Honda Astrea Supra: Bandel, Irit, tapi Gampang Di-prank

honda astrea supra review ulasan spesifikasi mojok.co

honda astrea supra review ulasan spesifikasi mojok.co

Apa yang pertama kali terlintas di benakmu ketika mendengar Honda Supra? Apa, The Fast and the Furious? Itu mah Toyota Supra. Oke, kalau saya sih, Honda Supra adalah motor yang paling gampang di-prank. Ini karena dulu bapak saya pernah punya Honda Supra tahun 2003, motor yang saya anggap ganteng banget di jamannya.

Hal yang bikin Honda Supra ini ganteng terletak di striping-nya. Kala itu Bapak punya yang striping-nya perpaduan warna hijau dan biru. Dari cover bawah, lisnya berwarna hijau, lalu bermotif kotak-kotak kecil kayak bendera balap, semakin ke atas warna lis biru semakin dominan.

Dekorasi tersebut berpadu dengan kalter mesin berwarna silver dan bodi dasar berkelir hitam, mengingatkan saya pada sosok superhero Indonesia: Panji Manusia Melenium. Honda Supra pertama kali diluncurkan tahun 1997 lalu sampai di puncak jayanya pada 2000-an. Hal ini memberi kesan di mata saya, motor ini milenium sekali. Sayangnya, Primus Yustisio yang berperan sebagai Panji Manusia Melenium malah jadi bintang iklannya Honda Mega Pro.

Waktu itu Honda Supra sempat head-to-head dengan Honda Astrea Grand sebab Honda Supra membawa-bawa nama Astrea di dirinya. Honda Astrea Supra adalah nama yang pertama kali dikenal oleh masyarakat. Penyebabnya, Honda Astrea Supra memang masih ada darah dari Astrea Grand. Coba lihat saja mesinnya, masih pakai mesin C Series. Sementara Supra 125 jaman sekarang, itu tuh udah nggak ada DNA C series lagi. Malah yang mengalir di dalam tubuhnya adalah DNA Honda Karisma. Darah keturunan Astrea-nya udah hilang.

Masyarakat di lingkaran saya nyaris terbelah menjadi dua kubu. Kubu Astrea Supra dan kubu Astrea Grand, keduanya meperdebatkan mana yang lebih irit dan menarik. Tentu saja, saya berada di kubu Supra. Sebagai anak SMP yang masih puber dan lagi demen-demennya motoran di masa itu, saya lebih memilih Supra karena body-nya lebih terlihat sporty daripada kakaknya si Astrea Grand. Kalau soal keiritan, sampai saat ini keduanya bisa jadi juara kelas. Imbang lah.

Bapak saya juga punya Astrea Grand. Tapi karena Supra memang masih berusia muda, jadinya mesin lebih segar daripada Astrea Grand punya Bapak. Saat duduk di bangku kelas 2 SMP, saya sudah diperbolehkan bawa motor untuk berangkat sekolah sama Bapak. Sialnya, kalau bawa Supra ini saya malah sering di-prank oleh teman-teman saya.

Kejadian itu membuat saya mencamkan bahwa Astrea Supra adalah motor paling gampang buat di-prank. Nggak perlu repot, colek dikit, motor langsung malfungsi. Tapi hal ini nggak berlaku buat Honda Supra generasi sekarang sebab desain body-nya yang udah rapet banget. Kalau di Astrea Supra, seenggaknya ada 5 titik yang prankable.

Titik Prank Honda Astrea Supra #1 Tuas choke

Honda Astrea Supra masih menggunakan tuas choke yang menempel di karburatornya. Posisinya gampang banget buat dilihat lalu dijamah tangan-tangan jail. Dulu semasa SMP saya sempet panik gegera tuas choke ini dinaikkan ke atas atau berada di posisi ON. Dengan begitu, katup choke menutup venturi karburator.

Udara di karbu terhambat masuk. Bensin jadi lebih banyak masuk ke dalam ruang bakar. Walhasil, mesin motor hidupnya jadi nggak normal. Gas ditarik dikit, mesin langsung mbrebet. Karena udah terlalu sering, lama-kelamaan saya jadi hafal kalau ada kendala kayak gini pas mau pulang sekolah. Udah pasti tuas choke-nya ditarik sama tangan jail.

Titik Prank Honda Astrea Supra #2 Keran bensin

Sama halnya degan tuas choke, keran bensin juga gampang dijamah. Posisinya berdekatan dengan tuas choke. Tuas choke di atas, keran bensin di bawah. Ya namanya juga keran bensin, semestinya harus selalu di posisi on. Kalau posisi off, bensin nggak akan mengalir ke dalam karburator.

Keran bensin ini juga sering dijailin. Dari posisi on diputar ke posisi off. Bedanya nggak ada efek kayak tuas choke. Motor akan tetap bisa hidup sebab yang disedot adalah bensin yang sudah berada di dalam penampung karbu. Tapi setelah motor berjalan kira-kira 1 kilo meter, motor akan mati. Seolah-olah mogok. Padahal mah emang lagi di-prank. Kan vangke!

Titik Prank Honda Supra #3 Kop busi

Kalau cuma tuas choke atau keran bensin yang ditutup, nggak terlalu masalah sih. Tinggal diputar balik aja. Tapi kalau tahu-tahu kop businya hilang? Wah berabe urusannya. Motor nggak bakalan mau hidup sebab fungsinya kop busi adalah, untuk menyalurkan arus listrik dari kabel koil ke busi.

Bisa sih diakalin, tapi dengan cara merobek kabel koil lalu langsung disambungkan ke businya. Saya pernah sih, sekali hilang. Nggak lagi di-prank, memang beneran dicolong kop businya. Perkaranya cover samping kanan-kiri motor Supra ini nggak saya pasang. Sengaja saya lepas, biar terkesan trondol, simple, dan racing look.

Tapi sialnya ya gitu, malah jadi bahan buat ngeprank. Kalo kop businya nggak sampai hilang, palingan cuma dikendorin aja. Kop busi nggak bener-bener nempel “klik” pada busi. Akibatnya motor jadi nggak stabil, kadang mati, dan kadang hidup. Kadang juga malah mberebet.

Titik Prank Honda Supra #4 Kabel koil

Setelah mencicipi kejailan-kejailan di atas semua, saya malah jadi hafal setiap kali hal ini terjadi. Udah nggak panik lagi gitu. Tapi ada satu lagi yang luput dan jarang banget pengguna Honda Astrea Supra tahu. Yakni terminal primer tegangan rendah koil. Di Astrea Supra, koilnya itu gampang banget terjamah.

Apalagi kalau cover samping kanan-kirinya udah dilepas. Wah, dari jauh aja udah kelihatan tuh koilnya. Nah, di koil ini ada yang namanya terminal primer tegangan rendah. Kalau terminal kabel itu dicabut, wasalam, motor nggak bakal hidup. Untuk mengelabuinya, kabel itu ditekuk lalu diselipkan ke dalam kabel kelistrikan yang lain. Rumit sekali jadinya.

Yang satu ini emang agak sulit ditebak, apalagi kalau yang nggak ngerti permesinan motor. Yang ada, keluar jasa servis motor di bengkel deh cuma buat masang ni kabel terminal. Sebab keempat hal itu juga, saya jadi kapok buat nelanjangin motor Astrea Supra bapak saya. Meskipun masih berpotensi di-prank, paling enggak ya jadi diminimalisir potensi risikonya.

Sejak itu, saya jadi males ke sekolah naik Honda Astrea Supra. Saya jadi lebih milih Honda Grand aja. Dan ketika saya pakai Honda Grand, meskipun juga bisa di-prank, tapi saya nggak pernah mengalaminya. Ah, emang dasarnya aja temen-temen saya tuh sirikan. Udah kayak tetangga sebelah rumah aja.

Sumber gambar: Wikimedia Commons

BACA JUGA Merayakan Kegagalan bersama Honda Karisma dan tulisan Allan Maullana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version