Hipertensi: Kenali Gejala, Ancaman, dan Pencegahan Si Silent Killer

Hipertensi Kenali Gejala, Ancaman, dan Pencegahan Si Silent Killer. (Unsplash.com)

Hipertensi Kenali Gejala, Ancaman, dan Pencegahan Si Silent Killer. (Unsplash.com)

Adalah wajar kalau kita masih mewaspadai Covid-19 dan itu baik adanya. Meski “sudah reda”, potensi kena lagi tetap ada. Nah, selain mempertahankan kewaspadaan akan Covid-19, jangan sampai kita lengah terhadap penyakit berbahaya lagi. Salah satunya si pembunuh gelap dan kita mengenalnya sebagai hipertensi.

Pengertian hipertensi

Hipertensi atau yang dikenal sebagai penyakit tekanan darah tinggi. Penyakit ini didefinisikan sebagai suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh.

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk dunia dan mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Pada 2016, di Indonesia sendiri, angka kematian karena penyakit ini mencapai angka 1,7 juta orang (catatan Kementrian Kesehatan). 

DKI Jakarta sendiri menempati peringkat ke-5 tertinggi pada 2019 lalu dengan prevalensi sebesar 33.43%. Tahun ini tentu sudah meningkat. Dan berdasarkan catatan WHO, hipertensi merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia.

Seseorang bisa dikatakan mengidap hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≤ 90 mmHg. Berdasarkan hasil penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia yang dilakukan pada 2015, tekanan darah sistolik merupakan pengukur utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.

Gejala hipertensi

Gejala yang biasa dirasakan oleh mereka yang mengidap hipertensi antara lain sakit kepala, nyeri dada, sesak nafas, penglihatan yang bermasalah, mimisan, sampai telinga yang berdengung. Itu beberapa gejala ringan.

Untuk gejala bagi “kelas berat”, gejala yang dirasakan adalah mudah lelah, nyeri pada dada, urine berdarah, muntah, mudah bingung, mudah cemas, hingga tremor pada otot. Selalu waspada, ya.

Ancaman hipertensi

Ancaman penyakit hipertensi memang nyata. Penyakit ini tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Maka dari itu, perlunya kewaspadaan sejak dini sebelum bertambah parah. Berikut, alasan mengapa penyakit hipertensi perlu diwaspadai.

Silent killer

Disebut sebagai “pembunuh senyap” karena penyakit ini begitu berbahaya lantaran tidak diketahui gejalanya. Di banyak kasus, penyakit ini baru ketahuan bersemayam dalam tubuh setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Semakin berbahaya karena masih banyak orang yang takut untuk melakukan pemeriksaan fisik. Takut ketahuan punya penyakit berat, sih.

Padahal, untuk mendeteksi keberadaan hipertensi bisa dilakukan dengan pemeriksaan tensi. Kesalahan yang terjadi adalah banyak orang yang tidak melakukan lanjutan setelah pemeriksaan tensi. Lama tidak ditangani, penyakit ini bakal makin berbahaya. Oleh sebab itu, hipertensi disebut silent killer.

Komplikasi yang ditimbulkan

Salah satu komplikasi yang timbul karena hipertensi adalah stroke. Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang disebabkan penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. 

Kondisi ini menyebabkan area tertentu pada otak tidak dapat mensuplai oksigen maupun nutrisi. Akibatnya, setengah dari sel-sel otak mengalami lumpuh dan berdampak pada bagian tubuh yang tidak dapat dikendalikan oleh area otak.

Selain stroke, hipertensi juga bisa menyerang organ penting lainnya seperti jantung. Selain jantung, ginjal juga bisa kena.

Selain komplikasi terhadap penyakit lain, hipertensi juga punya sifat panjang. Artinya, setelah mengidap, kamu nggak akan langsung merasakannya. Butuh waktu untuk komplikasi terjadi. Namun, biasanya, kita tidak waspada padahal penyakit itu sudah kadung muncul. Oleh sebab itu, biasanya sudah terlambat ditangani. 

Setelah komplikasi, pengidap hipertensi akan menjadi ketergantungan kepada obat. Ingat, ketika sudah mengidap, kamu harus minum obat secara rutin untuk menjaga tekanan darah. 

Biasanya, obat yang diberikan sifatnya meredakan rasa sakit supaya komplikasi tidak memburuk. Berbagai penelitian membuktikan bahwa obat antihipertensi yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan potensi stroke hingga 35 sampai 40% dan 50% gagal jantung. 

Untuk yang baru didiagnosis, diperlukan kontrol ulang minimal empat kali dalam sebulan atau bisa juga seminggu sekali. Obat hipertensi harus terus dikonsumsi bila pola gaya hidup tidak berubah karena penyakit ini akan terus berjalan di dalam tubuh Hal ini menegaskan bahwa penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Oleh sebab itu, hidup sehat adalah pilihan satu-satunya.

Genetik

Ada dua sebab hipertensi bersemayam dalam tubuh, yaitu penyebab yang bisa diubah dan yang tidak bisa. Penyebab yang tidak bisa diubah adalah yang berkaitan dengan genetik. 

Beberapa penelitian mengatakan seseorang cenderung menderita tekanan darah tinggi bila kedua orang tuanya juga menderita tekanan darah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan juga jadi sebab. Bukan hanya faktor pola hidup tidak sehat. Nah, penyebab yang bisa diubah adalah pola hidup itu sendiri.

Mencegah hipertensi

Kalau tidak bisa diobati, setidaknya kita bisa mencegah. Ada beberapa cara mencegah hipertensi dan biasanya masih berkaitan dengan mengubah pola hidup.

Cara-cara yang bisa dilakukan, antara lain mengurangi, bahkan membatasi konsumsi garam, teratur olahraga, menjaga berat badan, tidak berlebihan mengonsumsi kafein, mengurangi lemak trans, mengurangi minuman beralkohol, hingga hati-hati dengan konsumsi lemak jenuh.

Penulis: Hanifa Ramadhanti

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Berdamai dengan Penderita Stroke Tidak Mudah, namun Harus Dilakukan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version