.

Tapi jujur saja, sekilas, nggak ada yang spesial dari Honda CRF dibandingkan dengan kompetitornya, yaitu KLX. Dari warna, desain, dan kaki-kaki, nggak ada yang berbeda secara signifikan. Karena jika dibandingkan dengan harga, memang harga CRF lebih mahal dibanding KLX standar. Namun, jika ingin dibandingkan lebih detail CRF 150L lebih laik bertarung dengan KLX 150BF yang harganya lebih mahal dikit.

Berbekal beberapa alasan di atas akhirnya saya meyakinkan diri untuk memilih CRF meskipun itu produk baru yang belum banyak orang memberi testimoni, kecuali brand ambassador yang ngiklanin.

Pada kesimpulannya memang terbukti tidak mengecewakan secara performa maupun tampilan. Namun, kelemahannya mulai terasa pada komstir alias bearing yang ada pada leher motor. Setelah jalan beberapa bulan, saya merasakan kelemahannya. Awalnya ketika motor berbelok hanya terdengar bunyi “cekit” yang membuat ngilu.

Pernah satu waktu, ketika laju motor kenceng saya hendak belok namun si motor berhenti mendadak. Gara-gara itu, saya hampir kecelakaan.

Setelah beberapa kali dibetulkan secara normatif oleh mekanik dari dealer maupun bengkel biasa tetap tak ada perubahan, akhirnya secara terpaksa saya bongkar itu motor. Dan di situlah baru keliatan kalau bearing-nya hangus. Pantas ini motor kocak amat meski dibawa pelan.

Untung saja nih, ada yang jualan bearing Honda CRF yang murah, walau nggak ori. Ya kalau ori, saya harus inden lama banget. Dan harganya pasti mahal.

Saya pikir, awalnya saya dapat produk defect alias cacat. Eh ternyata yang mengalami hal serupa nggak cuma saya, tapi buanyak. Kayaknya penyakit Honda dari dulu nggak pernah berubah, yaitu nggak ada produk defect, soalnya semua kena masalah yang sama.

Kekecewaan saya memuncak setelah motor saya raib digondol maling. Ya gimana nggak digondol, orang kuncinya saja mirip kunci motor bebek. Motor model begitu tinggal dicolok pakai kunci letter T udah kebobol. Padahal Honda CRF jauh lebih mahal dibanding motor matic keluaran Honda, tapi pengamannya kalah jauh…

Namanya musibah ya, nggak ada yang tahu. Tapi plis lah, Nda, Honda, maling aja update cara membobol, kenapa kalian nggak ikutan update biar nggak mudah dibobol, sih? Ini era 4.0 loh, semuanya canggih. Situ jualan doang canggih, update motor kagak.

Udah mahal, gampang dibobol, duh perih.

BACA JUGA Ki Seno Nugroho, Dalang yang Bikin Milenial Gandrung dengan Wayang dan tulisan Terminal Mojok lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

 

Exit mobile version