Merasa perlu cerita kisah menjengkelkan, yang bisa saja terjadi padamu kelak. Ini tentang orang-orang yang menggunakan duka dan kematian sebagai peluang bisnis, salah satunya adalah calo makam.
Calo makam itu bisa berwajah ramah, berbaju gamis, tampak tulus membantu keluarga yang baru saja kehilangan anggota tersayang—seperti yang kami alami seminggu lalu.
Selang beberapa jam setelah napas ayah berakhir, rumah kami didatangi banyak kawan, saudara, dan tetangga. Mereka semua baik hati membantu kami. Sampai kemudian, seorang tetangga menawarkan kaveling makam. Kami menolak tawaran, karena sudah dibantu oleh teman baik kakak.
Jadi masalah tempat mengubur sesungguhnya sudah teratasi. Malah kami survey lokasi sendiri, semalam sebelum pemakaman.
Si tetangga itu malah memaksa, berdalih kavelingnya adalah yang terbaik: dekat dari tempat parkir, tak perlu survey—bla bla bla. Karena kami bersikeras menolak, ia pun menyerah.
Namun, keesokan paginya, kami didatangi Pak RT dan seorang akang bertubuh besar penuh tato beraroma unik, mengaku dari TPU Cikutra—lokasi makam yang kami pilih. Ia minta surat kematian dan KTP almarhum ayah dengan gaya intimidatif. Ia mengaku suruhan orang kepercayaan kami, malah sampai mengada-ngada kalau telepon orang kami itu rusak, jadi tak perlu dihubungi. Ih, pret crot banget.
Ia tidak mengetahui, orang makam kepercayaan kami itu rajin menginformasikan perkembangan lokasi yang telah kami pilih lewat whatsapp kakak. Akhirnya, tentu saja, kakakku menelepon orang kami itu, hingga mendapat keterangan menakjubkan. Ternyata, si akang bertubuh besar itu kongkalikong dengan si tetangga—yang hobi mark-up harga kuburan sampai >200 %, malah tak segan gali kuburan yang telat bayar.
Tak sedikit keluarga yang sudah bersedih hati penuh lelah membawa jenazah, harus berputar-putar di tempat pemakaman, karena tak ada kepastian untuk lokasi penguburan. Astaghfirullah al-‘Adzim! Setelah kedok terbongkar, mereka undur diri, pura-pura salah rumah. Blah!
Oh, bapak-bapak tetanggaku, kami doakan semoga mendapat pekerjaan yang tidak perlu memanipulasi orang berduka, semoga mendapat penghasilan yang tidak memanfaatkan kematian. Aamiin!
Sedikit kiat biar lolos dari rayuan calo makam: cek-cek biaya pemakaman resmi, hubungi kantor pemakaman, survey lokasi, atau bisa colak-colek kami untuk berbagi nomor pengurus resmi. Jika perlu, cek-cek info secara berkala dan nyimpan kontak pengurus resmi dari sekarang, tanpa harus menunggu ada yang meninggal terlebih dahulu.
Oh iya, hasil investigasi kecil-kecilan saya, menurut kesaksian para tetangga, si calo makam ini tiap ada warga meninggal bergegas dandan menuju rumah duka, berseri-seri berseloroh, “Ada proyek, nih!” Gusti nu Agung, meuni hoyong nampiling abdi teh.
BACA JUGA Membayangkan Kematian dan Dilupakan atau tulisan Valiant Budi lainnya. Follow Twitter Valiant Budi..
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.