‘Higehiro’, Anime yang Menyajikan Realitas Sosial dan Isu Kesehatan Mental

higehiro anime mojok

higehiro anime mojok

Sudah kurang lebih dua bulan saya benar-benar mengurangi konsumsi anime. Dari yang biasanya sehari paling tidak menonton tiga episode, menjadi satu episode yang saya tonton. Itu pun tidak setiap hari. Alasannya tentu karena ada berbagai macam kesibukan, lebih tepatnya disibukkan oleh tugas kuliah. Yah namanya juga mahasiswa semester awal.

Hingga pada suatu malam, ketika saya benar-benar merasa jenuh dan di luar hujan lebat, saya memutuskan untuk nonton anime. Ada satu judul anime yang menurut saya begitu menarik. Anime tersebut berjudul “Higehiro : Kucukur Janggut, Siswi SMA Kupungut”. Tentu judul tersebut adalah versi bahasa Indonesianya. Sedangkan dalam versi Jepangnya adalah “Hige wo Soru. Soshite Joshikousei wo Hirou” dan biasa disebut cukup dengan Higehiro saja.

Setelah menonton satu episode, insting saya sebagai penikmat anime langsung berkata bahwa anime ini sangat bagus. Saya pun mengamininya dan memutuskan untuk marathon saat itu juga.

Kembali ke cerita saya tadi, satu episode awal anime Higehiro benar-benar sudah memikat hati saya sehingga tidak tanggung-tanggung saya putuskan untuk segera marathon anime tersebut. Anime Higehiro ini sendiri ditayangkan secara legal di kanal YouTube Muse Indonesia. Setelah marathon anime tersebut, ada banyak sekali kecamuk perasaan dalam diri saya. Namun sebelum ke sana, mari kita mulai dari sinopsis anime ini terlebih dahulu.

Anime ini bercerita tentang seorang laki-laki pekerja kantoran bernama Yoshida yang sedang mengalami patah hati usai ditolak oleh orang yang dia cintai yang ternyata merupakan senior di tempatnya bekerja. Dalam perjalanannya pulang dalam keadaan mabuk, Yoshida bertemu dengan seorang siswi SMA bernama Sayu yang sedang meringkuk di pinggir jalan.

Yoshida kemudian menyuruh siswi SMA tersebut untuk pulang, namun Sayu berkata bahwa ia tidak memiliki tempat untuk pulang. Sayu kemudian memohon untuk diberikan tumpangan di rumah Yoshida. Dalam keadaan setengah sadar Yoshida hanya bisa mengiyakannya. Sayu sendiri pada awalnya meminta tumpangan dengan imbalan melakukan hubungan badan dengannya. Namun, dengan jantan Yoshida menolak hal tersebut dan mengijinkannya untuk tinggal secara cuma-cuma.

Kurang lebih begitulah sinopsisnya. Lalu, hal apa yang membuat anime ini saya anggap sangat bagus? Menurut saya, tentu saja adalah premis ceritanya. Premis cerita anime ini sangat jarang ditemukan di anime lain. Kalaupun ada, pasti mengarah pada hal-hal berbau mesum. Tapi, tidak demikian dengan anime ini. Higehiro justru seakan memberi tahu penontonnya tentang realitas yang terjadi di masyarakat kita.

Tokoh perempuan utama di cerita ini, yaitu Sayu dikisahkan sebagai siswi SMA yang kabur dari rumahnya di Hokkaido menuju Tokyo. Setelah saya cari tahu, ternyata jarak antara dua tempat tersebut mencapai 1280,5 kilometer, lebih jauh dari jarak Jakarta ke Bali. Bayangkan saja, gadis sekolah kabur dari rumahnya hingga sejauh itu. Pastinya ada hal yang membuatnya berani melakukan hal semacam itu.

Di Tokyo sendiri, dia harus berjuang agar mendapatkan tempat tinggal. Gara-gara tidak punya uang, Sayu mau tidak mau memberikan kehormatannya pada pria hidung belang agar diberi tumpangan. Untungnya, setelah sekian lama Sayu kemudian bertemu dengan Yoshida, yang mau memberikannya tempat tinggal tanpa meminta imbalan apa pun.

Fakta bahwa Sayu kabur hingga ke tempat yang sangat jauh dari rumahnya dan bagaimana caranya bertahan hidup berhasil membuat saya penasaran sehingga langsung berlanjut ke episode-episode berikutnya. Dalam cerita ini, diperlihatkan bagaimana Yoshida mencoba memulihkan mental dan pola pikir Sayu yang sudah mulai menormalisasi hal yang selama ini dilakukannya sehingga menganggap dirinya sendiri seperti komoditi.

Seiring berjalannya waktu, mindset Sayu terhadap dirinya perlahan berubah. Ia kembali menghargai dirinya sendiri. Meski demikian, hal tabu yang selama ini ia lakukan menjadi semacam trauma bagi dirinya dan terkadang hadir sebagai mimpi buruk. Hal-hal semacam inilah yang menurut saya sangat realistis dan benar-benar terjadi di sekitar kita.

Dengan gaya penceritaannya yang bagus, anime ini mencoba mengungkap hal-hal yang terjadi di sekeliling kita, namun seringkali dilupakan. Seperti perempuan yang merelakan tubuhnya hanya agar bertahan hidup. Kejadian seperti ini sering dijumpai di kota-kota besar yang dalam cerita ini diwakilkan dengan Tokyo sebagai latar tempatnya.

Hal lain yang tak kalah menarik adalah alasan kaburnya Sayu dari rumah. Setelah beberapa episode, penonton akhirnya diberi tahu alasan sebenarnya Sayu kabur dari rumah, yang seperti saya duga, berkaitan dengan masalah keluarga. Tidak ada plot twist dalam poin yang satu ini. Elemen kejutnya justru ada pada masalah keluarga apa yang Sayu hadapi.

Masalah keluarga yang Sayu hadapi diceritakan secara epic sehingga saya sebagai penonton bisa ikut merasa terhanyut dalam kepiluannya. Ditambah lagi, suatu kejadian menimpa satu-satunya sahabat baiknya sehingga mengakibatkan depresi dan sedih berkepanjangan. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, kisah Sayu sungguh menyedihkan karena selain mengalami depresi, ia pun mempunyai masalah di keluarganya tempat ia tinggal.

Kesimpulannya, anime Higehiro ini adalah anime yang mengangkat banyak sekali isu sosial. Mulai dari kerasnya hidup di kota besar, kesehatan mental, hingga masalah keluarga. Semua isu tersebut dibawakan dengan cerdas tanpa banyak gimik yang tidak perlu. Sikap jantan yang ditunjukan Yoshida juga menurut saya sangat keren. Oiya, ada beberapa adegan dewasa di anime ini yang alih-alih demi fan service, justru membuat penontonnya semakin simpati terhadap karakter Sayu.

Anime ini tentu ditujukan untuk orang dewasa dan bukan untuk anak-anak mengingat adanya adegan dewasa dan pembahasannya yang cukup berat. Jadi, bijaklah dalam mencari tontonan.

Sumber gambar: YouTube Trailer Anime

BACA JUGA Citra Anime Makin Rusak Berkat Ulah Fandom Anime yang Norak! dan tulisan Alfain Aknaf Rifaldo lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform Use Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version