Hidup Bahagia ala K.H. Anwar Zahid: Bahagia Bukan Hanya Milik Orang Kaya

Hidup Bahagia ala K.H. Anwar Zahid: Bahagia Bukan Hanya Milik Orang Kaya

Hidup Bahagia ala K.H. Anwar Zahid: Bahagia Bukan Hanya Milik Orang Kaya (Pixabay.com)

Kata K.H. Anwar Zahid, bahagia itu tak hanya milik orang kaya. Semua sudah diatur sesuai porsinya

Coba tanyakan kepada muda-muda hari ini bagaimana cara hidup bahagia. Tanyakan juga bagaimana agar tidak resah berlebihan terhadap hidup. Jawabanya juga tidak jauh beda, antara memperbanyakan mendengar nasehat-nasehat ala Stoikisme dari YouTube atau baca buku Filosofi Teras. Seminim-minimnya itu yang terjadi kepada saya. Ini tidak ada kaitannya dengan peningkatan kesadaran literasi bangsa kita. Tidak ada.

Satu hal penting yang harus diperhatikan dari fenomena tersebut adalah krisis kebahagiaan. Ada berapa banyak manusia yang sedikit-sedikit mengeluh tidak bahagia? Sedikit-sedikit mengeluh tidak terganggu mentalnya? Tertimpa masalah sedikit, butuh healing berhari-hari. Ada berapa yang semacam itu? Banyak! Belum lagi orang-orang yang memilih mengakhiri hidup lantaran tidak mampu bertempur melawan kenyataan.

Nikmat yang berbeda-beda

Tetapi, Islam sejatinya telah mengajari bagaimana menjadi umat yang bahagia. Tidak banyak mengeluh dan merasa menjadi orang paling tidak mujur di dunia. K.H. Anwar Zahid memberikan beberapa tips dan trik paling sederhana untuk berbahagia. Langkahnya memang sangat sederhana, tetapi sangat sulit untuk dilakukan. Banyak orang yang sudah tahu trik ini, hanya saja lupa untuk diaplikasikan. Sehingga wajar ketika ditimpa masalah sedikit judeg-nya berhari-hari.

Pertama, kita harus ingat bahwa Tuhan memberikan manusia nikmat yang berbeda-beda. Ini kunci pertama yang harus dipegang. Setiap manusia mendapat nikmat sesuai dengan takaran yang telah Tuhan tetapkan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mendapat nikmat, dipotong rata semua dapat. Hanya saja itu tadi, nikmatnya dalam bentuk yang berbeda-beda. Ada yang nikmatnya berupa kekayaan, ada yang hanya berupa kesehatan. Itu semua nikmat yang Tuhan berikan.

Jangan kira kesehatan bukan nikmat. Banyak orang kaya, tetapi tidak mendapat nikmat sehat. Bolak-balik rumah sakit. Makan ini tidak boleh, makan itu dilarang. Makanya saya katakan sehat salah satu bentuk nikmat yang Tuhan berikan dan sering dilupakan oleh manusia. Alih-alih mengingatnya, justru malah sibuk mikir nikmat yang dimiliki orang lain. Tepat pada titik ini, menurut K.H. Anwar Zahid, yang harus diubah pola berpikirnya.

Nggak bahagia karena tak mau melihat diri sendiri

Banyak orang yang tak bahagia bukan disebabkan tidak mendapat nikmat. Toh, setiap manusia sudah mempunyai takaran nikmat masing-masing. Penyebab tidak bahagia, ialah tidak pernah melihat nikmatnya sendiri. Senantiasa sibuk atau bahkan iri melihat nikmat tetangganya. Pasangan orang lain terlihat bagus, eh pasangan sendiri nampak seperti wedus. Atau kalau di dalam pepatah klasik ada ungkapan ‘rumput tetangga lebih hijau’.

Hal-hal seperti itu yang banyak mencederai dan mengganjal langkah menuju bahagia. Sudah mendapat gaji lima juta, malah melihat teman yang mempunyai gaji sepuluh juta. Ujung-ujungnya jadi merasa kurang lagi dan lagi. Namun sebetulnya tidak masalah, itu manusiawi dan sah-sah saja. Tapi, kalau hal semacam itu bisa diantisipasi jalan menuju bahagia akan sedikit lebih mulus.

Seterusnya, K.H. Anwar Zahid katakan bahwa bahagia juga bukan hanya monopoli orang kaya. Setiap manusia berhak bahagia. Cara lain setelah tidak melihat kenikmatan orang lain dan melihat nikmat sendiri, adalah dengan bersyukur. Senantiasa mensyukuri apa yang dipunyai saat ini. Pertanyaannya kemudian, bagaimana agar gampang bersyukur?

Gampang, cukup melihat orang yang hidupnya di bawah kita. Dalam hal ini tidak ada maksud tendensi untuk merendahkan. Namun, kepentingan akan hal ini untuk memantik rasa bersyukur. Kalau Anda hanya mempunyai motor dan merasa tidak bahagia karena bukan mobil, coba lihat orang yang hanya mampu jalan kaki. Begitu juga orang yang jalan kaki kalau tidak merasa bahagia, coba lihat orang yang tidak berdaya di rumah sakit. Niscaya pelan-pelan akan terpantik perasaan untuk bersyukur.

Intinya, bahagia itu bukan seberapa banyak apa yang kita punya. Bukan seberapa mahal apa yang kita miliki, melainkan bagaimana kita kita melihat apa yang dimiliki saat ini. Percuma mempunyai duit ratusan juta, namun iri melihat orang bertransaksi 349 triliun, umpamanya. Ini hanya perumpamaan! Dengan kata lain, bagaimanapun keadaanya cukup disyukuri saja.

Hidup tanpa syukur bikin insecure tanpa ujung

Kalau terus-terusan merasa tidak pernah puas, maka tidak akan pernah berujung. Apalagi senantiasa melihat orang yang berada di atasnya. Bukankah, di atas langit masih ada langit? Maksudnya, orang yang nikmatnya mempunyai uang triliunan pun masih potensial melihat orang yang lebih di atasnya. Demikian seterusnya dan seterusnya. Kalau seperti itu kapan bersyukurnya? Tidak sempat.

Padahal, hidup ini sementara dan kalau tidak sempat bersyukur, namanya kufur terhadap nikmat. Kufur tidak melulu menentang Tuhan atau ingkar kepada perintahnya. Lupa atau memang sengaja tidak bersyukur atas nikmat-nikmatnya juga termasuk kufur. Maka, jalan paling aman adalah mensyukuri apa yang diberikan Tuhan saat ini. Intinya, hidup akan bahagia kalau sudah mampu bersyukur.

Sebagaimana yang dikatakan di awal bahwa ini trik sangat sederhana dan simpel, tapi berapa banyak yang sudah bisa mengamalkan? Sedikit! Semoga Anda termasuk di antaranya.

Penulis: Moh. Rofqil Bazikh
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Benarkah Kamu Merindukan Ramadan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version