Hellbound: Ketika Ketakutan akan Tuhan Jadi Alat Represi Masyarakat

Hellbound Ketika Ketakutan akan Tuhan Jadi Alat Represi Masyarakat terminal mojok

Jumat lalu, Neflix merilis serial orisinal terbarunya yang berjudul Hellbound. Mempertemukan sutradara Train to Busan, Yeon Sang Ho, dengan penulis sekaligus kreator webcomic Choi Kyu Seok, serial ini langsung memuncaki peringkat Top TV Shows Netflix dalam lingkup global, mengalahkan Squid Game. Hellbound juga mendapatkan rating 100 persen dari para kritikus di Rotten Tomatoes.

Serial yang menghadirkan Yoo Ah In, Kim Hyun Joo, Park Jeong Min, hingga Won Jin Ah ini mengisahkan turunnya “malaikat” ke bumi untuk menghukum para manusia yang berdosa. Mereka yang berdosa ini sebelumnya telah mendapatkan ramalan bahwa mereka akan mati dan masuk ke neraka pada tanggal tertentu.

Sensasi merinding dan deg-degan saya rasakan ketika menonton Hellbound pertama kali. Kengerian yang ditampilkan dalam serial tersebut ikut menjalar di tubuh saya. Nggak bisa saya bayangkan jika saya menjadi saksi demonstrasi siksa neraka pada seseorang yang berdosa. Apalagi jika demonstrasi tersebut dilaksanakan tepat di depan mata saya.

Di episode awal, saya menduga bahwa teror “malaikat maut” yang menyiksa para manusia yang menerima nubuat ini dapat menjadi suatu kontrol sosial. Dengan melihat sendiri bagaimana seseorang mendapatkan ganjaran atas dosa yang sudah dilakukannya, orang lain akan mengambil hikmah dan berupaya agar mereka nggak ikut mendapatkan ramalan hingga siksaan. Cara agar menghindari siksaan yang katanya berupa penghakiman dari Tuhan itu adalah dengan menjauhi perilaku menyimpang dan dosa.

Pada saat itu terbersit dalam pikiran saya bahwa penghakiman tersebut bakal lebih efektif daripada penyelenggaraan nilai dan norma. Kadang kala sanksi atas pelanggaran nilai, norma, hingga hukum diringankan oleh faktor pemakluman yang membuat sanksi nggak bisa ditegakkan dengan tegas.

Rupanya saya terlalu berprasangka baik. Memang benar sih angka kriminalitas menurun, menurut klaim sebuah perkumpulan keagamaan bernama sekte Kebenaran Baru. Tapi, saya berasumsi bahwa hal itu terjadi karena orang-orang takut menjadi target demonstrasi sehingga mereka sebisa mungkin menghindari dosa. Soalnya kejadian demonstrasi yang semakin marak di Korea Selatan ini justru dimanfaatkan oleh sekte Kebenaran Baru untuk mengumpulkan dukungan dan kekuasaan.

Saya terus bergidik selama dua pendosa awal, yakni Joo Myeong Hun dan Park Jung Ja. Memang perlu diakui kalau semua adegan penyiksaan dalam serial ini bikin merinding, tapi rasa nggak lagi merasa takut setelah saya mengetahui kebusukan Jung Jin Su. Pendiri Kebenaran Baru ini merekayasa penghakiman hanya dilakukan para orang-orang yang berdosa. Padahal dirinya sendiri juga menerima titah. Haduh.

Sepeninggal Jung Jin Su, sekte Kebenaran Baru dipimpin oleh Kim Jeong Chil, yang justru lebih biadab dan ngawur. Kim Jeong Chil jadi lebih semena-mena pada orang-orang yang mengaku bahwa mereka sudah menerima nubuat. Blio akan mengadakan live streaming untuk menyiarkan demonstrasi. Berkat kelicikannya ini rating siarannya bisa mencapai 80 persen.

Para penerima titah akan mendapatkan stigma bahwa dirinya merupakan orang paling berdosa di muka bumi, sementara sekte Kebenaran Baru adalah orang-orang suci. Keluarga “pendosa” juga ikut kena imbasnya. Selain kena sanksi sosial berupa pengucilan dan nggak mendapatkan fasilitas publik, mereka juga rentan menjadi target perundungan oleh Arrowhead, sebuah kelompok abusif yang mengikuti sekte Kebenaran Baru.

Akibatnya di masa itu, yang mengambil setting waktu tahun 2027, Korea Selatan dilanda ketakutan luar biasa. Oleh karena itu para penerima nubuat akan menerima hukuman mereka di tempat yang nggak diketahui oleh orang lain. Tujuannya biar identitas mereka nggak diketahui sehingga keluarga mereka nggak dipersekusi.

Agar teror semakin membara, Arrowhead di bawah komando sekte Kebenaran Baru menangkap anggota kelompok Sodo. Sodo ini merupakan oposisi dari sekte Kebenaran Baru sebab mereka menganggap bahwa fenomena penghakiman dari Tuhan ini sebagai kejadian supranatural biasa. Mereka juga yang berjasa dalam menyembunyikan lokasi dan jasad para penerima titah serta bertugas melindungi keluarganya.

Salah satu anggota Sodo adalah seorang profesor di bidang Sosiologi yang mengajar di Universitas Hankuk. Blio ditangkap, disiksa, dan dibakar hidup-hidup oleh Arrowhead. Mayat blio dipertontonkan sebagai pemicu ketakutan di masyarakat. Ketika masyarakat gentar, maka nggak akan ada berani yang macam-macam dengan sekte Kebenaran Baru maupun Arrowhead.

Kesannya masyarakat dilarang untuk melakukan apa pun. Bukan hanya larangan Tuhan, tapi termasuk juga segala hal yang nggak disukai oleh sekte Kebenaran Baru dan Arrowhead. Nggak mematuhi kedua kelompok tersebut dianggap sama saja dengan melanggar aturan Tuhan. Bahkan keduanya mengklaim bahwa merekalah yang paling paham akan ajaran dari Tuhan sehingga pantas menekan masyarakat yang nggak tunduk.

Teror yang tadinya hanya berasal dari fenomena supranatural berupa penghakiman Tuhan, semakin digoreng oleh sekte Kebenaran Baru dan Arrowhead. Mereka mengatasnamakan diri sebagai penyalur penghakiman Tuhan pada orang-orang yang dianggap menyangkal Tuhan. Pada akhirnya masyarakat nggak bisa berbuat apa-apa. Pilihan mereka hanyalah menjadi pengikut Kebenaran Baru atau anti pada ajarannya tapi nyawa terancam.

Kesewenang-wenangan sekte Kebenaran Baru dan Arrowhead serta wujud metafisika dalam serial Hellbound ini bakal membuat kita ikut merasa gedeg sekaligus bergidik. Di samping itu, penonton jadi mempertanyakan: Kebenaran Baru dan Arrowhead, dua kelompok yang menakut-nakuti masyarakat sekaligus melakukan kekerasan, kok nggak memperoleh titah bahwa mereka akan masuk neraka, ya?

Sumber Gambar: Netflix

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version