Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Harmoko Adalah Sebenar-benarnya Snob Musik Indonesia

Damar Senoaji oleh Damar Senoaji
14 Agustus 2020
A A
harmoko pop cengeng mojok

harmoko pop cengeng mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Jika kalian mengira ribut-ribut soal selera musik mana yang lebih unggul baru muncul belakangan ini, kalian salah besar. Jika hari ini ada indie versus mainstream, debat pop cengeng versus pop urban sudah berumur tiga puluhan tahun lebih. Bahkan Pemerintah yang seharusnya mengurusi ketahanan pangan, malah mengatur selera musik masyarakat melalui sikap aktif ikut terlibat dalam perdebatan ini dan memihak salah satu sisi.

Sebelum beralih ke wacana utama, saya akan mengajak Anda kilas balik ke dekade 1960-an. Presiden Soekarno melarang pemutaran musik rock n’ roll ala Beatles atau yang oleh Bung Karno populer disebutkan sebagai musik ngak ngik ngok dengan alasan mencegah generasi muda Indonesia terperosok ke dalam jurang neo-kolonialisme dan juga neo-imperialisme.

Pemerintah Orde Baru melalui Harmoko melarang penayangan lagu pop Indonesia dengan irama mendayu-dayu pada tahun 1980-an. Harmoko merilis pernyataan tersebut pada momen perayaan ulang tahun TVRI ke-26 yang jatuh pada 24 Agustus. Ia menjadikan contoh lagu ‘Hati yang Luka’ milik Betharia Sonata dengan lirik yang “melumpuhkan semangat”. Dan dengan tegas Harmoko mengatakan untuk “stop lagu-lagu semacam itu.”

Dalam perspektif Harmoko, lagu-lagu pop cengeng dianggap tidak bisa menumbuhkan semangat kerja. Itu bertentangan dengan slogan pembangunan yang gemar digaungkan oleh pemerintahan Orde Baru. Alasannya karena pop cengeng pada umunya memuat lirik yang mengusung tema patah hati atau kegagalan dalam menjalin hubungan asmara. Sebagai Menteri Penerangan, Harmoko lantas memberi arahan tegas pada TVRI dan RRI untuk tidak menyiarkan tembang pop cengeng.

Akibatnya, kala itu juga musik pop cengeng benar-benar mati gaya. Pada dekade 90-an, terbukti tidak ada lagi lagu pop cengeng yang merajai pasar musik Indonesia. Pada era tersebut, yang diuntungkan adalah pemusik pop rock dan jazz fusion yang berkiblat pada tren musik barat seperti The Groove, Kla Project, dan Krakatau. Ironisnya, ketika Soekarno melarang lagu barat, Orde Baru justru mengarahkan masyarakat untuk menikmati tren musik orang kulit putih.

Diksi pop cengeng sendiri adalah penggiringan opini publik agar rakyat menganggap musik itu musik kampungan. Bandingkan dengan penyebutan “pop kreatif” atau “pop urban/city pop” . Penyebutkan itu disematkan kepada musisi berhaluan jazz fusion dan new wave seperti Fariz RM, Chrisye, Kla Project, Sheila Majid, maupun Vina Panduwinata. Penyebutan macam itu, ditujukan supaya lagu-lagu seperti Sakura, Sinaran, dan Tentang Kita dipersepsikan masyarakat sebagai lagunya orang-orang kota, orang moderen, dan berkelas tinggi. Permainan narasi seperti ini juga dapat kita saksikan pada penyebutan pemerintahan Soeharto yang disebut “Orde Baru” dan “Orde Lama” untuk pemerintahan Soekarno. Penyebutan tersebut agaknya dilakukan untuk mendukung proses stigmatisasi bahwa pemerintahan Soeharto adalah yang terkini dan relevan.

Memang kenyataannya lagu-lagu pop kreatif lah yang sering membuat harum Indonesia dalam pentas internasional. Tercatat dua kali perwakilan dari Indonesia meraih hasil menggembirakan di ajang World Pop Song Festival yang diadakan di Jepang. Harvey Malaiholo memenangkan penghargaan Kawakami Award dalam ajang tersebut pada tahun 1982. Vina Panduwinata meraih gelar yang sama dengan “Burung Camar”, pada gelaran tahun 1985.

Meski sempat redup pada dekade 2000-an, pop urban kembali naik setelah grup macam RAN dan Maliq D’Essentials digandrungi banyak orang. Awal 2010-an, pop urban menjadi raja dalam skena musik mainstream Indonesia. Semua hal ini diraih dengan usaha para musisinya sendiri. Dan yang jelas, tanpa intervensi pemerintah.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

Bayangkan saja betapa absurd-nya apabila Rudiantara atau Tifatul Sembiring turut mengikuti jejak Harmoko dengan memboikot ST12 atau Kangen Band dengan dalih genre musik yang mereka usung alay dan tidak sesuai dengan semangat revolusi industri 4.0.

BACA JUGA Lagu “Kangen” Dewa 19, Tembang Tumpuan Kerinduan Lintas Generasi dan tulisan Damar Senoaji lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Agustus 2020 oleh

Damar Senoaji

Damar Senoaji

Spesialis oret-oret random, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Bisa diajak ngobrol di akuntwitter @DamarEvans_06

ArtikelTerkait

Aliran-Aliran Senior Organisasi Eksternal yang Betul-Betul Harus Dihindari

Aliran-Aliran Senior Organisasi Eksternal yang Betul-Betul Harus Dihindari

22 Februari 2020
Pengalaman Menggunakan Female Seat Map KAI Sejauh Ini: Hanya Menampilkan Penumpang Saat Berangkat dan Kecolongan Saat Ada yang Tukar Tempat

Pengalaman Menggunakan “Female Seat Map” KAI Sejauh Ini: Hanya Menampilkan Penumpang Saat Berangkat dan Kecolongan Saat Ada yang Tukar Tempat

25 Mei 2025
polisi tidur mojok.co

Berbagai Jenis Polisi Tidur yang Merajai Jalanan Jogja

25 Juni 2020
Trio Plaza, Tempat Belanja Favorit Warga Kota Magelang Mojok.co

Trio Plaza, Tempat Belanja Favorit Warga Kota Magelang

14 Agustus 2024
sobat ambyar

Ketika Sobat Ambyar Semakin Banyak dan Menyebalkan

13 September 2019
4 Perilaku Penumpang Taksi Online yang Tak Disukai Driver terminal mojok

4 Perilaku Penumpang Taksi Online yang Tak Disukai Driver

26 November 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.