Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Hidup di Desa Terlihat Indah Sebelum Kalian Mencium Bau Pupuk Cair dari Tinja Manusia

Herwiningsih oleh Herwiningsih
7 Desember 2023
A A
Hidup di Desa Terlihat Indah Sebelum Kalian Mencium Bau Pupuk Cair dari Tinja Manusia

Hidup di Desa Terlihat Indah Sebelum Kalian Mencium Bau Pupuk Cair dari Tinja Manusia (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap kali orang kota berkunjung ke Desa Pringgodani, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, pasti mereka akan berkata, betapa nyamannya hidup di desa. Udaranya bersih, suasananya asri, dan jauh dari kebisingan. Bagi mereka, itu adalah bentuk ketenangan yang hakiki. Sehingga tidak sedikit dari mereka mendambakan hidup di desa.

Ya, pandangan itu tidak salah, meskipun tidak sepenuhnya benar. Mengiyakannya adalah bentuk maklum kami sebagai penduduk desa, karena mereka baru pertama kali berkunjung. Persepsi mereka pasti juga akan pudar kalau mengetahui apa yang terjadi di desa sebenarnya. Bahkan bisa saja mereka merasa enggan untuk kembali, apalagi untuk menetap. Sepertinya tidak mungkin.

Semua itu bukan tanpa alasan. Kehidupan desa yang katanya asri ini bukanlah hal final bagi kami, mengingat kami harus menanggung beban untuk sandang pangan masyarakat di kota. Salah satunya adalah gula, yang tebunya ditanam di sekitar rumah kami. Yang asal kalian tahu, perawatannya tak semanis gula yang kalian konsumsi.

Tebu memang lebih cuan

Alasan warga desa saya menanam tebu karena perawatannya dianggap tak terlalu rumit. Petani hanya cukup intens merawat tebu mereka pasca-musim tebang (panen) saja, yakni membakar daun kering, mencangkul, dan memupuk. Setelahnya hanya sesekali datang untuk membersihkan daun kering. Bagi yang malas, ya tidak datang lagi sampai masa panen tiba.

Tapi, masa panen benar-benar tidak semanis gula, terkhusus buat kami yang bukan petani. Mengingat ladang tebu yang luas dan plus tak mudah memupuk tebu, mayoritas petani lebih memilih pupuk organik cair sebagai upaya menyuburkan tebu mereka. Tinggal semprot-semprot, kelar. Selain efisien, pupuk cair lebih murah dan dianggap ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk urea dan sejenisnya.

Sejak dulu, kami memang sudah terbiasa dengan bau pupuk cair yang menyengat di desa. Bahkan sampai berminggu-minggu. Namun, bau itu kami anggap masih bisa diterima, karena baunya memang sedikit terasa manis, menunjukkan bahwa pupuk itu benar-benar diolah dari ampas tebu.

Kenyataannya hari ini, saya rasanya kok nggak terima kalau pupuk organik cair digadang-gadang sebagai pupuk ramah lingkungan. La wong baunya itu sangat tidak ramah terhadap hidung dan kesehatan, sehingga sangat mengganggu aktivitas kami. Bau busuknya, bukan lagi bau busuk ampas tebu yang diolah jadi pupuk, melainkan bau busuk tinja.

Pupuk cair hari ini baunya berubah-ubah. Hari ini bau tinja manusia, esoknya bau tinja sapi bercampur kencing sapi, besoknya bau anyir bangkai binatang. Sebagai penduduk desa, kami merasa terusik, pernapasan kami terganggu, bahkan sampai pusing, mual, dan batuk pilek berkepanjangan.

Baca Juga:

4 Hal yang Bikin Orang Kota seperti Saya Kagok Hidup di Desa

Miskin Dihina, Kaya Dituduh Pesugihan: Dilema Hidup di Desa

Tapi, dari itu semua, yang paling tak bisa saya terima adalah, penyemprotan pupuk dilakukan pada pagi hari. Tepat pada saat kegiatan belajar mengajar dimulai. Kegiatan yang mulanya adem ayem jadi berantakan, konsentrasi anak-anak buyar. Kau berharap anak-anak bisa sekolah dalam keadaan seperti itu? Yang benar saja.

Apakah penderitaan sudah berhenti? Ooo tentu saja tidak.

Hidup di desa, hidup melawan aroma pupuk

Derita pupuk tak berhenti di sekolah. Di rumah pun saya rasakan. Rumah saya kebetulan diapit ladang tebu penduduk desa yang lain. Artinya, tiap hari saya mencium bau tinja dari dua kebun di waktu yang sama. Aroma tinjanya pun kadang menempel di baju.

Bayangkan. Aroma tinja menempel di baju. Rusak sudah kepercayaan dirimu setidaknya 500 tahun ke depan.

Pupuk cair memang efisien dan murah dibandingkan dengan pupuk urea atau pupuk blotong. Ya tapi jangan tinja juga, meskipun tinja memang boleh untuk pupuk. Masalahnya bukan pada boleh nggak bolehnya. Cuma, ini hidung juga butuh udara yang segar untuk dihirup. Coba saja kalian bayangkan, di rumah, di sekolah, di masjid, baunya kayak gitu. Ya mau ngapa-ngapain jelas tidak enak.

Makan dengan lauk seenak ayam goreng Richeese aja, yang kami rasain bukan sedapnya ayam goreng, tapi tinja. Mau memakai pakaian yang dicuci pakai Downy pun, baunya ya tetap tinja. Mungkin kalau sama-sama hidup di desa seperti kami, akan merasa maklum dengan bau yang menguar dari pakaian kami. Lah, kalau kami datang ke majelis, atau nikahan orang di luar desa, atau di gedung misalnya, kan bisa mengganggu tamu yang lain. Dikiranya kami nggak mandi, atau anggapan-anggapan lain yang bisa memicu pertengkaran.

Pakai pupuk lain kek, masak ya tai orang

Coba deh, tahun depan buat inovasi pupuk organik dari limbah yang lain, jangan tinja, apalagi tinja orang. Dari limbah dapur kalian di rumah masing-masing gitu. Itu akan lebih menghemat. Daripada kalian beli tinja dari pengepul dengan harga 1,5 juta per tangki, kan sayang uangnya. Lagian, ngapain juga beli tai?

Ini fakta hidup di desa yang sebenarnya. Bau pupuk, kegelisahan tetangga, dan rasa khawatir ini malah bisa jadi lebih mengerikan ketimbang kerasnya kehidupan kota. Jadi, selama kalian masih muntah dengan bau pupuk, baiknya tinggalkan keinginan hidup di desa.

Penulis: Herwiningsih
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Hal yang Bikin Saya Nggak Betah Tinggal di Desa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2023 oleh

Tags: bau pupukhidup di desapupuk cairtinja manusia
Herwiningsih

Herwiningsih

Guru yang lebih sering mengantuk daripada mengajar.

ArtikelTerkait

Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

Miskin Dihina, Kaya Dituduh Pesugihan: Dilema Hidup di Desa

22 Oktober 2025
Hidup di Desa Nggak Seindah Bayangan, Banyak Iuran yang Harus Dibayarkan kalau Nggak Mau Jadi Bahan Omongan

Hidup di Desa Nggak Seindah Bayangan, Banyak Iuran yang Harus Dibayarkan kalau Nggak Mau Jadi Bahan Omongan

15 Oktober 2025
Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

2 November 2023
Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Menggadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga Mojok.co

Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Gadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga

24 Juli 2025
5 Drama Korea yang Bikin Orang Kota Pengin Hidup di Desa Mojok.co

5 Drama Korea yang Bikin Orang Kota Pengin Hidup di Desa

4 Juni 2024
4 Hal yang Bikin Orang Kota seperti Saya Kagok Hidup di Desa Mojok.co

4 Hal yang Bikin Orang Kota seperti Saya Kagok Hidup di Desa

7 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.