Hidup di Kos Putri Mengajarkan Saya Bahwa Sabar Itu Memang Tidak Ada Batasnya

5 Alasan Buka Usaha Kos Putri Lebih Tekor daripada Kos Putra Mojok.co

5 Alasan Buka Usaha Kos Putri Lebih Tekor daripada Kos Putra (unsplash.com)

Ketika mendengar kata kos putri, orang sering membayangkan suasana rapi, wangi, dan penuh kesopanan. Anggapan itu memang manis, tetapi tidak selalu sama dengan kenyataan. Seorang teman saya pernah bercerita tentang pengalamannya selama tinggal di sebuah kos putri. Kisah itu membuat saya sadar bahwa tinggal di kos bukan hanya soal punya tempat tidur dan meja belajar. Ada drama kecil yang kadang bisa membuat kepala pening, meski sebenarnya semua itu hanyalah ulah segelintir orang.

Teman saya selalu menekankan bahwa ia tidak berniat menjelekkan siapa pun. Yang ia alami hanyalah potongan pengalaman hidup yang barangkali juga dialami oleh banyak penghuni kos di tempat lain. Pelakunya pun bukan semua penghuni, hanya oknum yang kebetulan membuat suasana jadi terasa rumit. Teman saya bijak sekali. Tumben.

#1 Pembalut di kloset kos putri adalah bencana

Salah satu hal yang ia ceritakan tentang kos putri dengan nada jengkel adalah soal kamar mandi. Suatu hari, ia hendak menggunakan WC tetapi menemukan airnya meluap. Setelah dicek, ternyata ada yang membuang pembalut begitu saja ke dalam kloset. Masalah seperti ini memang terdengar sepele, tetapi dampaknya luar biasa merepotkan. Air mampet, bau menyebar, dan penghuni lain harus ikut menanggung akibatnya.

Teman saya sampai heran kenapa ada orang yang berpikir bahwa WC adalah tempat sampah serbaguna. Padahal di dekatnya sudah tersedia bak kecil khusus untuk membuang pembalut. Ia tidak pernah tahu siapa pelakunya, tapi setiap kali kejadian itu terulang, ia selalu merasa kesal. Dan yah, drama begini membuatnya belajar soal hidup bersama orang lain berarti harus siap dengan kebiasaan yang tidak selalu sesuai dengan logika.

#2 Alat masak nggak dibersihkan

Masalah lain yang cukup sering muncul di kos putri adalah dapur. Dapur bersama memang sering jadi sumber drama. Suatu kali, ia ingin memasak mie instan untuk makan malam. Tapi ketika masuk ke dapur, ia menemukan panci besar yang masih penuh minyak goreng bekas. Ternyata ada penghuni kos yang selesai memasak, lalu meninggalkan alat masak begitu saja tanpa dicuci.

Teman saya menunggu, berharap ada yang merasa bersalah dan segera membersihkannya. Sayangnya, pagi pun datang dan panci itu masih tergeletak di tempat yang sama. Akhirnya ia yang mencuci, meski dalam hati menggerutu. Dari situlah ia menyadari bahwa tidak semua orang punya kesadaran sama soal kebersihan. Ada yang merasa dapur bersama adalah tanggung jawab bersama, tetapi ada juga yang menganggap bahwa setelah selesai memasak, urusan selesai begitu saja.

#3 Panci dipakai orang lain

Kalau hanya soal alat masak kotor di kos putri, mungkin masih bisa ditoleransi. Tapi pernah pula ia menemukan panci miliknya digunakan orang lain tanpa izin. Suatu pagi ia berniat memasak sayur, tetapi ketika membuka rak, panci yang biasa ia pakai tidak ada. Setelah dicari, ternyata ada di dapur dalam keadaan masih basah. Rupanya ada yang meminjam tanpa pamit.

Bagi sebagian orang, mungkin itu bukan masalah besar. Tetapi bagi teman saya, hal tersebut jelas bikin tidak nyaman. Barang pribadi, apalagi alat makan dan masak, rasanya terlalu intim untuk digunakan orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya. Ia sempat bingung harus marah atau diam saja. Akhirnya ia memilih diam, karena tidak ingin menciptakan konflik. Namun sejak saat itu, ia jadi lebih berhati-hati. Panci kecil itu selalu ia simpan di dalam kamarnya, meski sedikit merepotkan.

#4 Hilang di kulkas

Drama kos putri tidak berhenti di dapur. Kulkas bersama juga punya ceritanya sendiri. Pernah suatu kali teman saya membeli ayam potong. Ia simpan baik-baik di kulkas dengan plastik dan tulisan nama. Namun ketika hendak dimasak, ayam itu sudah hilang. Gongnya, kejadian itu bukan cuma sekali.

Ia mencoba berpikir positif, mungkin ada yang salah ambil. Tetapi ketika kejadian itu terus berulang, ia jelas jengkel. Barang yang hilang bukan sekadar camilan, melainkan bahan makanan utama yang harganya tidak murah. Sampai akhirnya ia menyerah dan memutuskan jarang menyimpan bahan di kulkas bersama. Ia lebih memilih membeli makanan secukupnya untuk langsung dimasak.

Baca halaman selanjutnya

Barang tak kembali, gibah tanpa henti

#5 Barang yang tak pernah kembali

Selain urusan makan dan dapur, drama lain muncul dari kebiasaan meminjam barang. Teman saya tipe orang yang cukup mudah meminjamkan barang. Mulai dari charger, setrika, hingga payung. Namun sering kali barang yang ia pinjamkan tidak kunjung kembali. Ada yang lupa, ada juga yang seolah sengaja tidak mengembalikan.

Ia pernah kehilangan gunting kuku yang baru saja dibelinya. Setelah dipinjam salah satu penghuni, gunting itu tak pernah kembali. Ketika ditanyakan, jawabannya mengambang. Akhirnya ia ikhlas, meski di dalam hati kesal. Dari pengalaman itu, ia belajar bahwa kebaikan hati sangat mungkin berujung pada kehilangan.

#6 Gibah sampai malam di kos putri

Hal terakhir yang ia ceritakan lebih kocak sekaligus melelahkan. Kos putri sering kali jadi tempat pertukaran cerita. Tidak jarang, cerita itu berubah menjadi ghibah. Ada kelompok penghuni yang hobi berkumpul di kamar tertentu. Mereka bisa berbincang keras hingga larut malam, membahas orang ini dan itu. Suara mereka terdengar sampai ke kamar teman saya yang sedang berusaha tidur.

Awalnya ia mencoba memahami, mungkin hanya obrolan ringan untuk melepas penat. Tapi lama-lama ia merasa gondok. Tidurnya sering terganggu, sementara keesokan harinya ia harus bangun pagi untuk kuliah. Pernah sekali ia mencoba menegur dengan halus, tetapi hasilnya tidak bertahan lama. Drama ghibah ini terus berlanjut, seakan sudah jadi tradisi.

Pelajaran dari kos putri

Meski banyak drama, teman saya mengaku tetap bersyukur dengan pengalamannya. Dari sana, ia belajar banyak hal tentang hidup bersama. Ia belajar untuk bersabar, untuk menjaga barang pribadinya, dan untuk lebih selektif dalam mempercayai orang lain. Ia juga belajar bahwa kebiasaan kecil bisa sangat berpengaruh pada kenyamanan hidup orang lain.

Lagi-lagi, ia tidak pernah berniat menjelekkan siapa pun. Baginya, semua cerita itu hanyalah bagian dari perjalanan hidup yang lucu jika diingat sekarang. Yang perlu digarisbawahi, pelaku drama hanyalah oknum, bukan seluruh penghuni kos. Masih banyak teman baik yang ia temui di sana, yang justru menolong dan menjadi sahabat dekat hingga kini.

Pada akhirnya, kos putri tidak jauh berbeda dengan kos lainnya. Di sana ada kebaikan, ada kekonyolan, ada juga kesalahpahaman. Semua bercampur menjadi pengalaman yang berharga. Teman saya sering berkata bahwa kos itu adalah sekolah kehidupan. Kita belajar bukan hanya dari buku, tetapi juga dari interaksi sehari-hari dengan orang lain. Dan kadang, drama kecil seperti pembalut di WC atau ayam hilang di kulkas, justru yang membuat cerita masa muda jadi berwarna.

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Kelemahan Tinggal di Kos Putri yang Jarang Disadari Banyak Orang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version